Nalendra menatap Anna dengan lekat. Merasa tak nyaman sampai dipanggil dua kali. Mungkin, Anna merasa tidak dihargai oleh Nalendra yang hanya menjawab seperlunya saja. “Apa, Anna?” “Baru saja, aku pergi ke desa itu, nah di sana aman,” katanya dengan tersenyum tipis. Nalendra hanya mengangguk. Sebenarnya, tubuhnya masih sedikit lemas. Tapi, jika hanya untuk rebahan saja, rasanya malah semakin sakit. Jadi, Nalendra memutuskan untuk pindah dari kamarnya. Hendak mengambil air, tapi ada Anna di sana. “Besok saja, lah, masih malas,” jawab Nalendra menyeduh air putihnya. “Oke, besok aku cek lagi, ya,” kata Anna dengan gaya bicaranya yang khas. “Gak usah kebanyakan ngecek. Mendingan besok aku langsung ke sana. Biar cepat selesai. Lama-lama bikin kepala puyeng juga,” kata Nalendra meningg