Phobia Dadakan

2125 Kata
Tong,,, Vario memukul kepala Jupiter dengan sangat keras menggunakan bola mainan di atas dasboard mobilnya hingga kepala Jupiter bocor dan pingsan. Sungguh Vario benar-benar kehabisan stop sabar ketika menghadapi Jupiter yang terus saja memaksa ciuaman yang menjijikan itu. "Mampus kau!" Seru Vario saat tubuh Jupiter jatuh tersungkur ke pangkuannya. "Enak aja main cium-cium mulu. Dia pikir gue wanita apaan. Apa perlu gue gantung dia di tiang jemuran agar dia tau bagaimana cara bersikap sopan pada wanita!" Ucap Vario namun hanya dalam hati, lalu mendorong sedikit kepala Jupiter dari pangkuannya, berharap Jupiter akan bangun tapi ternyata tidak. "Bangun Piter. Aku gak punya waktu dengan sandiwara macem ini. Aku harus pulang , karena sungguh otak dan tubuhku sangat lelah!" Kesal Vario masih sambil mendorong kepala Jupiter namun Jupiter masih tetap tidak bergeming di pangkuannya. Sambil memutar bola matanya asal Vario menatap ke arah kepala dan tengkuk Jupiter, dan baru setelah itu Vario menyadari jika ada darah di kepala Jupiter. Vario meraba arah aliran darah itu. "Oh shitt. Dia cidera lagi. Masa kena pukul kecil gitu aja dia K O?" Umpat Vario saat menyadari bagaimana Jupiter yang sangat lemah ketika mendapat serangan kecil darinya, namun sedetik berikutnya, Vario juga langsung bergegas ke rumah sakit terdekat untuk membantu mengobati kepala Jupiter karena bagaimanapun dia bukanlah wanita kejam yang akan membiarkan korbannya meninggal dengan cara receh seperti ini, setidaknya jika dia harus menjadi pembunuh, dia akan pilih bertarung dengan cara adil lebih dulu. Saat mereka sampai di rumah sakit, dan mendapatkan pertolongan, ternyata benar, kepala Jupiter robek karena pukulan bola tadi hingga harus di jahit. Tidak banyak, hanya dua jahitan saja tapi justru itu membuat Jupiter semakin lebay dan berulah ketika sudah mendapatkan kesadarannya, setelah pingsan kurang lebih dua puluh menit, dan saat Jupiter tersadar, dia sudah mendapatkan dirinya berbaring di ranjang UGD dengan Vario yang juga terlihat terlelap di kursi tunggu sebelah ranjangnya. Tubuh dan otak Vario memang sedang sangat lelah, setelah semalam balapan, lalu begadang menemani sang ibu, dan paginya masih harus mengajar ke kampus, di recokin sama mahasiswa begalnya, lalu di sambut meeting dan perdebatan, benar-benar membuat otak dan tubuh Vario lelah. Oh sesulit itukah dia mendapatkan istirahatnya, hingga ketika duduk dan menyandarkan tubuhnya di kursi saja Vario langsung terlelap dengan posisi duduk. Jupiter melirik ke arah duduk Vario lalu menahan kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. Jupiter baru akan bangkit dari rebahnya saat rasa sakit di kepalanya semakin kuat dia rasakan. Jupiter kembali menahan kepalanya yang sudah di bebat kain kasa, merintih sakit dan seketika suara rintihannya sukses membangunkan Vario yang sempat terlelap beberapa menit. "Kau sudah sadar!" Sapa Vario serak saat menarik urat pinggangnya dengan tangan yang dia satukan ke atas kepalanya dan menariknya cukup kuat untuk merenggangkan pinggangnya. Vario adalah tipe wanita yang urakan , dan lebih banyak bergaul dengan para laki-laki, terlebih lagi ayahnya juga mendidiknya sama persis seperti laki-laki, buktinya laki-laki sekelas Alexander saja jika adu ketangkasan bertarung dia akan kalah, maka dari itu Vario sangat disegani di komunitas mereka, bahkan tak akan ada satupun orang yang akan berani menentang ucapannya jika Vario sudah angkat bicara, nah ini sekelas mahasiswa seperti Jupiter dan kawan-kawannya malah ingin mencoba bersitegang dengannya, jangan harap dia akan menang , jika melawan Vario dengan kekerasan. "Oh apa yang terjadi?" Jupiter mencoba mengingat apa yang sebelumnya terjadi antara dia dan Vario. "Oh, kepalaku!" Keluh Jupiter ketika rasa sakit itu kembali mendera di kepala bagian belakangnya. "Maaf. Gue,,,. Maksudnya aku gak sengaja melakukan itu. Aku terpaksa memukul mu karena kamu,,," Vario menjeda kalimatnya karena Jupiter merintih dengan sangat pedih sambil menahan kepalanya. "Oh,, aku gak akan memaafkan mu sekarang. Kau membuat seseorang Jupiter Orion terluka sampai seperti ini! Oh ini benar-benar keterlaluan. Aku benar-benar akan melaporkan ini ke komnas perlindungan pac,,," "Kau yang mulai duluan. Lagian aku melakukan itu juga untuk membela diriku sendiri, karena kau,,," "Apa yang sudah aku lakukan hingga kau berhak melukai ku seperti ini?" Potong Jupiter dan di saat yang bersamaan seorang perawat laki-laki masuk di balik korden yang membatasi ranjangnya dengan ranjang pasien lainnya, dan ikut mendengar perdebatan Vario dan Jupiter. "Ingat. Aku ini kekasih mu , dan aku berhak untuk mencium kekasihku sebagai bentuk kas,,," Vario spontan menutup mulut Jupiter menggunakan telapak tangannya karena jika tidak Jupiter akan membeberkan apa yang sudah terjadi antara dia dan mahasiswa begal ini dihadapan sang perawat. Oh Jupiter benar-benar sangat menjengkelkan! Mulutnya benar-benar seperti burung beo yang tidak bisa disuruh berhenti berbicara jika sudah menyangkut satu tindakan m***m yang menurutnya adalah tindakan manis. Manis dari segi apanya coba? Yang ada Vario malah merasa jijik dengan segala sikap ceroboh bin m***m Jupiter. "Hentikan omong kosong ini, Jupiter!" Bisik Vario tapi Jupiter malah terlihat semakin merintih sakit setelah menyadari jika ada perawat yang sedang menatap ke ayah mereka saat ini, dan senyum licik kembali terbit dari sudut bibir Jupiter. Sebuah rencana yang akan menguntungkannya tiba-tiba hinggap di otak Jupiter dan sepertinya dia bisa manfaatkan situasi ini untuk membuat Vario tertahan di sampingnya. "Oh ini benar-benar sakit, baby. Apa dokter akan melakukan CT scan pada otakku? Bagaimana jika aku mengalami geger otak, atau amnesia dadakan? Ayo Dok, lakukan tindakan medis, aku gak mau mati hanya karena,,," "Anda tidak apa. Ini hanya luka kecil dan besok atau lusa lukanya pasti sudah mengering dan sembuh!" Jawab sang perawat dengan seragam hijau daun dan masker itu. "Tapi kenapa rasanya sangat sakit? Aku yakin jika ini akan berdampak buruk pada otakku? Bagaimana jika Papa dan Mamaku tau jika putra kesayangannya ini mengalami geger otak akibat kekerasan dalam berpac,,," "Piter,,, sayang . Ini gak apa-apa hanya luka kecil dan aku akan merawat mu dengan sangat baik sampai luka kepalamu sembuh. Kau tidak perlu khawatir." Ucap Vario tiba-tiba dan sungguh itu terdengar sangat lembut dan manis di telinga Jupiter. Tapi justru dalam hati Jupiter ingin tertawa. "Kena kau dosen gila. Akan aku pastikan kau akan membayar semua ini dengan harga yang setimpal!" Lirih Jupiter tapi hanya dalam hati. Hanya dalam hati. "Benarkah?" Jupiter menatap manik mata hazzel milik Vario dan entah kenapa Jupiter terhipnotis sepersekian detik karena mata itu, lalu buru-buru mencuri start dengan memeluk pinggang Vario lalu menyandarkan wajah dan kepalanya di antar pundak dan ceruk leher Vario dan spontan Vario langsung menegang gugup, salah tingkah tapi dengan cepat Vario menormalkan rasa canggungnya, dan setelahnya menepuk-nepuk punggung kekar Jupiter. "Iya. Bukan kah kita kek_ka_sih!" Vario berucap dengan terputus-putus sambil melirik ke arah perawat tadi, karena bagaimanapun dia sedang tidak ingin berurusan dengan pihak polisi untuk urusan sekecil ini. Dia sudah sangat lelah, dan sungguh dia hanya ingin pulang dan istirahat secepatnya. "Oh terima kasih, baby!" Lirih Jupiter di ceruk leher Vario dan Vario semakin merasa kesal saat lagi-lagi Jupiter kembali memanggilnya dengan panggilan baby, tapi Vario tidak bisa protes karena sebelumnya dia juga mengatakan sayang pada Jupiter. Akhirnya setelah perdebatan panjang dan penuh drama di UGD, kini Vario dan Jupiter kembali ke mobilnya, setelah dokter juga memberikan beberapa obat pereda nyeri juga anti iritasi. Dokter juga menyarankan pada Jupiter untuk tetap membersihkan lukanya satu kali sehari, mengganti kain kasanya lalu minum obat pereda nyeri untuk menghindari rasa nyeri berlebih dan baik Vario ataupun Jupiter langsung mengangguk paham. "Aku gak bisa pulang ke rumahku dengan kondisi seperti ini!" Ucap Jupiter saat mereka , Jupiter dan Vario sudah sama-sama duduk di kursi mobil dengan Vario yang akan mengemudi. "Jadi aku harus mengantar mu kemana?" Tanya Vario lalu menghidupkan mesin mobilnya, kemudian melaju meninggalkan area rumah sakit. "Aku akan ikut pulang ke rumahmu saja!" Jawab Jupiter dan seketika Vario menekan pedal remnya secara mendadak karena syok dengan jawab Jupiter, hingga tubuhnya dan tubuh Jupiter terhuyung ke depan , nyaris membentur dashboard. "Oh apa yang kau lakukan?" Kesal Jupiter sambil menahan tubuhnya agar tidak terbentur dashboard. "Apa maksudmu dengan ikut pulang ke rumahku?" Kutip Vario mengulang ucapan Jupiter sebelumnya. "Wahai Nyonya Vega yang terhormat, kekasihku nomer satu. Kau yang telah membuatku cidera seperti ini, dan bukankah tadi kau mengatakan bersedia merawat ku sampai lukaku ini sembuh? Lalu apa ini? Apa kau juga lupa dengan ucapanmu tadi? Maka untuk memenuhi ucapanmu tadi, aku memang harus tinggal di rumahmu, paling tidak sampai lukaku sembuh, baby!" Ucap Jupiter lagi dengan menekankan setiap katanya karena sepertinya Vario ingin mengingkari apa yang sebelumnya dia ucapkan bahwasanya dia bersedia merawatnya hingga sembuh. "Tapi tidak mesti kau harus tinggal di rumahku!" Tolak Vario. "No. Itu adalah satu-satunya cara agar kau bisa merawatku." Potong Jupiter sambil menahan kepalanya, berpura-pura nyeri dan akhirnya Vario menghela napas karena ternyata dia tidak punya kata-kata lagi untuk mendebat ucapan Jupiter hingga mau tidak mau dia akhirnya menyetujui jika Jupiter akan tinggal di tempatnya, sampai luka di kepala Jupiter sembuh. Vario memutuskan untuk membawa Vario ke apartemennya. Vario tetap tidak bisa mengambil resiko jika harus membawa Jupiter untuk tinggal di rumah besar Hanzel, meskipun saat ini dia sedang berperan sebagai Vega K Dwayne. Terlebih lagi semua orang di rumah Hanzel tau jika Vega K Dwayne memiliki tunangan dan tahun depan akan menikah. Vario tidak ingin menghancurkan hubungan Vega dengan laki-laki yang merupakan tunangannya itu jika dia ceroboh dengan membawa laki-laki lain ke rumah Vega K Dwayne, karena saat ini semua orang taunya jika dia adalah Vega K Dwayne, bukan Vario. "Apa kau tinggal di tempat ini?" Tanya Jupiter saat mendongak ke arah bangunan tinggi yang cukup mewah, ketika Vario berbelok ke gerbang besar bertuliskan Golden Palace. Jupiter tau kawasan itu karena dia juga punya beberapa unit di tempat itu, tapi Jupiter pilih bungkam karena saat ini bukan itu tujuannya. Dia harus membuat sang dosen tertekan, bila perlu berakhir gila sekalian, biar dia gak bisa datang ke kampus lagi. Oh membayangkan itu saja Jupiter sangat senang. "Ya. Kenapa?" Jawab Vario saat berbelok ke arah lobi parkiran. "Gak kenapa-napa!" Jawab Jupiter asal lalu membuka pintu mobil untuk segera turun karena Vario sudah memarkirkan mobilnya di parkiran khusus untuk penghuni apartemen itu. Mengikuti langkah Vario yang sudah melaju ke arah pintu lift untuk sampai di unit yang ingin Vario tuju. Vario menekan tombol nomer sepuluh dan itu artinya unit Vario ada di lantai sepuluh. "Apa kau tinggal sendiri?" Tanya Jupiter lagi, saat mereka sudah berada di dalam lift, dan Vario menghela napas, memikirkan bagaimana cara membuat Jupiter mengurungkan niatnya untuk tinggal di tempat. "Aku tinggal bersama tunangan ku!" Jawab Vario asal. "Tunangan?" Kutip Jupiter. "Ya. Tunangan ku. Dan hanya untuk kau tau, kami akan segera menikah!" Jawab Vario santai, berusaha mengikuti gaya bicara Gabriella ketika berbicara dengan para laki-laki yang mendekatinya, hanya untuk menghindari mereka karena hati Gabriella hanya mentok di papanya, Karisma Adolfo. Laki-laki tampan yang sudah menduda sangat lama. "Tapi kalian belum menikah kan? Jadi aku masih punya kesempatan untuk menikung dia, tunangan mu!" Jawab Jupiter santai. Dia tidak peduli jika dosen nya ini punya tunangan, atau suami sekalipun, tidak, karena tujuannya hanya untuk balas dendam pada sang dosen. Hanya balas dendam. "Dasar bocah gila!" Kesal Vario yang gagal membuat Jupiter mundur, dan detik berikutnya lift itu terbuka, mereka sampai di lantai sepuluh. Mereka keluar dan berjalan ke arah kanan, dan berhenti tepat di pintu nomer 88 dengan pintu putih bertuliskan 'V' Jupiter ikut masuk dan melihat sekeliling ruang apartemen itu. Cukup luas meskipun hanya terdiri dari satu lantai dengan satu kamar tidur, satu ruang tengah dan dapur yang hanya di pisahkan oleh meja pantry. "Kau bisa menempati ruang tamu dan tidur di sofa yang itu!" Vario menunjuk ke arah sofa panjang di depannya . "Karena aku menempati kamar yang ini." Sambung Vario menunjuk pintu di mana dia berdiri saat ini, dan Jupiter hanya menyimak. "Istirahatlah. Karena aku juga akan istirahat." Sambung Vario. "Dan satu lagi, jangan pernah memasuki kamarku, apapun alasannya!" Tegas Vario tapi Jupiter tidak begitu menanggapinya , tapi malah merapat ke arah berdiri Vario. "Tidak bisakah kita menempati kamar yang sama. Jujur aku phobia jika tidur sendiri, apalagi harus tidur di sofa!" Ucap Jupiter saat menarik pinggang Vario untuk merapat di tubuhnya. "Jangan gila, Piter. Itu tidak mungkin!" Tolak Vario. "Tapi bagaimana jika tiba-tiba aku sakit kepala dan tidak bisa menahannya sendiri? Lagian kita juga gak akan ngapa-ngapain meskipun menempati kamar yang sama." Ucap Jupiter lagi, sambil menahan kepalanya, berpura-pura sakit agar bisa menghirup aroma pundak dan ceruk leher wanita itu karena Jupiter menyukai aroma parfum Vario. Aroma vanilla cake yang sangat lembut dan menggoda. "Aku tidak percaya padamu!" Tolak Vario. "Oh apa kau ingin aku benar-benar melakukan lebih dari yang kau bayangkan. Kita bisa mencobanya jika kau mau," tawar Jupiter di ceruk leher Vario, masih sambil memeluk dosennya itu, dan seketika Vario langsung mendorong tubuh Jupiter untuk menjauh darinya karena Vario merasa ada sesuatu yang aneh di tubuh Jupiter bagian bawah, saat Jupiter memeluknya seperti tadi. Ada yang mengeras di balik celana joger yang Jupiter gunakan, tapi bukan batu, ada yang mengembung tapi bukan balon udara, Vario tau itu , tapi Vario tidak berani menyimpulkan itu berdasarkan otak kotornya. Oh sungguh Vario akan tertular virus Jupiter yang selalu berpikir kotor,,,
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN