bc

Astral Projection

book_age18+
523
IKUTI
4.6K
BACA
dark
tragedy
mystery
genius
male lead
horror
weak to strong
like
intro-logo
Uraian

Nalendra seorang mahasiswa yang memiliki kelebihan. Ia mampu melihat sesuatu tak kasat mata. Nalendra harus melakukan perjalanan astral untuk mengungkap misteri kematian Bram, sahabatnya. Bram meninggal karena bunuh diri. Tapi, dalam perjalanannya tidak semulus yang ada di pikirannya. Akankah Nalendra bisa memecahkan kasus kematian Bram? Apa yang mendasari kematian Bram?

Cover by Canva

chap-preview
Pratinjau gratis
Awal Dari Kisah
Persahabatan merupakan jalinan yang lebih penting dari sekadar hubungan kekasih. Sahabat akan selalu ada ketika suka atau duka. Sahabat akan lebih indah ketika hidup aman dan damai. Tapi, bagaimana jika persahabatan melibatkan lawan jenis? Pasti, akan ada sebuah friend zone di dalamnya. “Endra, tunggu ...!” teriak Dewi dari gerbang depan kampus pada saat Nalendra sudah sampai di halaman kampus. Nalendra secara otomatis berhenti lalu menengok ke arah belakang. Ia melihat ada Dewi yang sedang setengah berlari untuk mengejarnya. Nalendra tersenyum karena melihat lari Dewi layaknya anak balita. Begitu lucu dan menggemaskan. “Endra, barengan, ya,” ucap Dewi ketika sudah sejajar dengan Nalendra. Mereka berjalan berbarengan ke ruang kelas. Mereka satu jurusan dan satu kelas. Mereka menimba ilmu dalam bidang seni musik. “Dew, gak perlu lari-lari, juga gue tungguin,” kata Nalendra sembari mengusap kepala Dewi yang ditutup dengan kerudung berwarna putih. Lima menit kemudian, mereka telah sampai di sanggar musik kampus Suaka. Hari ini akan ada pembahasan mengenai kegiatan KKN. Sebuah kegiatan wajib untuk mahasiswa. Di dalam sudah ada Bram dan Pratiwi yang duduk di barisan paling depan. “Ndra, ayo ke mereka,” kata Dewi sembari menunjuk ke arah kedua temannya yang lain. Bram yang dari jauh sudah menatap kedatangan Nalendra dan Dewi dengan perasaan tidak suka. Jelas, dia tidak suka. Sebab, ia menaruh hati pada Dewi. Tapi, Dewi jauh memilih Nalendra. Apa karena Nalendra memiliki ketampanan di atasnya? Dewi duduk di samping Pratiwi, sedangkan Nalendra berdekatan dengan Bram. Mereka duduk di sana bersama mahasiswa lainnya untuk menunggu dosen. Tidak lama kemudian, dosen yang akan membagi mereka ke dalam kelompok kecil pun datang. “Assalamualaikum, selama pagi, dan salam enam agama ...,” ucap Pak Didit—dosen seni musik—yang memakai kemeja warna abu-abu lengkap dengan dasi berwarna hitam. Rambut klimis yang menjadi ciri khasnya pun sudah tampak. Sepatu warna hitam bersih pun membuatnya terkesan laki-laki yang mengutamakan kebersihan. Penampilannya selalu memikat hati mahasiswi yang memang tergila-gila dengannya, tapi, sayang beliau sudah memiliki seorang istri dan dua anak. “Waalaikumsalam dan selamat pagi,” jawab seluruh mahasiswanya dengan kompak. Pak Didit memilih untuk berdiri di tengah-tengah mahasiswa daripada duduk di kursi kebanggaan para dosen. “Baik, saya akan membacakan kelompok kalian beserta tempat untuk KKN,” ucapnya sembari membuka map berwarna hijau yang diisi kertas bertuliskan data mahasiswa. “Pak, itu tempatnya hanya di Jakarta saja atau bagaimana?” tanya Arifa yang memakai kaca mata kebesarannya beserta rambut tergerai sepanjang bahunya. “Tidak, ada yang di Yogya, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta, ya, intinya wilayah Jawa,” jawabnya masih fokus mencari kertas yang sejak tadi belum ditemukan juga. Pak Didit mendongak ke arah mahasiswa untuk meminta bantuan. “Sini saya carikan, Pak,” kata Pratiwi sembari mengangkat tangan. Pak Didit berjalan ke arah depan untuk memberikan map tersebut. Pada saat jalan sampai di samping Nalendra, tiba-tiba cuaca berubah menjadi gelap, lampu padam, dan petir bersahutan dengan jatuhnya air hujan. Gorden bergoyang ke kana dan ke kiri secara cepat, sehingga menciptakan angin yang lumayan besar di ruangan itu. “Mau apa kamu berada di sini?” teriak Nalendra seketika membuat para mahasiswa ikut berteriak karena kebingungan dengan ucapan laki-laki itu. “Heh, saya ini dosen kamu!” bentak Pak Didit dengan menatap Nalendra tajam seakan siap menerkamnya dengan kata-kata yang super pedas. “Minggir! Kalian semua ... nyanyikan sebuah lagu sinden untuk saya,” kata Nalendra dengan suara yang super berat dan lantang. Padahal, suara Nalendra tidak sekeras dan menakutkan seperti itu. Semuanya berubah menjadi ngeri dan saling berteriak. Mahasiswa berlarian untuk bergerombol menjadi satu. Mereka memilih untuk mojok ke sudut ruangan, mencari ketenangan. Nalendra menampakkan mata yang besar merah menyala dan mulut menganga lebar bak kesurupan. Ah, dia memang kesurupan. “Ayo, nyanyikan sebuah lagu sinden,” kata Nalendra ke arah Pratiwi. Pak Didit mulai sadar kalau roh yang ada pada jiwa Nalendra adalah roh manusia yang telah mati. Beliau berlari ke luar dari ruangan untuk mencari seseorang yang bisa menangani. Sebuah kerasukan yang terjadi pada seseorang tidak bisa sembarang orang untuk menangani. Beliau menjumpai dosen agama Islam untuk meminta bantuan. Beliau berlarian di bawah hujan yang sangat deras demi bisa mencari bantuan. “Awalnya bagaimana bisa terjadi?” tanya Pak Ridwan. “Tiba-tiba Nalendra berteriak dengan suara yang menakutkan, Pak,” jawab salah satu mahasiswa yang duduk di ujung ruangan sembari mengusap air matanya karena ketakutan. Pak Ridwan mulai membacakan beberapa surah untuk mengusir roh halus yang menempati tubuh Nalendra. Butuh satu jam lebih, beliau mengusir roh itu. Akhirnya, Nalendra telah sadar sepenuhnya. Jiwanya kembali seutuhnya. “Kalian tenang, Nalendra memang bisa berinteraksi dengan makhluk lain, tapi memang roh yang tadi tidak bisa diajak kompromi. Sudah diusir sama Nalendra, tapi tidak mau pergi dari tubuhnya,” ujar Pak Ridwan sembari berdiri lalu meninggalkan ruang musik. Mahasiswa kembali duduk ke tempatnya masing-masing. Mereka telah siap untuk beraktivitas kembali. Pak Didit meminta map yang tadi sempat dibawa oleh Pratiwi. Beliau membuka kertas yang berisikan data mahasiswa. “Baik, sudah kondusif lagi, ya,” ujarnya sembari menatap seluruh mahasiswa. Nalendra meminum air mineralnya. Berharap keringat dari tubuhnya lekas pergi dan tidak lengket lagi. Ketika jiwa seseorang dimasuki jin atau makhluk halus lainnya, tubuh akan terasa panas yang berlebih. “Lendra, sudah tidak ada lagi, kan?” tanya Pak Didit kepada Nalendra. “Masih, Pak. Banyak, tapi sudah tidak ada yang masuk. Maaf, Bapak tetap akan melanjutkan dengan kondisi basah kuyup?” tanya Nalendra yang membuat seluruh mahasiswa menatap Pak Didit secara bersamaan. Penampilan yang tadi layaknya artis-artis Korea kini telah hilang sekejap. Beliau menepuk dahinya sendiri karena teringat dengan tubuhnya yang telah basah oleh air hujan. “Sudah ga pa-pa, saya lanjutkan saja, ya,” katanya sembari mengusap rambut basahnya dengan jemarinya. Ah, tambah membuat menggigit bibir seluruh mahasiswi yang melihatnya. “Waduh, Pak, itu basahnya menggoda iman!” teriak salah satu mahasiswa yang duduk di barisan paling belakang. Pak Didit malah tertawa senang dengan perkataannya. Bukan senang dalam artian haus pujian, tapi ia menertawakan mahasiswinya yang ternyata tidak kuat dengan iman. “Kuatkan iman kalian, awas bisa kerasukan,” ujarnya sembari menggulung lengan kemeja yang masih basah oleh air hujan tadi. “Saya serius, kalau iman kalian tidak kuat, bisa rentan untuk dimasuki oleh makhluk halus,” sambungnya ketika seluruh mahasiswa malah makin tertawa renyah. Pak Didit membacakan data mahasiswa yang akan mengikuti KKN. Satu per satu beliau sebutkan lengkap dengan alamat tempat KKN. Pak Didit duduk di kursi dosen, sebab sejak tadi beliau menyadari menjadi pusat perhatian para mahasiswa, apalagi kondisi tubuhnya yang basah kuyup membuat perut datarnya terlihat secara nyata. Nalendra bersama Dewi, Pratiwi, dan Bram menjadi satu dan di tempatkan di salah satu desa terpencil di daerah Jawa Barat. Mereka akan berangkat dua minggu lagi. Kegiatan yang akan dilaksanakan selama tiga bulan itu membuat mereka harus mandiri dan juga saling bekerja sama. Setelah Pak Didit selesai membacakan pembagian kelompok, pelajaran dilanjutkan dengan sebuah praktik menyanyikan lagu yang telah diimprovisasi oleh mahasiswa. Nalendra menggunakan sebuah lagu daerah dari Jakarta, yaitu lagu Keroncong Kemayoran yang ia ubah menjadi genre jazz. Mereka pulang dari kampus sekitar pukul tiga sore. Sesampainya di rumah, Nalendra membuat sebuah lagu untuk persiapan kelulusan nanti. Ia menyusun notasi dengan bantuan alat musik piano dan gitar yang ada di rumahnya. Setelah selesai satu baris notasi, ia turun ke lantai satu untuk menikmati makanan yang sudah di masak oleh ibunya. “Hai, Mam,” sapa Nalendra pada ibunya yang sedang duduk sembari memainkan ponselnya. Ibunya merupakan salah satu ibu-ibu zaman kini yang tidak ketinggalan mengenai gosip artis. Oleh karena itu, ia paling sibuk menggunakan sosial media melalui ponselnya. “Iya, ini makan kamu sudah ada,” jawabnya tanpa menatap putranya yang tampan itu. Ketampanannya pun sudah mirip dengan artis Korea yang sedang dikagumi oleh khalayak umum. “Mama, bisa enggak, sih, ponselnya diletakkan dulu, kek anak gadis, aja,” kata Nalendra sembari menyuapkan nasi dan beberapa lauk ke piringnya. Jujur, Nalendra merasa kesal dengan Mamanya yang berperilaku layaknya lajang yang tidak punya tanggungan. Setelah selesai makan, Nalendra kembali ke kamarnya untuk melanjutkan membuat notasi untuk lagu ciptaannya. Jujur, membuat sebuah lagu itu tidak mudah. Banyak hal yang harus diperkirakan agar komposisi semuanya terasa pas di telinga pendengar. Sekarang, Nalendra sedang membuat sebuah notasi yang menurutnya nyaman untuk didengarkan. Tapi, lagi-lagi ada sosok perempuan cantik bak bidadari yang turun dari kayangan di hadapannya. “Nada-nadamu membuatku suka,” kata sosok yang putih dan mengenakan baju panjang berwarna putih. Rambut sepanjang tubuhnya tergerai menutupi wajahnya. Nalendra bingung dengan hal itu. Banyak makhluk yang mendatanginya, bukan lagi melalui mimpi, tapi benar adanya di depan matanya sendiri. Tapi, ketika dirinya ingin menyentuhnya, tangannya tidak bisa menggapai. Sejak saat itu, Nalendra menyadari dengan kelebihannya yang bisa melihat sosok astral. “Maksud kamu, apa?” tanya Nalendra sembari menghentikan alunan nadanya dari piano. Dua detik kemudian, sosok itu berubah wujud yang jauh lebih menyeramkan. Tiba-tiba wajah yang tadi tertutup dengan rambut panjang, kini berubah menjadi datar, tanpa mata, hidung, dan mulut hanya separuh, nyaris tidak ada. Bahkan, rambut yang tadinya panjang, telah hilang dari pandangan Nalendra. “Aku dulunya seorang musisi, tapi ... ada seseorang yang tega membunuhku melalui perantara dukun,” jawabnya dengan terbata-bata karena mulut yang hanya separuh. “Lalu, kenapa kamu hadir di hadapanku?” tanya Nalendra dengan keras dan sedikit bergetar karena rasa takut. Dulu, Nalendra sama sekali tidak bisa melihat makhluk astral. Tapi, entah bagaimana bisa ia mampu melihat makhluk tak kasat mata itu. “Aku menyukai alunan melodi kamu, itu mengingatkanku tentang kehidupanku terdahulu,” jawabnya dengan menahan tangis. “Aku merindukan nyinden di hajatan orang,” ujarnya dengan sesenggukan. Sedangkan, Nalendra bingung harus menyikapi sosok itu bagaimana. Nalendra memintanya untuk pergi dari hadapannya. Beruntung, ia mau untuk pergi dari tempatnya. Setelah itu, Nalendra kembali memainkan piano untuk melanjutkan notasi buatannya. Setelah merasa bosan, Nalendra memutuskan untuk melihat grup kelasnya. Di sana, ia membaca banyak pesan yang muncul di ponselnya. Pesan yang membahas mengenai kegiatan KKN yang akan lekas dimulai. Tapi, Nalendra tidak tergiur dengan pembicaraan mereka. Nalendra memilih membalas hal itu dengan Bram. “Bram, untuk KKN, apa kita bikin rencana kegiatan?” tanya Nalendra pada Bram melalui pesan pendek di aplikasi. Karena memang mereka satu kelompok, Nalendra memberikan usulannya demi kelancaran KKN. “Boleh, besok kita ketemu saja di taman,” jawab Bram melalui pesan teks. Nalendra membuat sebuah grup yang berisi empat orang. Grup yang akan mereka gunakan untuk saling berkomunikasi membahas mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. Nalendra memberikan informasi tentang rencananya untuk bertemu di keesokan harinya. Nalendra ingin tidur karena waktu telah larut. Tapi, ia malah melihat sosok laki-laki yang bertubuh besar setinggi dinding kamarnya. Tidak lama kemudian, di langit-langit kamarnya bermunculan darah yang membentuk beberapa huruf. Huruf-huruf itu membentuk kata ‘MATI’. Nalendra bingung dengan makna tulisan itu. Sosok laki-laki tadi berujar dengan keras. “KKN akan membawa petaka untuk kalian!” ujarnya dengan suara yang sangat keras dan memekakkan telinga Nalendra. Ia tidak kuasa menahan suara yang pekik di telinga, lantas berteriak menyebut nama Allah. Ibunya yang sejak tadi telah tertidur dengan pulas, langsung bangun dan berlarian menaiki tangga menuju kamar putranya. “Nalendra, ada apa?” tanyanya dari ambang pintu. Beliau merasa takut dengan putranya yang setengah kesurupan dan setengah sadar. Ibu Nalendra lari ke arah putranya ketika Nalendra memegangi kepalanya dengan kuat. Ia merasakan bisikan-bisikan iblis membuatnya seperti mabuk kepayang. Kepalanya pening dan berat. Telinganya selalu dibisikkan kata-kata tak pantas. Nalendra berkali-kali berusaha untuk mengucapkan istigfar dan firman-firman Allah. Setelah Nalendra sadar sepenuhnya, kata yang bertuliskan dengan darah kental itu telah menghilang entah ke mana. Ibunya yang masih duduk di dekatnya pun merasakan kebingungan melihat anaknya sedang menatap langit-langit kamar seakan mencari sesuatu. “Nalendra?” kata ibunya dengan sedikit takut. Tangannya bergetar hebat ketika memegang lengan anaknya. “Mam, tumben inget anak, biasanya ponsel terus,” jawab Nalendra dengan santai diiringi senyuman tipis yang menawan. “Mamamu iki lagi khawatir kamu teriak-teriak kaya kesetanan, kamu malah seenak itu jawabnya. Jelas Mama khawatir, Ndra,” jawabnya sembari memukul pelan punggung anaknya. “Tadi itu memang kesurupan, bahkan dalam sehari aku beberapa kali kesurupan sama melihat makhluk-makhluk aneh, Ma. Padahal, aku dulu tidak bisa melihat makhluk astral,” kata Nalendra masih tersenyum. “Ini masih adakah makhluk itu?” tanya ibunya bergeser ke kanan menjauh dari Nalendra. “Enggak,” jawab Nalendra sembari menarik tangan ibunya agar tidak menjauh darinya. Nalendra merasa rindu bisa duduk berdua bersama ibunya seperti saat ini. Bahkan, ia juga sangat merindukan bisa bercengkerama bersamanya, tapi sayang ibunya telah dikuasai oleh dunia maya. Sejak kedua orang tuanya pisah, Nalendra kekurangan kasih sayang dari keduanya. Ayahnya pindah ke Medan, sedangkan ibunya sibuk dengan sosial media. Inilah pertama kalinya Nalendra bisa duduk bersama ibunya setelah lima tahun lalu. “Mama, melihat di atas ada tulisan aneh gak?” tanyanya. Ibunya menggeleng seakan tidak ada masalah. Ya, memang dia tidak bisa melihat dimensi lain. Bahkan, sekadar merasakan kehadiran mereka saja, beliau tak mampu. Ibunya melihat Nalendra sudah baik-baik saja. Beliau pergi dari kamar putranya. Nalendra kembali mencoba untuk menjemput mimpinya. Walaupun banyak makhluk yang berseliweran di hadapannya, tertangkap dengan indra penglihatannya, Nalendra berusaha untuk tidak membuka diri. Akhirnya, Nalendra bisa memejamkan mata dengan tenang dan nyaman. Keesokannya, Nalendra telah bersiap untuk membahas KKN bersama tim kelompoknya. Ia mengendarai mobil seorang diri. Lagi-lagi banyak makhluk yang mencoba untuk mengganggunya. Ada yang tiba-tiba berdiri di depan mobilnya, yang membuat Nalendra mengerem mendadak. Ada pula yang muncul dari atas mobilnya dan mengeluarkan lidah yang amat panjang. “Tolong ... beri saya jalan,” ucapnya dalam hati ketika banyak makhluk halus mencoba mengganggunya. Makhluk itu berlalu entah ke mana. Nalendra bisa melajukan mobilnya dengan lancar ke tempat yang telah disepakati. Mereka telah berkumpul di salah satu taman yang terletak di tengah kota Jakarta. “Nalendra, memang apa yang akan kita bahas?” tanya Pratiwi yang sedang membenarkan posisi ikat pinggang yang mengendur secara misterius. Ah, bukan lagi misterius yang menjadi rahasia, pinggangnya yang kecil membuat semua celana dipakainya kebesaran dan ikat pinggang suka mengendur dengan sendirinya. Nalendra menyeruput satu sampai tiga tegukan air teh kemasan yang sempat ia beli di jalan tadi. “Oke, sebelumnya, Dew, tolong ditulis semua yang kita bahas,” kata Nalendra sembari menatap Dewi yang sedang duduk di sebelah Pratiwi. Kenapa Nalendra menyuruhnya bukan yang lain? Sebab, Dewi telah siap dengan buku dan bolpoin. “Pertama kita bahas agenda yang akan kita berikan. Kita harus buat rencana kegiatan sesuai dengan tema yang ditentukan,” kata Nalendra. “Memang tema KKN kelompok kita apa?” tanya Bram yang memang tidak mengetahui tentang itu. Dia memang hadir ketika bertemu dengan Pak Didit waktu itu. Tapi, dia tidak memperhatikan dengan benar. Akhirnya, ia tidak mengetahui satu pun informasi penting. “Tema kelompok kita itu ‘Pengembangan Edukasi Desa Berbasis Seni’, jadi, menurut gue, kita harus membuat rencana kegiatan dari awal. Tujuannya, supaya nanti ketika kegiatan KKN berlangsung kita sudah siap dengan segala kegiatan yang akan dilaksanakan bersama warga desa,” ujar Nalendra dengan wajah yang penuh keyakinan. Sebuah kata ‘yakin’ akan berpengaruh besar dalam sebuah rencana atau sesuatu yang sedang kita kerjakan. Kalau kita mengerjakan dengan ragu-ragu tanpa ada rasa yakin, ya, hasil tidak akan memuaskan. “Nah, gue mau kalian menyumbangkan pendapat kalian, kalau dari gue, gue mau mengadakan agenda lomba menyanyi lagu daerah untuk warga sekitar, untuk masalah hadiah, nanti kita bisa mencari sponsor atau membuat proposal kegiatan agar bisa mendapatkan suntikan dana dari kampus,” sambung Nalendra menuangkan idenya yang langsung ditulis oleh Pratiwi. Mereka masih tampak berpikir untuk memberikan pendapat. Sebuah pendapat atau menuangkan ide adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan. Sebab, dalam segala sesuatu, kita harus bisa mengutarakan pendapat dan ide itu sendiri untuk mencari jalan keluar. “Gue mau ngasih ide, kalau dari gue, sih, diadakan edukasi tentang musik dan alat musik setiap hari Minggu sore. Alasannya, ya, kembali lagi dengan tema yang adanya kata edukasi,” kata Pratiwi setelah selesai menuliskan ide dari Nalendra. Ia lanjut menulis pendapatnya di sana. Bram memutuskan untuk pergi ke toilet sebentar. Benar, hanya sekitar dua menit. Setelah itu, ia kembali ke tempat untuk ikut membahas agenda KKN kelompoknya. Tapi, sikapnya sudah mulai aneh. Dia menjadi pendiam dan jarang sekali bercanda. Apa yang salah? Bram hanya mengutarakan idenya yang bisa dibilang pendapat paling terbaik. Ia memberikan ide untuk adanya sanggar seni tradisional setiap hari Sabtu. Kenapa bisa disebut ide paling menarik? Karena, budaya seni tradisional saat ini tidak banyak orang yang mau menyentuh apalagi memainkannya. Bahkan, anak muda yang bisa memainkan gendang, saron, dan lainnya saja hampir tidak ada. Jadi, adanya kegiatan tersebut bisa membangkitkan budaya tradisional Indonesia dan mengembangkannya. Untuk agenda kegiatan telah disepakati seluruh ide tersebut, ditambah tentang pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga. Selain itu, mereka juga akan memberikan edukasi mengenai kesehatan mental bagi anak muda. Mereka juga telah menyepakati untuk mengikuti peraturan dari pihak kampus beserta warga sekitar pada saat KKN nantinya agar tidak terjadi sesuatu yang membahayakan. Mereka harus bisa menjaga sikap dan perilaku serta selalu berhati-hati. Mengingat mereka akan berada di desa itu selama tiga bulan, mereka harus bertindak sopan kepada warga ataupun penghuni lain yang ada di sana. Hal-hal kecil seperti itu telah menjadi perjanjian di antara empat mahasiswa tersebut. “Kenapa sih, harus bikin peraturan yang enggak penting?” tanya Bram pada Nalendra yang sejak tadi mengingatkan akan sopan santun. “Karena kita itu berada di tempat orang. Di sana kita juga hidup berdampingan dengan ciptaan Allah yang lainnya,” jawab Nalendra. Setelah selesai membahas banyak hal, pertemuan pertama sebelum keberangkatan KKN itu mereka akhiri. Mereka juga telah menyepakati untuk bertemu sekali lagi tiga hari sebelum keberangkatan. Kini, Nalendra sedang berada di perjalanan pulang. Entah karena apa, ia malah merasakan mobilnya melaju hanya berputar-putar di wilayah Senayan. Padahal, ia telah mengendarai mobilnya selama satu jam. Seharusnya, ia telah sampai di rumah sejak dua puluh menit yang lalu. Tiba-tiba hadir sosok gadis Belanda yang sangat cantik dan anggun memakai pakaian putih dengan rambut panjang tergerai memakai bando berwarna merah muda. “Lendra, seharusnya kamu membatalkan KKN di desa itu, hal itu akan membawa petaka untuk kalian,” kata sosok itu yang sama persis dengan makhluk astral lain yang waktu itu. “Percayalah, Lendra, kegiatan itu akan membawa petaka,” ucapnya sekali lagi dengan serius dan memegang tangan kanan Nalendra. Nalendra memutuskan untuk menginjak rem dengan mendadak. “Bisa enggak jangan ganggu gue. KKN itu kegiatan wajib untuk mahasiswa. Jadi, kamu itu tidak perlu ikut campur, silakan pergi dari hadapan gue,” kata Nalendra sembari membunyikan klakson mobil dengan keras. “Aku tidak bisa pergi dari kamu, aku disuruh nenek kamu agar melindungi kamu,” jawabnya sembari tersenyum dengan manis layaknya anak kecil. Makhluk astral itu memang menawan, dulunya ia adalah seorang gadis Belanda yang meninggal karena dibunuh oleh ayahnya sendiri. Antara percaya atau tidak, Nalendra tidak memikirkannya. Tapi, Nalendra malah memikirkan dengan neneknya yang menyuruh makhluk astral itu untuk melindunginya. Nalendra memilih untuk tidak menggubris makhluk itu. Walaupun benar petaka itu akan terjadi, tapi Nalendra jauh lebih percaya dan yakin dengan Allah yang akan selalu melindunginya. Kapan pun dan di mana pun, Allah akan selalu membantu hamba-Nya. “Oke, silakan ikut gue. Tapi, nama lo siapa?” tanya Nalendra dengan lirih. Karena ada mobil dan kendaraan yang melintasi jalan itu. Nalendra tidak ingin dianggap gila karena berbicara tanpa lawan bicara. Padahal, ia sedang berbicara dengan sosok astral itu. Makhluk ciptaan Allah yang saat itu hanya bisa dilihat oleh Nalendra seorang diri. Bahkan, pengendara lainnya tidak akan bisa melihatnya “Namaku ...,”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Marriage Aggreement

read
82.4K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
629.4K
bc

Scandal Para Ipar

read
697.3K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
862.9K
bc

Menantu Dewa Naga

read
178.7K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.7K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
154.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook