(KPP) Komnas Perlindungan Pacar

3035 Kata
Cinta itu bukan tentang kesempurnaan, asal kau bahagia hingga meski dengan cara sederhana, berbagi cerita, canda dan tawa. Mereka yang menggoda dengan kemewahan bukanlah alasan untuk menyudahi sebuah kebersamaan. Setia adalah pilihan dan mendua adalah jalan menuju penyesalan. Cinta bagiku merupakan keputusan, keputusan untuk tetap setia pada satu pilihan. Cinta bagiku menyelimuti , berbalut dengan lembut ketika kamu takut dan mencari perlindungan maka saat itulah kasih sayangku yang akan menyelimuti rasa gundahmu, karena cinta itu menenangkan memberikan kenyamanan dan rasa aman hanya dengan satu pelukan. *** "Kau,,"_____" iiih ,, " kesal Vario semakin menucak dan detik yang sama seseorang mengetuk kaca mobil Vario dan Vario buru-buru menoleh dan ternyata itu adalah Alex. Vario menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, menormalkan degup jantungnya yang semakin berdetak lebih kencang karena sikap sembrono Jupiter, baru setelah itu Vario menurunkan kaca mobilnya. "Lu ke mana aja? Gue dah,,," ucapan Alex terpotong saat melihat ke kursi penumpang dan menyadari jika Vario saat ini tidak sendiri. "Temui mereka lebih dulu gue akan nyusul ke sana!" Ucap Vario memerintahkan Alex sambil berbisik untuk menemui Lexi dan partner bisnisnya. Ya, Lexi sekarang tahu jika Vega memiliki bodyguard pribadi yang lebih layak dikatakan ajudan yang akan siap siaga selama dua puluh empat jam di sampingnya dan Lexi menganggap sikap Vega itu adalah sikap yang memang seharusnya dilakukan oleh seorang CEO sekelas Vega K Dwayne. Bagaimanapun Vega adalah ujung tombak tiga perusahaan dan tidak menutup kemungkinan musuhnya akan selalu mengintai titik lemahnya, maka saat kemarin, ketika Vega memperkenalkan Alexander sebagai ajudan atau bodyguard pribadinya, Lexi langsung setuju. "Ngapain lu bawa ini anak? Jangan,,," "Tenanglah. Gue akan segera menyingkirkan parasit ini!" Potong Vario buru-buru lalu mengibaskan tangannya, memberi isyarat pada Alex untuk pergi dan meninggalkannya menyelesaikan masalahnya dengan Jupiter, mahasiswa begal bin sembrono ini. Alex langsung mengangguk tanpa protes sedikitpun. Meskipun sebenarnya Alex sedang ingin bertanya banyak tentang apa yang terjadi dengan mahasiswa yang dari kemarin terus berbuat onar di kelas Vario tapi sepertinya ini juga bukan waktu yang tepat untuknya, maka dari itu menemui sekretaris Vega dan partner bisnis mereka mungkin jauh lebih penting saat ini. Setelah Alex pergi, Vario kembali menaikkan kaca mobilnya, sementara Jupiter masih menahan hidungnya, agar darah di hidungnya tidak semakin deras keluar mengingat hari sudah siang dan matahari sedang menyengat sangat panas. "Kau menghancurkan ketampananku, Nyonya Vega! Bagaimana aku akan punya kepercayaan diri untuk menunjukkan wajahku di hadapan semua orang jika hidungku patah?" Protes Jupiter saat Vario mengambil kotak tissu di dalam dashboard mobilnya, lalu menyodorkannya pada Jupiter agar Jupiter bisa menggunakan tissu itu untuk menahan darah yang keluar lewat lubang hidung mancungnya. "Aku tidak peduli. Itu salahmu sendiri. Kau yang bersikap kurang ajar dan melecehkan ku!" Tolak Vario sambil mencibirkan bibirnya kesal dan tidak ingin disalahkan. Secara di sini Jupiter lah yang salah, Vario tidak mungkin meninju hidung Jupiter jika saja Jupiter tidak berbuat curang dan sembrono terhadapnya. "Siapa yang kurang ajar? Ingat, kau adalah kekasihku untuk waktu satu tahun ke depan. Dan aku berhak melakukan itu pada kekasihku dan kau tidak bisa mengatakan jika itu adalah pelecehan. Itu adalah sikap romantis seorang kekasih! Aku harap kau tidak lupa dengan status kita saat ini." Tolak Jupiter masih sambil menyumpal lubang hidungnya dengan tissu yang sudah dia gumpal. "Status?" Kutip Vario buru-buru. "Dan jangan lupa status ku adalah dosen di kampus mu sementara kau adalah mahasiswa ku jadi,,," "Stop it. I don't want listen that,,," Jupiter. "No. Kau harus memahami satu hal ini. Kau pikir aku mau punya kekasih ingusan seperti mu? TIDAK. Dan hanya untuk kau tau, aku sudah punya kekasih dan kami sudah bertunangan, dan sebentar lagi kami akan,,," "Bulshit,,," potong Jupiter buru-buru. "Aku tidak mau tahu sekalipun kau sudah punya kekasih, tunangan bahkan suami sekalipun. Aku tidak peduli. Yang pasti kau semalam kalah bertaruh dan kau harus mengabulkan keinginanku sebagai bayaran atas kekalahan mu." Jupiter menjeda kalimatnya untuk menghentikan segala ocehan wanita yang berstatus dosennya ini. " Ooh. Atau kau ingin aku menyebarkan video panas kita agar semua orang di kampus juga kekasihmu itu tahu jika kita,,," sambung Jupiter sambil membuat tanda kutip menggunakan dua jari kirinya di samping telinga sambil menatap tajam ke arah menik mata Vario. Vario hanya kembali menghela nafas dalam, menahan emosinya agar tidak meledak atau semua rencananya akan gagal total hanya karena debat tidak bermutu dengan mahasiswa setengah dua belas ini, Jupiter. "Kau,,,," kesal Vario sambil menggigit giginya sendiri hingga berdecit sambil menahan sakit hati, tapi Jupiter hanya mengedikkan bahunya acuh untuk mengintimidasi sang dosen yang kini menjadi kekasihnya meskipun harus dengan siasat dan manipulasi. "Aoww. Hidungku benar-benar akan patah, dan ketampanan ku akan anjlok jika darah ini tak kunjung berhenti." Jupiter mengeluh karena darah di hidungnya semakin deras keluar dan melihat itu, bohong jika Vario tidak ikut khawatir. Meskipun dia sangat benci sama manusia yang satu ini, tapi ini jelas Jupiter terluka karena pukulannya. "Apa kau tidak ada inisiatif untuk menolong hidungku? Ingat jika ketampananku hilang yang akan malu juga pasti kau! Apa kau ingin dibully karena punya kekasih dengan hidung patah?" Ucap Jupiter dengan susah payah dan Vario mau tidak mau kembali menghela nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Kesal. "Tunggulah di sini. Aku akan kembali secepat mungkin." Ucap Vario setelah meraih satu tas mewah di sampingnya lalu membuka pintu mobilnya bersiap untuk keluar dari dalam mobil. "Kau mau ke mana? Jangan bilang kau akan meninggalkanku di sini sendirian?" Tanya Jupiter saat Vario sudah keluar dari dalam mobil itu. "Aku bilang tunggu sebentar." Tegas Vario sambil melotot dan menekan telapak tangannya, setelah mentoyor jidat Jupiter yang mendongak ke arahnya. "Aku gak akan lama!" Sambung Vario lagi dan kali ini Jupiter yang terlihat menghela napas saat Vario berlalu masuk ke pintu utama restoran itu. Hanya sekitar lima menit , Vario kembali dengan satu kantung plastik putih di tangannya, lalu kembali masuk ke dalam mobil, duduk di belakang kemudinya setelah melepas tas selempangnya. "Apa itu?" Tanya Jupiter pada kantong plastik yang Vario bawa. Vario tidak menjawab, tapi langsung membongkar dashboard mobilnya, untuk mencari sesuatu yang sekiranya bisa dia gunakan untuk menampung es batu. Dapat. Saputangan hitam, dengan motip abstrak, atau lebih dominan di sebut slayer, karena biasanya kain itu Vario gunakan untuk menutup kepala atau separuh wajahnya agar tidak di kenali. Vario membuka slayer itu, kemudian menuangkan es batu yang dia bawa dari restoran tadi lalu meminta Jupiter menaruh es batu yang sudah dibungkus slayer tadi di atas kepala Jupiter agar hawa dingin bisa meresap dari arah kepala hingga hidung dan tengkuk belakang Jupiter. Vario sering menggunakan teknik tersebut ketika mengalami cedera atau sekedar memar selepas terjatuh dari motor dan cara seperti itu efektif mengurangi pendarahan berlebih, dan Jupiter hanya menurut. "Tahan ini di kepala mu!" Imbuh Vario dan Jupiter langsung menerima kain yang sudah Vario letakkan di atas kepalanya. "Sini biar aku bantu bersihkan darah di hidungmu dan aku harap lain kali kau bisa menjaga sikapmu atau hal yang seperti ini akan kembali terjadi." Ucap Vario yang lebih terdengar seperti ancaman untuk Jupiter, lalu apakah Jupiter setuju? Oh tentu tidak. Tidak sama sekali. "Aku akan tetap melakukannya sampai kau benar-benar terbiasa dengan sikap manisku itu!" Jawab Jupiter tapi hanya dalam hati. Dia tidak mau ambil resiko jika sampai Vario kembali memukulnya untuk saat ini jadi bersikap penurut sepertinya akan mampu meluluhkan hati wanita gangster atau dosen gila di depannya ini. "Aoww. Pelan-pelan baby. Hidungku benar-benar sakit!" Keluh Jupiter dan Vario kembali menghela nafas sambil melotot ke arah Jupiter. "Jangan memanggilku dengan panggilan seperti itu. Aku tidak suka!" Protes Vario sambil terus mengelap sisa darah di hidung dan dagu Jupiter. "Lantas aku harus memanggilmu apa, baby?" Tanya Jupiter. "Haruskah Aku memanggilmu Nyonya, Miss, dosenku, atau apa?" Sambung Jupiter yang jadi bingung harus memanggil kekasihnya dengan panggilan apa! Tidak mungkin kan Jupiter akan terus menyapa atau berbicara dengan kekasihnya dengan kata Anda, atau bahasa yang baku dan formal. Yang ada lidah Jupiter bisa keseleo. Oh itu tidak masuk akal, tapi Vario malah semakin kesal ketika diserang dengan pertanyaan aneh macam tadi dan spontan tangan yang sedang mengelap sisa darah di hidung Jupiter itu langsung kembali menepuk hidung mancung Jupiter hingga Jupiter kembali meringis karena sakit. "Oh,,, kau benar-benar kekasih yang kejam, Nyonya Vega. Aku akan melaporkan ini ke (KPP) Komnas Perlindungan Pacar, agar tidak ada kaum laki-laki yang tersakiti oleh kaum wanita. Agar kaum laki-laki tetap berjaya!" Protes Jupiter yang justru terdengar sangat tidak masuk akal di telinga Vario. Setelah membersihkan darah dan memberikan Jupiter obat pereda nyeri akhirnya Vario sudah siap untuk meetingnya siang itu. "Aku harus masuk, karena mereka pasti sudah menungguku. Jadi tolong, jangan bikin ulah lagi. Diam di sini, dan tetap kompres kepalamu agar darahnya bisa segera mereda!" Ucap Vario cukup lembut saat bersiap keluar dari mobil itu. "Emang selain menjadi dosen, kau kerja apa?" Tanya Jupiter bingung. "Hanya kerja sampingan. Untuk mendapat income tambahan!" Jawab Vario singkat. "Oh,,"____"apa kau tidak akan mencium kekasihmu sebelum meninggalkannya sendiri di sini?" Sarkas Jupiter sambil mengerlingkan sebelah matanya, nakal, tapi Vario malah terlihat menghela napas sembari memutar bola matanya kesal. "Itu gak ada dalam kamus ku!" Jawab Vario ketus, tapi Jupiter malah dengan cepat menarik lengan atas Vario yang hendak membuka pintu hingga spontan Vario berbalik dan bibir Jupiter sudah langsung mendarat di pipi panas Vario. "Kau,,," kesal Vario. "Kita akan mulai membiasakan itu baby. Karena aku bukan laki-laki t***l yang akan membiarkan kekasihku jadi bahan pajangan doang." Bisik Jupiter tepat di depan bibir Vario, tapi Vario hanya meremas tali tasnya untuk menumpahkan rasa kesalnya, sebelum akhirnya Vario benar-benar turun dan menutup pintu mobil itu, lalu meninggalkan Jupiter di dalamnya, kemudian berjalan ke arah pintu utama restoran, karena saat ini dia sedang tidak ingin membuang waktu untuk meladeni segala kekonyolan Jupiter dan Jupiter hanya menatap dengan senyum kemenangan ke arah punggung dosennya, dan detik berikutnya Jupiter menarik punggungnya untuk bersandar di punggung jok, lalu memejamkan matanya, masih sambil menahan kompres di kepalanya agar tetap dingin, dan seketika rasa nyaman itu turut Jupiter rasakan, hingga selang beberapa menit, Jupiter malah terlelap di dalam mobil itu. Saat Jupiter tersadar dari lelapnya, ternyata jam sudah menunjukan angka tiga menjelang sore, dan itu artinya dia sudah terlelap selama hampir tiga jam, sementara dosennya masih belum kembali. "Kenapa lama sekali? Tadi katanya cuma sebentar, ini udah hampir tiga jam, tapi tu dosen gila kagak balik-balik." Lirih Jupiter sambil meletakkan slayer yang sebelumnya dia gunakan untuk mengompres kepalanya karena batu es yang dibungkus dengan slayer tersebut sudah mencair hingga separuh baju Jupiter juga ikut lembab. "Oh apa tuh dosen gila meninggalkan ku di sini? Dasar dia benar-benar dosen gila jika sampai dia tega membiarkan dan meninggalkanku di parkiran seperti ini!" Sambung Jupiter semakin kesal saat memikirkan kemungkinan terburuknya. Jupiter akhirnya membuka dan keluar dari dalam mobil itu, berjalan menuju pintu restoran, dan melihat keberadaan sang dosen di sederet meja restoran itu, tapi dia tidak bisa menemukan keberadaan sang dosen. "Oh apa dia benar-benar kabur dan meninggalkan ku! Shitt,,, dasar dosen gila," umpat Jupiter saat tidak bisa menemukan keberadaan sang dosen di seluruh sudut restoran itu. "Selamat siang. Selamat datang di restoran Kami." Sapa seorang Pramudyaa cantik menyapa Jupiter dengan sangat ramah. Jupiter hanya mengangguk lalu masuk dan mengambil tempat duduk di salah satu kursi meja restoran. Ternyata perut Jupiter juga terasa lapar. Setelah mengalami kekerasan dalam berpacaran, dan terlelap, ternyata sekarang Jupiter juga lapar. "Mau pesan sekarang atau ada yang ingin di tunggu lebih dulu?" Sapa Pramudya tadi menawarkan Jupiter menu restoran mereka. Jupiter menerima papan menu yang Pramudya itu berikan lalu menunjuk beberapa menu makanan untuk dia konsumsi dan Pramudya itu langsung mencatat pesanan Jupiter. "Di mana kamar kecilnya?" Tanya Jupiter tiba-tiba pada sang Pramudya tadi, dan Pramudya itu menunjuk ke arah Utara restoran, lalu Jupiter bangkit kemudian berjalan ke ayah yang Pramudya tadi tunjuk. Ada tulisan toilet di ujung koridor restoran, dan Jupiter yakin itu adalah tempat yang saat ini ingin dia tuju, namun baru saja Jupiter sampai di ujung koridor saat tiba-tiba dia mendengar suara seorang laki-laki yang sangat familiar dari balik pintu kaca di ujung koridor. "Anda tidak bisa melakukan ini pada perusahaan ku. Aku dan Mr Dwayne sudah bekerja sama sejak lima belas tahun lalu, dan berlanjut saat Mama Anda, Nyonya Hanzel, dan sekarang Anda mengatakan jika perusahaan kami tidak efektif! Oh itu sama saja dengan penghinaan bagi ku, Nona!" Teriak seorang laki-laki di balik dinding kaca gelap di samping koridor. "Bukan begitu, Mr. Sungguh. Kami percaya jika perusahaan Anda sudah menjadi partner bisnis perusahaan kami, hanya saja untuk saat ini, proyek itu sedang kejar target, maka dari itu kami memutuskan untuk menunda proyek kita yang paling tidak sampai akhir tahun ini, dan setelahnya kita akan kejar target khusus untuk proyek ini!" Jelas seorang wanita dan Jupiter benar-benar hanya fokus menyimak apa kira-kira yang sedang mereka bicarakan, karena Jupiter mengenal dua suara di dalam sana. "Oke. Aku anggap itu janji Anda." Suara laki-laki lagi, dan seketika hening. Jupiter masih diam di ujung koridor dan detik berikutnya dua orang laki-laki keluar dari balik pintu dan Jupiter buru-buru berbalik, melanjutkan langkahnya ke arah kamar mandi, dan detik berikutnya dua orang laki-laki lain kembali keluar di ikuti seorang wanita, Lexi sekertaris Vega K Dwayne mengantar kliennya sebagai tanda hormat, sementara Vario masih berdiam diri di dalam bersama Alex, mencoba memahami situasi yang sebenarnya sedang Vega K Dwayne hadapi di perusahaannya. "Tolong kirim file ini ke email gue. Sepertinya gue harus mempelajari lebih lanjut tiga proyek ini, karena ini cukup serius jika gue mengabaikan masalah ini. Gue yakin si Mr Ducati akan tetap menggencar Nyonya Hanzel jika gue gak cepat menyelesaikan proyek ini!" Bisik Vario lirih pada Alex dan Alex langsung mengangguk faham. "Bagaimana Ga? Apa,,," "Sudahlah. Aku bisa mengatasi ini. Tenang saja. Kau lebih baik balik. Karena aku juga akan kembali ke rumahku. Mama sedang kurang sehat." Perintah Vario pada Lexi yang baru balik dari mengantar kliennya sampai pintu depan ruangan itu. "Oke. Kalo gitu aku balik duluan ya!" Jawab Lexi dan akhirnya kini hanya Vario dan Alex yang tersisa di ruangan khusus itu. "Pastikan jika kau juga akan langsung pulang, !" Ucap Lexi pada bos sekaligus sepupu, dan sahabatnya itu. Dan saat itu juga Vario bangkit dan Alex yang juga langsung melipat laptop mengikuti langkah Vario, dan saat Vario keluar dari balik pintu kaca itu, Jupiter juga kembali dari kamar mandi. "Baby,,," sapa Jupiter dari arah belakang dan sontak Vario dan Alex langsung menoleh ke arah sumber suara. Vario menatap mata Jupiter dengan tatapan kesal, namun sebisa mungkin Vario menormalkan ekspresi wajahnya di hadapan Alex. "Lu balik duluan. Temani Nyonya Hanzel. Gue akan selesaikan urusan gue ama ni bocah dulu." Ucap Vario sangat lirih pada Alex dan seperti biasa, Alex hanya mengangguk setuju, tanpa ada rasa curiga sedikitpun pada Vario dan Jupiter jika kedua orang ini, saat ini sedang terlibat hubungan yang sangat rumit. Jupiter menghampiri Vario yang masih berdiri di depan pintu ruangan kaca itu, saat Alex berlalu. Ada senyum tipis yang coba Vario ukir di sudut bibirnya untuk menenangkan rasa penatnya setelah tiga jam berdebat dengan tiga partner bisnisnya dan percayalah Jupiter langsung membalas senyum itu lebih lebar dari daun kelor. "Aku dah pesen makan, dan,,," "No. Aku ingin pulang. Capek. Mau istirahat dulu. Kalo kamu mau makan dulu, silahkan, aku balik duluan. Kau bisa bawa mobilku, aku akan balik sama,,," "Eeeh enggak. Apaan. Gue,,, eh maksudnya aku ikut pulang!" Tolak Jupiter buru-buru sebelum dosen gila itu benar-benar meninggalkannya di restoran ini. Akhirnya makanan yang sebelumnya Jupiter pesan mereka kemas karena sudah terlanjur di pesan, dan benar saja Vario langsung bergegas menuju parkiran, dan baru saja Vario akan membuka pintu mobilnya, saat tiba-tiba Jupiter sudah lebih dulu membuka pintu itu dan masuk lebih dulu, duduk di belakang kemudi, setelahnya meminta Vario masuk di kursi sebelah kemudi, dan tentunya setelah Jupiter juga membuka pintu tersebut. Vario hanya menghela napas dan tanpa berpikir panjang , Vario memutari mobilnya, dan masuk ke kursi sebelah kemudi. Jantung Vario kembali berdetak dengan lebih kencang saat tiba-tiba Jupiter merapatkan tubuhnya ke tubuh Vario sesaat setelah Vario duduk di jok mobil itu. Bukan untuk mencium Vario seperti sebelumnya, tapi untuk memasang sabuk pengaman di tubuh Vario. Vario memejamkan mata, menarik sedikit tubuh dan wajahnya ke belakang, menghindari tatapannya pada Jupiter karena ternyata Vario juga grogi saat di perlakukan manis seperti ini. Dan sepintas Jupiter melihat ekspresi dosennya yang menutup mata, dengan tubuh yang menegang. "Ngarep di cium ya!" Sarkas Jupiter sambil terkekeh, dan seketika Vario membuka mata lalu mendorong wajah Jupiter menjauh dari hadapannya. "Dasar bocah mezum!" Ucap Vario namun hanya dalam hati. Kesal dengan segala kekonyolan Jupiter yang kadang tidak bisa di terima akal sehatnya. Oh Vario merasa akan gila jika terus berdekatan dengan mahasiswa begalnya ini. "Jadi, katakan di mana alamat rumahmu?" Tanya Jupiter setelahnya dan baru setelahnya Vario berpikir hal ini. Dia tentu tidak mau ambil resiko jika harus pulang ke rumah Hanzel saat ini, dia tidak ingin Jupiter tau di mana tempat tinggalnya. "Baby,,, sebutkan alamat rumahmu, aku akan mengantarmu pulang, dan,,," "Stop memanggil ku seperti itu Piter!" Protes Vario lagi. "Aku tidak mau. Aku akan tetap memanggil mu seperti itu,,, kecuali ketika di kampus!" Tolak Jupiter lagi. "Oh kau benar-benar ya,,,!" Kesal Vario. "Benar-benar sangat manis bukan!" Timpal Jupiter sambil mengerlingkan matanya. Ini adalah langkah awal yang Jupiter pilih, untuk menaklukkan sang dosen. Dan saat dosen gila nya sudah berhasil dia taklukkan, maka dia akan membalas apa yang pernah dosen itu lakukan padanya, bagaimana dia yang di permalukan di depan mahasiswa lain dengan ancaman skorsing, juga video m***m yang melibatkan dia dan dosen itu. Padahal itu bukan lah sepenuhnya video m***m, tapi Vario hanya memutar bola matanya asal, dan entah sejak kapan Jupiter sudah kembali merapat dan menahan tengkuknya, menahan bibirnya di bibir Vario. Vario belum sempat menghindarinya karena semua terjadi dengan sangat cepat, bahkan kedua tangan Vario sudah di tahan dengan dua peper bag makanan yang masih Vario pegang. Jupiter hanya menyesap belah bibir bawah dan atas Vario dengan sangat lembut, dan tempo singkat namun rasanya benar-benar mampu membuat sistem kerja otak Vario berhenti seper sekian detik. "Das,,," Baru saja Vario akan protes tapi gerak bibirnya kembali tertahan karena Jupiter sudah kembali menyerangnya dengan sikap mesumnya dan kembali melumat belah bibir Vario semakin agresif. "Aku akan tetap melakukan ini sampai kau bisa mengimbangi hasrat ku!" Bisik Jupiter tepat di depan bibir basah Vario . Jupiter mengusap lembut belah bibir basah Vario dengan ibu jari tangannya, "dan anggap saja ini adalah hadiah termanis dariku!" Sambung Jupiter lagi dan,,,,,
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN