UNDANGAN ULANG TAHUN
“Assalamualaikum.” Ponsel Hendrik bergetar.
Hendrik melirik ponsel yang kebetulan tidak berada di dekatnya, ia kini sedang berbincang dengan Arum. Arum berada di pangkuan Hendrik. Ia merasa nyaman bila berbincang dengan posisi seperti sekarang.
“Ponsel mu bergetar, Mas.”
“iya, sebentar aku ambil.” Hendrik meminta Arum untuk duduk dan Arum pun mengikuti perintah itu.
“Siapa, Mas ?” Tanya Arum.
“Teman ku.” Sahut Hendrik pendek, sebenarnya Hendrik merasa risih melihat salam tersebut ditulis oleh siapa. Bukan risih karena enggan tapi lebih pada rasa tidak nyaman saja. Hendrik khawatir Arum melihat dan mengetahui siapa yang mengirim pesan karena Hendrik sebenarnya bukan seseorang yang jago berbohong. Kalau dia ditanya oleh Arum maka otomatis dia akan jujur bicara, bukan karena ingin jujur tetapi karena keceplosan akhirnya malah Arum bisa mengetahui semuanya nanti.
Arum santaisaja menanggapi sikap Hendrik, sudah biasa bagi Arum Hendrik begitu karenanya dia tidak merasa heran.
“Waalaikumsalam.” Jawab Hendrik atas salam yang Ayumi tuliskan.
“Maaf mengganggu, besok hari ulang tahun Bunga yang ke dua puluh kalau Mas tidak sibuk silahkan datang, aku akan perkenalkan Mas pada Bunga.”
Tuhan… rintih Hendrik dalam batinnya, ia akan bertemu dengan putrid kandungnya, ia akan melihat langsung wajah anak itu. Betapa bahagianya hati seorang ayah mendapat kesempatan seperti ini. Hendrik bahagia sekali, namun kemudian ia ingat bahwa besok adalah jadual Hendrik mengantar Arum ke dokter . Hendrik berada di ujung persimpangan kegalauan hatinya. Hendrik harus bisa membuat alas an yang menenangkan Arum. Hendrik harus bisa meyakinkan Arum bahwa besok dia aka nada acara yang sangat penting. Hendrik pun menerawang mencari jalan keluar.
“Um, besok jadi yak e dokter.” Arum mengangguk. Hendrik makin gelisah, Hendrik tidak mungkin menolak permohonan yang Ayumi ajukan. Untuk pertama kalinya mendapat kesempatan bertemu Bunga putrinya.
“Kalau misalnya ke dokternya hari kamis bagaimana ?” Tanya Hendrik sambil merebahkan tubuhnya di sofa dan kepalanya ia tumpukan pada ke dua paha Arum.
“Kok ditunda, kenapa ?”
“Besok keponakan Pak Bil ulang tahun, aku diminta datang, memang hanya sebuah pesta ulang tahun sih tapi kok rasanya nggak enak kalau nggak datang.” Hendrik mencoba bermanis kata.
“Ya, datang saja, ke dokternya bisa ditunda kok.” Arum bicara dengan santainya tanpa sedikitpun berpikiran buruk pada Hendrik.
Pagi itu, Hendrik telah siap dengan batik coklatnya, ia mematut dirinya di cermin kamar mandi, ia tidak berani berdandan dengan sangat detail di kamar tidurnya karena ini akan membuat Arum bertanya-tanya. Hendrik ingin tampil sempurna di hadapan Ayumi juga Bunga, ia ingin jadi ayah juga suami buat mereka, agar mereka merasakan punya keluarga yang lengkap meskipun hanya sehari.
Hendrik melintasi ruang makan, tetapi sepi.
“Ummi kemana, Bik?” Tanya Hendrik pada bibik pembantunya.
“Dari tadi sudah keluar, mungkin jalan-jalan, Pak.” Penjelasan bibik pada Hendrik. Hendrik mencoba menghubungi Arum dari ponselnya namun rupanya Arum meninggalkan ponselnya di rumah. Hendrik melirik jam tangan, dia akan terlambat bila harus menunggu Arum pulang.
“Bik, tolong bilang sama Umminya Azzam kalau saya berangkat ke ulang tahun keponakan Pak Bil, ya.”
“Oh, iya, Pak.” Suara bibik dari dapur.
Mendekati rumah bercat coklat dengan bangunan yang minimalis namun artistic. Pintu pagar yang telah terbuka. Hendrik memarkir fortuner hitamnya di depan rumah itu.
“Assalamualaikum.” Ucap Hendrik perlahan. Seorang lelaki tua muncul dari samping rumah induk.
“Bapak undangan pestanya Mbak Bunga ?”
“Iya.Pestanya di mana ?” Tanya Hendrik terbata.
“Di kebun belakang, mari saya antar.”
Hendrik mengikuti langakah lelaki tua tadi. Wow, halaman belakang rumah ini ternyata indah luar biasa, ada kebun bunga juga kolam renang, ada juga taman yang berisi melati, kursi-kursi indah telah tertata di sana. Bebrapa orang telah duduk sambil bercengkrama. Hendrik mengambil tempat di ujung sambil memperhatikan orang yang lalu lalang. Belum Nampak Ayumi dan gadis bernama Bunga, Pak Bil pun tidak ada.
Hingga beberapa menit kemudian. Sebuahkue bertingkat lima muncul di tengah para undangan pesta, riuh tepuk tangan menyambutnya. Seorang wanita cantik muncul bersama putrinya yang juga cantik. Mereka saling memuji dan memberikan selamat. Ada Pak Bil juga di samping ibu dan anak tadi.
“Ayumi benar-benar belum menikah lagi.” Desis Hendrik. Apakah itu berarti Ayumi memang ingin menjaga cintanya kepada Hendrik atau karena alas an lainnya. Entahlah.
Acara inti telah selesai, kini tinggal acara makan-makan dan bincang ringan. Hendrik masih tetap di tempatnya.
“Ibu, Ayah tidak datang, ayah tidak mungkin datang, Bu.’ Ucap Bunga pada ibunya.
“Ayah mu pasti datang, mungkin sebentar lagi.Percayalah.”
Ayumi kemudian menghubungi Hendrik.
“Mas, kamu di mana, acara sudah hampi selesai, aku terlanjur berjanji pada Bunga bahwa kamu pasti datang.”
“Aku sudah di sini sejak tadi, kalian saja yang tidak meliaht kebeadaanku.”
“Apa benar begitu.”
“Iya, benar.
Hendrik berdiri menghampiri Ayumi juga Bunga. Mereka saling berpandangan. Ada tatapan kerinduan di wajah gadis itu. Wajah yang indah, postur tubuhnya seperti Hendrik tetapi secara keseluruhan Ayumi memang masih mendominasi. Bunga sudah dewasa, ia sudah bukan gadis kecil yang akan memanjat tubuh Hendrik seperti gadis kecil lainnya. Ada banyak bilangan hari yang telah tertinggal antara dirinya dan Bunga putrinya.
“Ayah..” Panggil Bunga.
“Iya sayang.” Suara Hendrik lirih.
“Kita tidak bisa saling memeluk karena banyak orang padahal Bunga sangat ingin, Yah.” Ucapan Bunga membuat Ayumi juga Hendrik terharu. Hendrik membentangkan ke dua tangannya. Iya sepertinya tidak peduli sebanyak apa mata memandang, ia hanya ingin memeluk Bunga putrinya yang lama nian tidak berjumpa.
Saat ini semesta memang bersenandung, tetapi ada yang lirih mengirimkan pesan duka tentang sebuah pengkhianatan dan ketidakjujuran yang akan menjadi jalan menuju rajutan luka baru yang entah bagaimana endingnya. Hendrik masih memeluk Bunga yang terisak-isak di d**a bidangnya. Nalurinya sebagai ayah begitu bangkit hari ini..