SAMBUTAN HANGAT

462 Kata
Assalamualaikum,” Hendrik membuka pintu rumah yang pagarnya telah terbuka lebar, memang Arum sudah biasa membuka pintu pagar setiap habis dzikir di pagi hari. Itu sudah jadi kebiasaan bagi mereka, bila dulu sebelum Hendrik menikah dengan Arum maka Hendrik yang akan membuka tutup sendiri pintu pagar itu. Kini Arum yang menggantikan tugasnya sebab Arum dijamin akan bangun lebih dahulu dari pada Hendrik. “Waalaikumsalam.” Arum tersenyum sangat manis, senyuman yang meredakan semua keletihan dan kepedihan bagi Hendrik. Arum memang begitu, ia tidak mungkin marah pada Hendrik bila belum tahu dengan benar apa alasannya. Hendrik mengganti bajunya dengan baju santai lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum bertemu Arum dan anak-anak. “Maaf semalam aku tidur di tempat Pak Bil.” Cerita Hendrik sebelum Arum bertanya, Arum sedang menyiapkan sarapan hari ini untuk Hendrik dan anak-anak. Arum mengangguk. Lalu ia mendekati tubuh suaminya yang sedang duduk di kursi makan. Ia lingkarkan lengannya pada leher suami tercintanya. “Mas pasti lelah, nanti seusai makan aku pijitin, ya.” Deg, hati Hendrik meronta. Mestinya pagi ini Arum memarahiku. Mestinya Arum menghabisi aku dengan sumpah serapahnya bukannya menawarkan pijatan lembut seperti ini. Hendrik merasa bersalah luar biasa. Mereka berbincang riang tentang banyak hal termasuk tentang cerita Era dan Azzam yang kemarin ke rumah mereka. Hendrik ikut hanyut dalam perbincangan itu meski dengan memikul sedikit dosa. Di dalam kamar saat anak-anak telah berangkat sekolah, saat ini di Kotabaru sudah diijinkan sekolah tatap muka jadi anak-anak mulai berangkat sekolah. Arum mengambil handbody untuk memijat tubuh suaminya, “kamu mau ngapain ?” Tanya Hendrik. “Mau mijitin kamu.” “Ach, nggak usah, aku Cuma bercanda saja tadi. Daripada kamu mijitin aku mending kamu di sini tidur sambil ku dekap karena dari kemarin aku luar biasa kangen. Arum merasa tersanjung mendapat ungkapan kangen dari lelaki yang sangat ia cintai ini. Ia tidak punya lagi tepat di dalam hatinya untuk lelaki lain selain Hendrik. Arum menghambur dalam pelukannya seraya membiarkan daerah sensitifnya tersentuh d**a bidang milik Hendrik. “Jangan menggodaku,” bisik Hendrik lembut. Arum malah tertawa nyaring. Andai saja Arum tahu di mana dan dengan siapa malam tadi Hendrik bersama, pasti hari ini situasinya tidak seindah ini. Dengan sengaja Hendrik menorah luka dalam kehidupan rumah tangganya, semoga saja tidak akan Nampak selamanya. Karena sepandai-pandainya seseorang menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Mereka berdua sangat romantic dan yang bikin perih ternyata hubungan rumah tangga yang romantic pun bisa terjadi perselingkuhan juga pengkhianatan. Siapa yang menyangka bahwa dalam rumah tangga Arum Hendrik yang baik-baik saja ternyata menyimpan bom waktu yang siap meledak kapanpun. Hanya saja tidak seorangpun tahu itu. Arum bersandar makin rapat sedang Hendrik memeluk makin erat tetapi bayangan dan pikirannya melayang menuju bayangan gelap hari kemarin tentang selarik wajah Ayumi yang tetiba mengisi hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN