SEBUAH KEBETULAN

667 Kata
SEBUAH KEBETULAN Hendrik sekarang sedang asik berbincang dengan Bunga, menuruti apapun kemauan gadis itu kecuali tentang keinginannya bertemu yang kian besar. Untuk keinginan yang satu itu Hendrik masih harus menata waktunya. Meski begitu, Hendrik tidak pernah abai terhadap Rozzaq dan yang lain, Hendrik tetap jadi ayah yang baik, yang duduk di rumah dan mendampingi mereka berbincang meski hati dan jiwanya mengembara. “Mas aku mau keluar dengan Miska, ga pa pa ya.” “Kapan saying ?” “Sekarang, sebentar lagi Kartika dating menjemput aku.” “Mau kemana ?” “Jalan-jalan sambil mengurus bisnis.” Arum tersenyum tipis. “Cie, saying ku sekarang punya bisnis.” Hendrik menggoda Arum dan meletakkan ponselnya di atas meja. Tak berapa lama sebuah mobil memasuki halaman rumah mereka, Kartika turun dari mobil dan menyapa Arum juga Hendrik. “Mas, Mbak Arum mau tak ajak jalan-jalan dulu ya,” “Iya boleh, tapi pulangnya jangan terlalu sore ya.” “Asiappp” Mereka pun menuju salah satu tempat yang sudah di janjikan untuk bertemu, di sana rencananya mereka akan berbincang tentang rencana sebuah perusahaan besar untuk menggunakan jasa Arum sebagai seorang desainer yang akan mendesain semua gaun yang akan ditampilkan dalam acara ulang tahun perusahaannya. Mereka pun sepakat bertemu pukul 09.00 WITA. Arum turun dari mobil bersama Kartika, mereka menjabat tangan beberapa orang yang ada di sana, basa basi pun di lancarkan sebelum masuk pada acara inti yaitu penawaran-penawaran. Arum memang bukan wanita bodoh, tetapi memiliki sekretaris seperti Kartika sungguh membuat Arum merasa beruntung. Setidaknya Kartika telah berhasil membuat semua berjalan lancer. “Ini cumi tepung kesukaanmu.” Bisik Kartika. Arum pun tertawa kecil. Hingga mata Arum tertuju pada seorang wanita cantik yang usianya sebaya dengannya, wanita itu mengenakan jilbab warna biru motif bunga persis sama dengan miliknya. Hendrik membeli jilbab itu di Turki sebelum menikah dengan Arum, ada yang berwarna merah muda, biru muda dan hijau muda. Tapi apa mungkin wanita itu mengenal Hendrik ? Arum berusaha bersikap tenang dan wajar agar tidak membawa kecurigaan. Mereka masih menikmati hidangan bersama-sama. Arum sudah berusaha untuk tenang tetapi entah mengapa tetap saja ia gelisah. Jilbab itu mirip sekali dan tidak semua orang di Kotabaru punya jilbab dengan motif seperti itu. Arum mencoba bicara sambil bercanda. “Jilbab yang mbak Ayumi pakai cantik, “ “Oh, iya ? “ Ayumi malu-malu bertanya. “Iya, warnanya bisa sangat pas.” “Ini pemberian teman saya semasa kami masih SMA dulu. Dia teman yang baik.” Hati Arum bergejolak, ia merasa ditindih batu besar, ia ingin bertanya siapa nama temannya itu namun ia menahan diri, rasanya tidak pantas menanyakan hal itu. Tidak sopan apalagi dalam situasi begini. Arum pun pulang usai semua selesai, tetapi pertanyaan dalam hatinya belum selesai, ia masih juga berpikir keras tentang sebuah kebetulan yang saat ini terjadi dalam hidupnya. Bila benar itu adalah hadiah dari Hendrik berarti jilbab yang berwarna biru itu tidak aka nada di antara susunan jilbab di dalam almarinya. Usai berbasa-basi sedikit dengan Kartika Arum pun menuju rumah, ia tampak bergegas hingga sapaan dari Azzam dan Era tidak ia hiraukan. “Ummi ke kamar mandi dulu yaa, sudah nggak tahan.” Ucap Arum memberikan jawaban atas sapa itu. Azzam, Era juga Hendrik hanya tersenyum melihat tingkah Arum sungguh tak terbersit firasat apapun di hati Hendrik atas kejadian hari ini. Arum membuka pintu almari bajunya, dadanya bergemuruh, ia merasa tidak bisa bernafas. Seketika pandangannya kabur. Jilbab biru muda itu tidak ada di almari jilbabnya, tidak ada di antara tumpukan jilbab baru yang ia punya. Arum merasakan nyeri yang teramat berat di kepalanya. Hendrik, Ayumi, benarkah mereka saling mengenal ? Bila benar lalu kapan Hendrik bertemu Ayumi ? Kapan Hendrik menyerahkan jilbab itu karena seingat Arum beberapa hari yang lalu jilbab itu masih ia simpan. Jilbab itu belum pernah Arum pakai sama sekali. Arum terduduk di depan almari tersebut sambil kepalanya ia sandarkan pada lututnya, ia merasakan lelah luar biasa, sepertinya traumanya tidak akan sembuh bila rasa sakit hatinya terus digelorakan seperti ini. Arum menitikkan air mata, letih..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN