Kekasih Profesional

2452 Kata
Malam sudah cukup larut saat Vario sampai di rumah sakit yang Alex informasikan, dan dari kejauhan, Vario bisa melihat keberadaan Alex yang berdiri di depan pintu bertulis IGD dan sepertinya ibunya baru akan di pindahkan ke ruang perawatan setelah mendapatkan pertolongan darurat. "Apa yang terjadi?" Sapa Vario pada pengasuhnya. "Nona kemana saja? Nyonya besar dari tadi terus mencari Nona!" Tanya balik pengasuh itu. "Aku habis dari,,," "Itu sudah tidak lagi penting. Lebih baik sekarang Nona temui Nyonya agar Nyonya bisa lebih tenang!" Potong pengasuh itu meminta Vario untuk masuk menemui ibunya setelah memberikan pakaian steril untuk Vario dan membantu Vario untuk menggunakan pakaian tersebut. Baru setelah itu Vario masuk dan menemui Hanzel ibunya. Lebih tepatnya ibu Vega K Dwayne. "Vega,,, sayang! Kau di sini?" Lirih Hanzel saat melihat seluit wajah putrinya di antar remang-remang penglihatannya. "Vega di sini Mama. Maaf jika Vega tidak di rumah saat Mama koleps!" Balas Vario sama lirihnya dan tanpa sadar ada air asin yang ikut merembes di antar sudut mata Vario saat mengingat jika selama hidupnya dia belum pernah merasakan menjadi seorang putri dari seorang ibu. Hanzel hanya tersenyum tipis saat menggenggam telapak tangan putrinya. Vega adalah satu-satunya harta yang dia miliki secara mutlak, sementara kekayaan yang saat ini dia dan Vega nikmati adalah milik ayahnya yang harus dia pertahankan sebagai satu wasiat dan warisan. "Mama bermimpi bertemu Papa mu!" Lirih Hanzel yang justru terdengar ambigu di telinga Vario karena sebelumnya dia belum pernah mengecek siapa suami dari wanita yang kini dia panggil Mama. "Maaf Nona. Kami harus memberikan Nyonya suntikan penenang agar Nyonya Hanzel bisa mendapatkan istirahatnya, dan kembali pulih secepatnya. Bisakah Nona menunggu di luar dulu?" Ucap perawat yang baru saja masuk dengan nampan kecil berisi alat suntik dan cairannya. Vario menanggung namun sebelumnya dia menunduk untuk mencium pipi hangat Hanzel sembari berbisik. "Aku, Vega akan menjaga Mama jadi Mama jangan khawatir. Aku akan selalu ada untuk Mama!" Bisik Vario dan di balas senyum teduh wanita itu. Vario keluar dari ruangan itu dan langsung menghampiri Alexander yang masih hanya berdiri di sudut koridor IGD sementara Alexander sudah langsung memberi tatapan intimidasi pada Vario. "Ceroboh. Lu menempatkan gue di posisi serba salah. Kenapa lu gak ngasi tau kalo mo keluar rumah?" Kesal Alex saat Vario sudah lebih dekat dengannya, dengan nada suara yang dia tahan selirih mungkin. "Sorry." Hanya kata sorry yang bisa Vario ucapkan. "Bagaimana jika ada orang yang curiga ma lu, jika sebenarnya lu bukanlah Vega, anggota keluarga mereka. Ingat lu saat ini sedang dalam misi dan lu gak bisa asal bertindak yang sekiranya bertentangan dengan kepribadian Vega. Dan sejauh ini yang gue tahu tentang wanita itu adalah dia orang yang sangat menyayangi Mamanya. Jadi please kontrol diri lu, Rio!" Kesal Alex lagi. "Iya gue ngerti. Sorry. Gue janji ini gak bakal terjadi lagi!" Vario menekan kata-katanya agar tidak di dengar oleh bibik Fahmi sang pengasuh. Alex memperhatikan air muka Vario dan langsung melihat jika kali ini Vario terlihat sedikit berbeda dari biasanya. "Kenapa dengan bibir lu? Apa lu habis berkelahi?" Interogasi Alex karena melihat bibir Vario sedikit bengkak. "Kenapa? Pa gue ,,,?" "Gak. Tapi bibir lu,," "Kenapa dengan bibir gua?" Tanya Vario memotong ucapan Alexander, lalu melumat belah bibir bawahnya menggunakan bibir atasnya sendiri. "Apa bibir lu terluka? Gue lihat sedikit membengkak, dan ini? Darah apa? Jangan bilang lu habis makan manusia?" Cerca Alex dan Vario buru-buru mengusap seputaran bibirnya menggunakan lengan atas bajunya. "Paan sih? Makan manusia! Lu pikir gue Sumanto?" Tolak Vario sinis. "Ya kali aja!" Todong Alex lagi. "Kagak. Gue,,,," belum selesai kata yang ingin Vario ucapkan saat tiba-tiba dua orang perawat membantu mendorong brankar yang Hanzel tiduri untuk di pindahkan ke ruangan khusus perawatan karena kondisi Hanzel sudah cukup stabil. Bibik Fahmi memutuskan untuk kembali ke rumah besar setelah Vario memintanya demikian, sementara Vario tetap stay menemani sang ibu dengan empat orang penjaga dan Alex pastinya. Berkali-kali Vario berusaha memejamkan matanya berharap dia akan bisa mendapatkan tidurnya tapi sial. Bayangkan bagaimana si mahasiswa begal tadi menciumnya benar-benar tidak bisa enggah dari otak dan pikiran Vario. "b******k. Apa yang sudah kau lakukan, Rio? Kau baru saja masuk dalam jebakan mahasiswa begal itu. Seharusnya kau tidak perlu meladeni omong kosong itu, maka kau tidak akan terjebak dalam situasi itu. Bodoh. Bodoh kau Rio!" Vario mengutuk dirinya yang terbawa emosi ketika menerima tantangan Jupiter. Seharusnya dia bisa bersikap tenang, tapi apa? Dia benar-benar ceroboh kali ini! Tidak jauh berbeda dengan Vario, Jupiter juga merasakan hal yang sama. Jupiter adalah laki-laki yang bisa di bilang memiliki pergaulan bebas, bebas dalam hal apa saja yang bisa di katakan bebas, kecuali narkoba. Hampir semua wanita yang pernah berkencan dengannya pernah ikut menghangatkan ranjangnya, tapi entah untuk apa Jupiter malah merasa jika mengencani dosennya akan menjadi satu tantangan untuknya. "Aku ingin liat, setangguh apa dia bertahan dengan sikapnya yang terus mengintimidasi. Namaku Jupiter Orion, dan aku akan membuat dia benar-benar tunduk di bawa kuasaku. Nyonya Vega." Lirih Jupiter saat merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya setelah kembali dari kilometer tiga lima. "Dan kita liat saja. Mulai besok, akan aku pastikan jika dia akan menundukkan wajahnya ketika di hadapan ku!" Jupiter membatin sebelum akhirnya memejamkan matanya untuk tidur agar bisa menyambut pagi dengan sangat cepat karena ada banyak rencana yang sudah Jupiter susun untuk membuat sang dosen menundukkan wajahnya di depannya. Oh rasanya kali ini Jupiter tidak sabar untuk menjemput hari esok dan menemui sang dosen yang mulai semalam sudah resmi menjadi kekasihnya selama setahun ke depan, dan entah sudah jam berapa semalam ketika Jupiter mendapatkan tidurnya karena saat Jupiter membuka matanya, hari sudah pagi dan ada rasa lega bercampur rileks yang turut Jupiter rasakan. Buru-buru Jupiter bergegas mandi dan berpakaian rapi karena menurut jadwalnya, pagi ini akan ada jam mata kuliah dosen baru itu dan ini akan menjadi awal bagi Jupiter untuk melancarkan tujuannya. "Morning!" Sapa Jupiter pada dua orang yang sudah duduk di kursi meja makan, dia adalah orang tua Jupiter, King Orion dan Mia. "Morning!" Balas Mia dengan senyum terbaiknya saat menyambut putra semata wayangnya lalu memberikan dua lembar roti yang sudah dia olesi selai coklat seperti kesukaan putranya. Jika di hadapan ibunya, Jupiter akan menjelma menjadi sosok manis dan manja, karena seperti itulah Mia memperlakukan putranya jadi sebisa mungkin Jupiter akan mengimbangi ibunya, dan hal yang sama juga ternyata King Orion lakukan. Benar kata kebanyakan orang, segarang dan sekeras apapun seorang laki-laki jika dia sudah bertemu dengan pawangnya, maka dia akan menjadi sangat manis melebihi gula karamel, dan itu juga berlaku untuk seorang King Orion dan putranya, Jupiter Orion. "Piter ada klas pagi ini, dan sepertinya Piter sudah hampir telat Mommy. So Piter sarapan di mobil aja." Ucap Jupiter ketika menerima dua lembar roti dari sang ibu, lalu buru-buru berlalu meninggalkan meja makan setelah memberikan satu kecupan di pipi wanita cantik di usia lima puluh tahun itu. "Piter." Mia "Iya. Piter bakal habiskan." Balas Jupiter yang langsung tau kenapa ibunya memanggil namanya tadi. "See. Piter udah makan separuhnya. Mommy gak perlu khawatir. Piter akan habiskan!" Jupiter menunjukkan jika dia benar-benar memakan roti yang tadi ibunya berikan, kemudian berlalu memasuki mobilnya dan meluncur ke kampus merah putih. Masa skorsingnya Jupiter masih berlangsung dua bulan lagi tapi kali ini Jupiter akan tetap masuk meskipun dia tau jika dosen baru itu akan kembali menentangnya. Jupiter baru sampai di kampusnya, memasuki lobi parkiran khusus mahasiswa, dan bersamaan dengan itu mobil yang Vario gunakan juga terlihat berbelok menuju parkiran khusus dosen dan dekan. Pandangan Jupiter langsung menangkap Vario yang baru turun dari mobilnya dengan stelan formal yang cukup sopan. Ada tas jinjing yang juga Vario bawa di sebelah tangannya dan Jupiter yakin jika itu adalah laptopnya sang dosen. "Morning baby!" Sapa Jupiter sambil cengengesan. Vario langsung menatap ke arah Jupiter , lalu melihat kebelakang punggungnya juga ke sekelilingnya karena Vario pikir Jupiter mungkin sedang menyapa seseorang, tapi tidak ada satu orang pun di lobi parkiran itu. "Bagaimana tidurmu semalam? Apa nyenyak? Jujur gue,,, maksudnya aku kesulitan untuk mendapatkan nyenyak ku!" Sambung Jupiter yang semakin berjalan lebih dekat ke arah Vario. Kembali Vario melirik ke sekelilingnya berharap jika Jupiter sedang tidak bicara dengannya. "Kau bicara sama siapa?" Heran Vario tapi sialnya pemuda itu justru tersenyum misterius ke arahnya. "Sama kekasihku lah? Oh jangan bilang Anda lupa jika mulai semalam Anda sudah resmi menjadi kekasihku selama satu tahun kedepan!" Ucap Jupiter kembali mengingatkan jika sekarang dia dan sang dosen adalah sepasang kekasih meskipun keputusan itu dia buat secara sepihak dan hasil memanipulasi. "BTW aku pake kata kau aja ya, soalnya anda kesannya terlalu formal. Boleh kan baby?" Sambung Jupiter sambil mengerlingkan sebelah matanya. "Jaga sikap mu, Piter. Aku adalah dosen di kampus ini jadi aku,,," Vario. "Ya ya. Aku tau. Jadi apa? Apa kau ingin aku menyembunyikan status kita di kampus ini? Atau,,," Piter. "Stop, Piter. Jangan membuatku meledak di hari sepagi ini. Aku tidak pernah setuju untuk menjadi,,," Vario "Tapi semalam kita berciuman dengan sangat panas, dan jujur aku suka,,," potong Jupiter buru-buru dan kata-kata Jupiter tadi sukses membuat ekspresi wajah Vario berusaha jadi merah karena marah dan muak. "Kamu,,," kesal Vario mencoba menormalkan emosinya meski rasanya Vario sudah siap untuk meledak, tapi Jupiter hanya kembali cengengesan. Vario menghela napas dalam, lalu menghembuskannya. Dia tidak boleh terprovokasi dengan mahasiswa yang satu ini, dia harus bisa mengendalikan emosinya karena beberapa menit lagi dia harus memberikan materi. "Kau masih dalam masa skorsing Piter dan aku tidak mengizinkan kamu ikut di klas ku. Jadi tolong, menyingkirlah dari jalanku!" Sambung Vario melanjutkan langkahnya tapi Jupiter malah mengikuti langkah sang dosen sampai depan pintu lift. Jupiter diam sejenak, berpikir untuk kembali menggunakan jalan pintas itu karena sungguh Jupiter masih sangat trauma dengan semua itu tapi sepertinya tidak untuk Vario. Vario menekan tombol dengan arah panah ke atas dan pintu lift terbuka , Vario masuk tanpa ragu tapi Jupiter hanya menatap ke arah Vario. Bingung antara ikut masuk atau tidak. Vario memiringkan kepalanya memberi isyarat pada Jupiter untuk menyingkir, tapi Jupiter malah ikut masuk ke dalam lift tersebut. "Apa kau tidak takut jika liftnya akan kembali macet?" Ucap Jupiter sesaat pintu baja itu merapat dan Vario langsung memencet tombol nomer dua untuk menuju lantai dua tanpa menjawab pertanyaan Jupiter. "Jangan lupa kau masih di skorsing, Piter!" Sarkas Vario. "Aku akan tetap ikut kelas pagi ini!" Jawab Jupiter datar. "Itu sama artinya kau,,," "Aku gak peduli. Bukankah sekarang kita adalah kekasih? Masa iya kau gak akan meringankan hukumanku." Jupiter sudah langsung merapat lebih dekat pada Vario tapi Vario sudah langsung siap siaga. Menjauh beberapa langkah. "Jaga sikapmu Piter! Aku,,," "Aku tau. Maka aku akan bersikap profesional di kampus. Aku tidak akan menggangu pekerjaan mu selama di kampus tapi aku ingin punya waktu di luar jam kampus!" Potong Jupiter buru-buru karena bagaimanapun dia , Jupiter juga tidak mau satu orang pun tau jika dia dan sang dosen kali ini punya hubungan khusus meskipun hubungan itu hanya sebatas permainan atau ajang balas dendam. "No. Aku punya banyak pekerjaan di luar kampus, jadi jangan berpikir jika,,," "Aku tidak peduli. Mau sesibuk apa kau di luar kampus, aku tetap ingin punya waktu bersama kekasihku. Atau kau akan pilih mengingkari janji mu dan menjadi seorang pecundang!" Sarkas Jupiter lagi dan Vario langsung kesulitan untuk sekedar menarik napasnya. Oh rasanya dia benar-benar masuk dalam jebakan seorang Jupiter Orion. "Kau,," kesal Vario. "Aku akan menghubungi mu saat klas selesai!" Ucap Piter saat pintu lift terbuka dan dia keluar lebih dulu, meninggalkan Vario dengan segala kekesalannya, masuk klas lebih dulu dan di sambut para sahabatnya. Ada keceriaan yang tercipta saat para penghuni kelas special itu akhirnya bisa melihat Jupiter kembali masuk. Opan dan Reyza hanya diam dengan tatapan dingin ke arah Jupiter, semalam mereka sepakat untuk menutup rapat apa yang semalam terjadi antara Jupiter dan Vario dan tentunya itu adalah permintaan Jupiter dan baik Opan ataupun Reyza tentunya tidak bisa menentang perintah seorang Jupiter. Klas berlangsung dengan cukup tertib. Sudah hampir satu Minggu ini kelas itu terlihat cukup tertib, selain karena tidak mau di skorsing, mereka juga tidak mau ambil resiko jika melakukan penyerangan karena semua serangan yang pernah mereka luncurkan untuk dosen baru itu berakhir gagal, bahkan jadi senjata makan tua. Alias serangan balik. Seratus lima puluh menit berlalu dan kelas akhirnya selesai tepat waktu. Vario langsung bergegas untuk out dari kampus karena siang ini dia ada meeting penting dengan dua partner bisnis perusahaan Monster, dan Alex sudah mengirimkannya pesan jika partner bisnisnya sudah menunggu di salah satu restoran karena Lexi, sekertaris Vega K Dwayne mengatakan jika dia sudah menjamu tamu mereka dan menunggu Vega K Dwayne untuk menemui dua partner bisnisnya. Baru saja Vario membuka pintu mobilnya saat tiba-tiba Jupiter sudah lebih dulu masuk ke dalam mobilnya dan langsung duduk di kursi penumpang, sebelah kemudi. "Apa yang kau lakukan Piter?" Syok Vario sedikit teriak pada Jupiter. "Apalagi! ya ikut pulang lah!" Jawab Jupiter santai. "Turun. Aku ada meeting penting dan aku sudah terlambat!" Kesal Vario tapi Jupiter terlihat masa bodoh. "Meeting penting?" Kutip Jupiter. "Lebih penting mana meeting itu dengan kekasih muda dan tampanmu ini?" Sindir Jupiter lagi. "Piter aku mohon turunlah. Aku benar-benar sudah terlambat untuk meeting, jadi,,," "Aku akan menemanimu!" Potong Jupiter singkat. "Piter,,," Vario "Yes baby!" Jawab Jupiter hingga membuat Vario benar-benar akan meledak karena stress tapi lihatlah, Jupiter malah terlihat menyandarkan punggungnya lalu memejamkan matanya seolah tidak peduli dengan segala yang Vario keluhkan padanya. Dengan sangat kesal akhirnya Vario memutari mobilnya lalu masuk ke belakang kemudi, menghidupkan mesin mobil dan melaju meninggalkan area kampus. Tujuannya adalah restoran C karena Alex sudah menunggunya di sana untuk menemaninya menemui dua orang yang katanya adalah partner bisnisnya, partner bisnis Vega K Dwayne, wanita yang masih koma di rumah Gabriela, kakak perempuan Alexander. Vario mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, lalu berbelok di salah satu restoran yang sudah di informasikan padanya. Memarkirkan mobilnya dengan aman, dan bersiap untuk segera menemui partner bisnisnya. Vario lebih dulu mengoreksi penampilannya, riasan wajah dan lipstik nya. Vario merogoh tas kecil di atas dasboard mobilnya, mengeluarkan lipstik dan memperbaiki pemerah di bibirnya, dan baru saja Vario selesai dengan polesan lipstik di bibirnya saat tiba-tiba Jupiter malah sudah menarik tengkuknya lalu merusak apa yang baru selesai Vario lakukan di bibirnya karena Jupiter tiba-tiba merampas bibirnya sepersekian detik. Vario belum sempat menolak karena dia tidak pernah menyangka laki-laki begal itu akan melakukan ini padanya dan bodohnya lagi Vario seolah terhipnotis dengan sikap pemaksa Jupiter. "Kau sengaja ingin menggodaku dengan pewarna bibir ini? Selamat kau berhasil!" Ucap Jupiter enteng setelah berhasil merusak lipstik di bibir Vario. "b******k,,," kesal Vario yang langsung menonjok hidung mancung Jupiter hingga berdarah. "Oh hidungku!" Jupiter histeris. "Kau pikir siapa kau berani berbuat seperti itu padaku?" Kesal Vario sudah benar-benar meledak. "Kau adalah kekasihku, jangan lupa itu!" Jupiter mengeluarkan ponselnya menunjukkan rekaman video atas kejadian semalam ketika dia berciuman dengan sangat panas dan menggairahkan. Vario melihat Cuplikan video itu dan semakin kesal dengan sikap sebronoh Jupiter. "Kau,,,"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN