Ketika Ruby tiba di tepi danau, Raja Alfred sedang terluka parah namun masih berusaha dengan keras melawan puluhan asassin bersama dengan lima penjaganya yang tersisa.
Ruby mengamati sekitar dan menyadari bahwa bau napas Azure di tempat itu tercium sangat samar dan bergerak ke arah utara, ke arah di mana hutan kerajaan berada. Ruby juga secara samar mencium bau darahnya. Saat itulah, Ruby menyadari bahwa Azure sedang dalam masalah dan besar kemungkinan sedang terluka, namun dia juga tidak bisa meninggalkan Raja Alfred di tempat ini begitu saja.
Jadi, Ruby meninggalkan penyerang yang dia bawa di atas perahu dan melompat untuk membantu Raja Alfred, dia berlari cepat dan menangkis serangan fatal yang hampir menancap di leher Raja Alfred dan menarik pedang seorang penjaga yang telah meregang nyawa kemudian menarik dua puluh pembunuh di tempat itu di dalam lingkaran pembunuh pisau hunternya, tidak memberi mereka jalan keluar dan menyerang orang lain.
Beberapa asassin yang tersisa di serahkan kepada prajurit Raja Alfred yang masih bisa bertarung.
Dengan batuan Ruby dan pisau huternya. Sama seperti menambahkan sembilan penjaga tambahan dengan kekuatan di atas rata-rata di dalam kelompok mereka. Ruby dengan cepat membalik situasi dan menjatuhkan puluhan asassin sekaligus, setiap pukulannya sangat fatal, hampir semua asassin yang berhadapan langsung dengan pedang Ruby tidak bisa bangkit lagi setelah terjatuh.
Raja Alfred yang untuk pertama kalinya melihat kekuatan Ruby merasakan bulu kuduknya meremang. Gadis yang sedang bertarung-tidak,lebih tepatnya membantai para penyerang yang mengalahkan penjaganya itu, mengibaskan pedang seolah sedang memotong sayuran. Sangat lincah, cepat dan akurat. Bahkan dengan matanya yang tertutup.
Mengingat bagaimana sebelumnya di memaksa gadis itu untuk melepaskan pedangnya dan melemparnya ke istana dingin selama dua hari. Raja Alfred merasa kepala yang melekat di atas lehernya cukup beruntung karena tidak di tebas oleh gadis itu.
Tapi, ini bukan saatnya dia meratapi betapa beruntungnya dia karena mendapatkan kemurahan hati Ruby. Saat Azure melarikan diri, Raja Alfred menyadari bahwa setengah dari asassin itu mengejar Azure, Boo dan Demien. Bahkan pemimpin para asassin itu juga berada di antara mereka.
Raja Alfred berdiri dengan susah payah dan kembali memungut pedangnya. “Ruby, tinggalkan masalah di sini untukku, selamatkan Azure, penyerang yang mengejarnya jauh lebih banyak dari yang ada di sini dan kondisi tubuhnya sedang tidak begitu baik.”
Ruby yang mendengar itu tidak ragu-ragu untuk mengangguk, namun dia meninggalkan semua pisau hunternya di sekeliling Raja Alfred untuk melindungi pria itu. Sedangkan dirinya sendiri, memungut satu pedang lagi dan berlari ke arah dia mana bau darah Azure tercium semakin kental.
Ruby merasakan jantungnya hampir meledak karena rasa cemas, berdetak kencang layaknya langkah kaki yang dia ambil. Kejadian ini seolah mengulang masa lalu, Ruby seolah melihat dirinya kembali di hari Luna meninggal sepuluh tahun yang lalu, ketika kaki-kaki kecilnya terlalu pendek untuk berlari dengan kencang ke arah Luna, sedangkan bau darah dan napas lemah orang yang di carinya telah berubah menjadi pisau-pisau kecil yang perlahan menyayat hati Ruby secara perlahan.
Luna sedang sekarat saat itu, begitu pun Azure saat ini.
Mungkin inilah penyebab bau kematian di tubuh Azure semakin kental beberapa hari yang lalu. Ruby baru saja menyadari bahwa kini dia tidak hanya bisa mencium bau seseorang yang sekarat sedang sekarat akibat kutukannya, namun juga bisa mencium bau kematian dari seseorang yang tidak lama lagi menghadapi peristiwa maut.
Seperti para penyerangnya beberapa saat yang lalu, saat mereka menerobos masuk, Ruby telah mencium bau kematian di tubuh mereka sangat kental dan sesaat kemudian, mereka benar-benar mati di tangan Ruby meski pun tidak mati karena kutukan.
Keringat dingin mengucur di seluruh tubuh Ruby sedangkan langkahnya semakin cepat dan ringan, melompati pepohonan dan berlari dengan cepat ke arah suara pertarungan yang terdengar semakin dekat.
Ketika Ruby tiba di tempat pertarungan, Boo dan Demein telah beraturng mati-matian melawan sepuluh orang sedangkan Azure bertarung melawan satu pria tinggi yang hanya melihat dari jauh memiliki teknik bertarung yang kuat.
Darah mengalir dari setiap luka yang Azure miliki. Dari lengan, bahu, paha dan pinggangnya. Luka menganga di tubuhnya terlihat begitu mengerikan bahkan jika terlihat dari jauh.
Ruby mengerutkan bibir, mengibaskan kedua pedang di tangannya dan langsung melompat untuk membantu pertarungan Azure dan secara perlahan menggeser Azure yang kelelahan di balik tubuhnya.
Pria tinggi yang menjadi lawan Azure terkejut dengan kedatangan Ruby yang tiba-tiba dan membuka celah yang lebar di antara mereka dan mencengkeram pedang di tangannya dengan erat.
“Ruby...” Di antara pandangannya yang mengabur, Azure melihat punggung Ruby dan berbisik. Rasa sakit di seluruh tubuhnya telah menjerit-jerit dan membuatnya pening, Namun begitu melihat kedatangan Ruby, dia masih berusaha untuk berdiri dan menatap punggung gadis di hadapannya dengan sangat senang.
Meski berada di situasi hidup dan mati, sejak dia meninggalkan tepi danau, Azure tidak pernah sekali pun merasa takut dengan kematian yang perlahan menghampirinya. Sebaliknya ketakutan yang terus menghantuinya adalah kondisi Ruby yang masih tidak di ketahui, Membayangkan bahwa gadis itu berdiri sendirian di dalam istana yang di kelilingi api, membuat hati Azure terasa di sayat-sayat.
Dan sekarang melihat gadis itu berdiri di hadapannya, dia menyadari bahwa beban berat yang sejak tadi menekannya segera terangkat.
Ruby menoleh.“Yang Mulia, istirahatlah dulu, serahkan sisanya kepadaku.”
Jika itu Ruby, Azure tidak pernah merasa rendah diri untuk diselamatkan. Karena itu adalah Ruby, Azure akhirnya menutup mata dan menyambut kegelapan yang sejak tadi melambai kepadanya.
Bagi Azure, jika Ruby ada di sisinya, semuanya akan baik-naik saja.
Namun sebelum dia benar-benar kehilangan kesadarannya, dia menyempatkan diri untuk mengeluarkan suara.
“Ruby, saat aku bangun, aku ingin operasinya segera di lakukan dan....” sebelum melanjutkan kata-katanya, Azure telah kehilangan suaranya namun dia masih melafalkan kata-kata lanjutan kata-katanya di dalam hati.
‘seteah aku sembuh, saat itu biarkan aku yang melindungimu.’
Ruby melirik Azure yang menutup mata dan menghela napas lega. Bau kematian yang awalnya mengental perlahan terurai dan akhirnya Azure terselamatkan.
Ruby juga telah menyadari bahwa bau kematian orang-orang yang dia cium selalu bisa berubah sesuai dengan pilihan yang dirinya ambil. Seperti kondisi pemimpin penyerang di dalam istana dingin, begitu Ruby memutuskan untuk membiarkan pria terakhir itu hidup, bau kematian di dalam tubuhnya juga sedikit lebih ringan dan sekarang...
Ruby perlahan menggeser pandangannya ke arah pria tinggi yang sejak tadi berdiri diam tanpa niat untuk menyerangnya, dia sepertinya tidak menyangka bahwa Ruby bisa datang dan menghadapinya.
Dan kini di hadapan Ruby yang di penuhi kemarahan, bau kematian yang mengelilingi pria itu menjadi sangat kental, semakin besar tekad yang Ruby miliki untuk membunuhnya, bau kematian itu juga semakin kental.
Ruby perlahan tersenyum tipis. “Kau sepertinya tidak mengharapkan kedatanganku.”
Ya, Ruby bisa merasakan ketakutan perlahan merayap di dalam hati lawannya, karena itu dia menebak bahwa alasan penyerangan malam ini di istana, seharusnya agar dia tidak bisa datang menolong Azure saat ini.
Sayangnya, mereka terlalu meremehkan kemampuan Ruby dan berpikir lima belas pembunuh elit dan api bisa menghalangi Ruby.
“Nona Ruby, aku harap kau tidak ikut campur dengan masalah ini, hanya dengan begitu kehidupanmu akan lebih tenang.” pria tinggi itu masih bersuara dengan tenang, Namun Ruby selalu bisa merasakan perasaan takut di hati pria itu semakin meningkat
Pria ini seharusnya tidak takut padanya tanpa alasan, jadi Ruby bertanya, “Sepertinya kau mengenalku?”
“Tentu saja, kau adalah tabib yang membantu pangeran Azure melewati banyak masa kritisnya.” Pria itu menggenggam pedangnya dengan erat. “Kami tidak ingin membuat konflik denganmu dan berharap kamu juga seperti itu.”
Ruby mendengus, lagi-lagi pengetahuan mereka hanya sebatas tabib yang menyelamatkan Azure. Jadi sebenarnya para penyerang ini hanya mengetahui identitas yang Azure telah tetapkan untuknya. Dan dengan begitu Ruby bisa sedikit lebih lega dan mempercayai bahwa pengaturan Azure tidak mudah untuk di bobol.
Hingga kini status penyihirnya masih menjadi rahasia.
“Aku adalah tabibnya, maka aku tentu tidak akan membiarkannya mati di sini.” Ruby memiringkan kepala. “Lalu bagaimana jika kau menggantikan darah yang telah kau tumpahkan dari tubuhnya?”
Tanpa sadar, pria yang sejak awal itu tenang, bergetar di bawah senyuman tipis Ruby.
Bersambung...