Hal pertama yang dilihat oleh Jura ketika ia kembali mendapatkan kesadarannya adalah langit biru yang terbentang luas tanpa adanya awan sedikit pun.
Ia mengedipkan matanya berkali-kali, kemudian memijat pelan keningnya berusaha untuk menghilangkan rasa sakit yang ada di sana.
Hembusan angin menerpa wajahnya yang mulai terasa dingin. Ia hanya bisa mendengar suara gemerisik rumput di sekitarnya.
Jura memaksa dirinya untuk bangun dari posisi tidurnya. Namun, karena kepalanya yang masih terasa sangat sakit, ia hanya bisa duduk dengan perlahan.
Menyebarkan pandangannya ke sekeliling, Jura hanya melihat hamparan rumput yang sangat luas. Tidak terlihat akhirnya sama sekali. Di sekelilingnya juga tidak ada satu pun bangunan atau pohon dan semacamnya. Hanya hamparan rumput luas dan juga puluhan atau mungkin ratusan bunga lili putih yang mengelilingi Jura. Rasanya sangat aneh, keadaan di sekitarnya terlihat seperti buatan.
Ia juga baru sadar kalau pakaiannya sudah berbeda dari apa yang terakhir ia kenakan. Saat ini ia hanya menggunakan gaun panjang berwarna putih dengan sedikit corak emas di sekitarnya. Rambutnya juga sudah terurai.
Menyadari hal itu, Jura langsung membalikkan tubuhnya, mencari pita pemberian ayahnya yang sebelumnya ia gunakan. Tidak ada, tidak ada di mana pun.
Ia mendecakkan lidahnya, kemudian menggelengkan kepalanya beberapa kali. “Bukan saatnya untuk mencari hal yang tidak penting seperti itu …” gumamnya pelan.
Setelah rasa sakit di kepalanya mulai menghilang, akhirnya Jura bangun dari posisi duduknya dan mulai berjalan menyusuri hamparan rumput itu.
Meski langit terlihat cerah seperti siang hari, karena ia tidak melihat matahari di mana pun, ia yakin kalau pemikiran sebelumnya benar. Buatan. Saat ini ia berada di tempat yang seharusnya tidak ada, tempat yang terbuat dari sihir.
“Apa ini ulah Henry?” gumam Jura pelan dengan kening yang berkerut. Ia baru saja berjalan beberapa langkah sebelum wajahnya tertabrak sesuatu yang tidak terlihat. Jura langsung meringis pelan sambil mengusap hidungnya yang terasa sedikit bengkok. “Penghalang magis, ya?”
Ia meletakkan tangannya pada penghalang magis dan mulai mengelilinginya, Jura bisa tahu kalau dirinya terkurung di dalam sebuah penghalang magis yang cukup luas. Meski pun ia bisa melihat hamparan rumput yang tidak terlihat ujungnya, sebenarnya ia hanya berada di dalam sebuah penghalang magis yang memiliki diameter kurang lebih dua puluh meter.
‘Apa kuhancurkan saja … bagaimana menurutmu, Lumina?’
Jura menunggu jawaban dari Lumina. Namun, ia tidak mendapatkan jawaban apa pun darinya. Ia memanggil Lumina beberapa kali lagi, tapi Jura tetap tidak mendapatkan jawaban apa pun.
Ia langsung meletakkan tangannya di d**a, mencoba untuk merasakan aliran Mana pada seluruh tubuhnya. Mungkin karena terlalu fokus pada sekelilingnya, ia tidak sadar kalau aliran Mana pada tubuhnya menghilang. Saat ini, ia tidak bisa menggunakan sihir. Ia juga tidak bisa memanggil tongkat sihir dan buku Grimoirenya.
Salah satu cara untuk keluar dari dalam penghalang magis adalah menghancurkannya dari dalam. Atau mungkin mendapat serangan yang cukup kuat dari luar sampai penghalang magis ini hancur berkeping-keping.
Namun, di dalam dunia yang dibuat oleh Henry, ia yakin tidak akan mungkin ada sesuatu yang berbahaya. Kekuatan sihir Henry juga sudah cukup kuat karena … saat ini Henry sedang dikendalikan oleh kekuatan terkutuk itu.
Tidak ada pilihan lain, ia hanya bisa menunggu Henry untuk membebaskannya … tapi kapan? Bagaimana?
Ia kembali mengingat perkataan Henry sebelum dirinya kehilangan kesadaran. Kemudian mendengus pelan dengan senyum meledek di wajahnya.
Apa karena Jura yang terus mengabaikannya beberapa hari ini, tiba-tiba Henry mulai tertarik padanya? Bahkan, perasaan itu bukan hanya tertarik seperti biasanya. Tapi … terobsesi padanya …?
Bulu kuduk Jura langsung meremang ketika mengingat bisikan pelan Henry yang ia dengar terakhir kali. Ia mengusap bagian belakang lehernya sambil berpikir keras mencari cara untuk keluar dari tempat ini.
Henry pasti sedang mengawasinya dari suatu tempat. Jura harus melakukan sesuatu yang bisa membuat Henry muncul di depannya.
Dengan pemikiran itu di kepalanya, Jura langsung melakukan hal bodoh yang kemungkinan besar bisa menarik perhatian Henry.
Jura berlutut di atas hamparan rumput itu, kemudian mulai menancapkan jarinya di sana, berusaha untuk membuat sebuah lubang dengan menggalinya.
Jura tahu hal ini benar-benar tidak masuk akal. Namun, untuk menarik perhatian seseorang yang sudah kehilangan akal sehatnya … ia harus melakukan hal yang tidak masuk akal juga, ‘kan?
Dalam waktu singkat, tangan dan pakaian Jura dikotori oleh tanah. Namun, lubang yang ia buat belum juga memuaskan hatinya.
Yang membuatnya sedikit kesal adalah, meski dirinya sedang berada di dalam dunia buatan Henry, ia tetap merasa kelelahan. Untuk beberapa saat ia berhenti untuk beristirahat, kemudian menggali lubang itu lagi setelah rasa lelahnya hilang dan tangannya tidak terasa sakit lagi.
Jura yakin ia sudah menggali selama beberapa jam. Namun, langit yang berada di atasnya masih juga terang benderang. Masih memperlihatkan ‘siang’ hari kepadanya.
Awalnya, Jura hanya ingin pura-pura frustrasi karena rencana untuk keluar dari penghalang magis ini dengan menggali lubang yang cukup besar gagal. Tapi, setelah ia tidur untuk menghilangkan rasa lelahnya selama lebih dari lima puluh kali, ia benar-benar merasa frustasi. Henry juga tidak datang seperti apa yang diharapkan olehnya.
Karena langit di atasnya tidak juga berubah menjadi sore atau malam, ditambah dengan dirinya yang tidak merasakan lapar, haus atau bahkan perlu ke toilet, ia jadi tidak bisa menghitung sudah berapa lama ia berada di tempat ini. Terlebih lagi tubuh dan pakaiannya yang sebelumnya kotor langsung bersih ketika ia bangun dari tidurnya.
Meski ia sempat merasa puas karena lubang yang ia gali sudah cukup besar bahkan tubuhnya sendiri bisa masuk ke dalamnya, rasa sakit pada jari dan tangannya akibat menggali lubang itu tidak menghilang dalam waktu singkat.
Selama melakukannya, ia sudah mencoba memanggil Henry dan memohon padanya untuk mengeluarkan dirinya dari tempat ini. Namun, sampai suara Jura menjadi serak dan benar-benar menghilang, ia tidak mendengar tanggapan apa pun dari Henry.
Rasa kesal itu semakin lama semakin tak tertahankan. Membuat Jura semakin menyakiti tangannya bahkan kakinya tidak lepas dari rasa kesalnya dengan menendang penghalang magis yang tentu saja tidak akan bergeming sedikit pun dengan serangan fisik.
“Henry! Aku tahu kau memerhatikanku dari suatu tempat! Keluarkan aku dari sini!” sahut Jura dengan suaranya yang serak. Tapi, usahanya tetap sia-sia, Jura tidak mendengar jawaban apa pun.
Selama beberapa jam, Jura terus menendang dan memukul penghalang magis yang mengelilinginya itu untuk melampiaskan perasaan kesalnya.
Ketika ia mulai merasa lelah, ia duduk dengan kakinya yang dilipat ke d**a sambil bergumam agar Henry benar-benar mengeluarkan dirinya dari tempat itu.
.
.
Jura berhenti menghitung sudah berapa kali ia tertidur di tempat itu setelah hitungannya mencapai lebih dari empat ratus kali. Ia juga sudah berhenti memohon kepada Henry untuk mengeluarkannya dari tempat itu.
Saat ini, Jura hanya merebahkan tubuhnya di atas rerumputan dan kembali menghitung dari awal berapa banyak kelopak bunga lili yang berada di sekitarnya.
Meski ia sudah melakukannya sebanyak puluhan kali, tapi karena tidak ada hal yang bisa ia lakukan di tempat itu lagi, ia kembali melakukannya lagi dan lagi.
Saat hitungannya mencapai seribu, tiba-tiba matanya mulai terasa panas dan perih. Air mata seketika menetes pada kelopak bunga lili yang sedang ia pegang.
Jura hanya bisa terisak sambil mengusap matanya berkali-kali. Jika terus seperti ini, tidak lama lagi ia akan benar-benar kehilangan akal sehatnya. Sejak awal, cara yang dipilih olehnya memang sudah salah.
Ia terlalu percaya diri dengan kemampuannya sendiri. Ia juga tanpa sadar sudah meremehkan bakat milik Zeth. Dunia di mana Jura berada saat ini benar-benar terasa nyata, dan kali ini ia benar-benar takut dengannya.
Setelah beberapa saat, akhirnya Jura bisa mengendalikan emosinya lagi. Ia berhenti terisak dan berhenti menghitung kelopak bunga lili. Ia hanya duduk diam di tempatnya sambil mendongkakkan kepalanya ke atas, menatap langit yang belum juga berubah.
“Syvilleeee, aku ingin makan masakanmu lagi …”
…
“Keeyy, aku belum tahu kelanjutan ceritamu …”
…
“Baronnn, aku ingin mendengar lelucon payahmu lagi …”
…
“Zeeth, aku belum selesai menjelaskan teori sihir yang kau tanyakan terakhir kali …”
…
“Lucius …”
Mata Jura kembali terasa perih. Ia menggigit bagian bawah bibirnya karena mulutnya mulai bergetar. Dengan sebelah tangannya, ia menutup mulutnya dan mencoba untuk menahan suara teriakkannya.
“Aku merindukanmu … aku merindukan kalian semua … tolong aku … Keluarkan aku dari sini …”
.
.
Dengan tubuhnya yang terbaring di atas rumput, Jura hanya menatap kosong ke langit yang cerah. Ia tidak ingin melakukan apa pun lagi.
Ia tidak ingin melakukan apa pun lagi setelah semua usahanya gagal untuk mengeluarkannya dari tempat yang mengurungnya ini.
Ia tidak ingin memikirkan apa pun lagi setelah semua cara yang ia pikirkan tidak berhasil mengeluarkannya dari tempat yang mengurungnya ini.
Ia tidak ingin mengeluarkan suara apa pun dari mulutnya lagi setelah semua teriakan dan permohonannya kepada Henry mau pun anggota The Oblivion lain untuk mengeluarkannya dari tempat yang mengurungnya ini.
Ia hanya menatap langit dengan pandangan kosong dan bernapas. Tidak melakukan apa pun lagi.
.
.
Jura langsung membalikkan tubuhnya ketika merasakan hawa keberadaan seseorang dari balik punggungnya.
Di sana, tiba-tiba saja Henry muncul di depannya dengan senyum cerah di wajahnya. “Jura, apa kau baik-baik saja?”
Perasaan senang seketika memenuhi d**a Jura, dengan kakinya yang terasa lemas karena sudah lama ia tidak gunakan, ia berlari ke arah Henry. “Henry … Henry! Keluarkan aku dari sini! Aku mohon!”
“Ah … Jura … Jura yang malang. Jura milikku yang malang … kau benar-benar ingin keluar dari tempat ini?” tanya Henry sedikit memiringkan kepalanya ke samping, ia mengulurkan tangannya untuk membantu Jura untuk berdiri.
Jura menerima uluran tangan Henry sambil menganggukkan kepalanya. “Ya! Tolong keluarkan aku dari tempat ini! Aku mohon … Henry … tolong aku …”
Henry langsung memasang wajah yang sedih. Ia mengelus rambut Jura yang sudah berantakan dengan lembut. “Hmm … apa kau akan melakukan apa pun setelah aku mengeluarkanmu dari tempat ini?”
Tangan Henry yang mengelus pelan kepala Jura terasa sangat hangat. Sudah berapa lama ia sendirian di tempat ini sampai ia benar-benar merindukan kehadiran orang lain?
Pikirannya terasa aneh. Tubuhnya terasa aneh. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, sesuatu yang membuat dirinya merasa tidak nyaman. Sesuatu yang salah …
“Ya, ya! Aku akan melakukan apa pun, asalkan kau mengeluarkanku dari tempat ini. Kumohon, Henry …”
“Aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini asalkan kau berjanji untuk tidak berbohong padaku lagi, Jura.”
“Ya! Aku janji! Tolong aku, Henry …”
“Aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini asalkan kau berjanji tidak akan membantah perkataanku lagi, Jura.”
Jura menganggukkan kepalanya dengan semangat. “Ya! Aku janji, aku janji akan mendengarkanmu dan tidak akan membantahmu lagi!”
“Aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini asalkan kau berjanji tidak akan meninggalkanku lagi, Jura.”
“… ya … ya … aku … aku janji …”
Henry tersenyum tipis sambil mengusap pipi Jura dengan pelan. “Aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini asalkan kau melupakan teman-temanmu itu, Jura. Lupakan teman-temanmu yang bahkan aku tidak tahu siapa mereka. Lupakan mereka yang kau sebut sebagai anggota The Oblivion.”
Senyuman Jura langsung kaku di wajahnya. Instingnya membuat Jura mundur beberapa langkah menjauhi Henry.
Seluruh tubuhnya langsung bergetar ketika melihat ekspresi di wajah Henry yang mulai berubah karena tidak mendengar jawaban apa pun darinya.
“Apa jawabanmu, Jura?”
“Aku … aku tidak bisa, Henry …”
“Jura, aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini asalkan kau melakukan hal itu. Apa sulitnya untuk melupakan mereka yang seharusnya tidak ada?”
Jura menggelengkan kepalanya dengan kencang. “Tidak! Mereka ada! Mereka benar-benar ada! Syville, Key, Lucius, Baron, Zeth … mereka semua ada! Mereka temanku, Henry. Aku harus kembali pada mereka!”
Kali ini, tatapan Henry membuat Jura benar-benar ketakutan. Ia kembali mundur menjauhi Henry sampai punggungnya menyentuh penghalang magis yang ada di belakangnya.
“Jura … kenapa kau bersikeras untuk kembali kepada mereka? Siapa mereka? Kenapa kau tidak menyerah juga? Kita sudah melakukan hal ini sebanyak lima kali! Apa kau tidak kelelahan?”
Ujung bibir Jura langsung berkedut ketika mendengar perkataan itu dari Henry. “Apa maksudmu dengan lima kali? Henry … sudah berapa lama kau mengurungku di tempat ini?”
“ … Tidak. Belum saatnya. Belum saatnya kau keluar dari tempat ini. Pikiranmu masih teracuni oleh sesuatu,” gumam Henry pelan sambil menggigit kuku jarinya. “Jura … Juraku yang malang. Kembalikan Juraku yang dulu …”
“Henry! Keluarkan aku dari sini—”
Belum sempat Jura menyelesaikan perkataannya, sesuatu yang tidak terlihat seperti mencekik lehernya dengan menyakitkan. Membuatnya tidak bisa bernapas, membuatnya tidak bisa memohon untuk dibebaskan dari tempat ini.
Pandangannya mulai terlihat rabun, sampai akhirnya ia kembali kehilangan kesadaran.
.
.
Hal pertama yang dilihat oleh Jura ketika ia kembali mendapatkan kesadarannya adalah semburat jingga pada langit senja yang terbentang luas.
Ia mengedipkan matanya berkali-kali, kemudian memijat pelan keningnya berusaha untuk menghilangkan rasa sakit yang ada di sana.
Hembusan angin menerpa wajahnya yang mulai terasa dingin. Ia hanya bisa mendengar suara gemerisik rumput di sekitarnya.
Jura memaksa dirinya untuk bangun dari posisi tidurnya. Namun, karena kepalanya yang masih terasa sangat sakit, ia hanya bisa duduk dengan perlahan.
Menyebarkan pandangannya ke sekeliling, Jura hanya melihat hamparan rumput yang sangat luas. Tidak terlihat akhirnya sama sekali. Di sekelilingnya juga tidak ada satu pun bangunan atau pohon dan semacamnya. Hanya hamparan rumput luas dan juga puluhan atau mungkin ratusan bunga mawar yang mengelilingi Jura. Rasanya sangat aneh, keadaan di sekitarnya terlihat seperti buatan. []