"Kamu menangis ?" tanya Hendrik saat melihat Arum tengkurap di ranjang mereka. Arum tetap tengkurap, tidak menggeser tubuhnya sama sekali. Ia terus terisak-isak, dadanya terasa sangat sesak. "Kamu kenapa, Um ?" Tanya Hendrik pada Arum. "Um. . ." Hendrik mengulang pertanyaannya. "Aku nggak pa pa, aku baik-baik saja." Jawab Arum pada Hendrik. "Kalau tidak apa-apa kenapa menangis ?" "Aku yang salah, mungkin aku terlalu sensitif." Jawab Arum. "Sensitif tentang apa ?" Hendrik makin memburu. "Apakah tentang surat perjanjian tadi ?, sensitifnya dimana ?, kamu cerita dong bukannya nangis begini." Hendrik menambahkan kalimatnya lagi. "Um, bukankah akan lebih baik kita memaafkan ?, hati kita akan jauh lebih tenang dan kita bisa lebih fokus pada usaha juga rumah tangga kita ke depannya, iya