Semenjak Azure membawa Ruby pulang ke istana, hanya dalam beberapa hari dia telah berhasil mendapatkan status resmi untuknya dan menempatkan Ruby di sisinya hampir sepanjang waktu, oleh karena itu semua orang bisa langsung tau bahwa Ruby adalah salah satu dari orang kepercayaaa Azure setelah Boo dan Demien.
Jadi, selama Ruby tidak mengungkapkan semua kelebihan yang dia miliki, tidak ada orang yang akan berani tertarik padanya meski penampilannya sangat menarik, paling banyak orang-orang hanya akan menatap kagum secara diam-diam kemudian mengalihkan perhatian mereka.
Alrey adalah orang yang pertama kali menatap Ruby secara terang-terangan di hadapannya, menunjukkan wajah terpesona seolah dia akan menyatakan Cinta saat itu juga.
Dulu, Azure tidak akan peduli karena selalu berpikir bahwa saudara keempatnya itu tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk bersaing dengannya, tapi sekarang berbeda. Kini, selain Rian, pesaing terberatnya adalah Alrey dan melihat dari kondisi tubuh Rian, sebenatar lagi Alrey akan secara resmi menjadi kandidat paling kuat untuk merebut takhta.
Ruby juga merasakan tetap intens Pangeran Alrey kepadanya dan bisa merasakan bahwa Azure sangat tidak senang setelah itu, jadi dia dalam diam bergesar dan menyembunyikan tubuhnya di belakang singgasana.
Azure tidak senang orang memperhatikannya, maka jangan terlihat. Kira-kira seperti itulah pikiran yang Ruby tanamkan pada dirinya sendiri.
Azure menarik ujung bibirnya untuk tersenyum, namun matanya sangat dingin hingga Alrey tidak bisa tidak menyadarinya.
"Pangeran Alrey? Kau masih ingin mengatakan sesuatu?" Azure bertanya dengan nada hangatnya seperti biasa.
Alrey akhirnya mengalihkan tatapannya ke arah Azure sejenak sebelum membungkuk. "Tidak Yang Mulia." Dia kemudian mundur kebelakang setelah memberikan tatapan terakhir ke arah Ruby namun menemukan gadis itu tidak lagi terlihat.
Dia menghela napas kecewa dan mencoba untuk menenangkan detak jantungnya yang menggila setelah melihat Ruby.
Alrey telah mendengar tentang tabib muda di sekitar Azure. Orang mengatakan bahwa selain wajahnya yang superior, gadis itu tidak memiliki kemampuan spesial apa-apa. Meski pengetahuan medisnya juga cukup baik, tapi kerajaan tidak kekurangan tabib hebat, jadi Alrey tidak pernah berpikir bahwa keberadaan Ruby di sekitar Azure perlu dia perhatikan.
Tapi hari ini kenyataan menampar Alrey dengan sangat keras. Ketika semua orang terus mengulang bahwa wajah Ruby tidak bisa di bandingkan dengan gadis tercantik di kerajaan mereka, Alrey tidak begitu peduli karena selama dia mengembara ke seluruh negeri, dia telah melihat macam-macam kecantikan yang unik dan tidak biasa dan berpikir orang-orang itu hanya membesar-besarkan gosip karena belum melihat terlalu banyak wanita cantik di seluruh dunia.
Alrey sama sekali tidak pernah berpikir bahwa hanya dengan sekali tatap, Ruby bisa menarik perhatiannya sepenuhnya, seolah semua cahaya di dalam ruangan itu berpusat padanya, Alrey tidak bisa melihat orang lain selain gadis bergaun biru di belakang singgasana itu.
Hingga Azure menegurnya, Alrey akhirnya bisa mengalihkan tatapannya dan juga sadar bahwa tabib pribadi Azure telah menangkap hatinya sepenuhnya.
Cinta adalah kelemahan untuk keadaannya saat ini, terlebih jika pihak lain adalah seseorang dari kubu lawan tapi Alrey sama sekali tidak merasa marah, justru tersenyum dalam diam ketika jantungnya masih berdetak dengan sangat kencang hanya dengan membayangkan penampilan gadis itu.
Rian yang sebelumnya telah berhasil menenangkan amarahnya kini kembali tersenyum dan maju ke hadapan Azure. "Yang Mulia, aku hari membawa sesuatu yang lebih spesial."
Azure tidak lagi memiliki mood untuk bermain kata dengan Pangeran Rian, jadi dia hanya mengangguk sebagai balasan.
Senyum di bibi Rian berubah menjadi seringai tipis ketika dia melambaikan tangan ke arah pelayan di belakangnya. "Aku yakin Yang Mulia akan sangat menyukainya," ujarnya dengan nada ringan.
Di bandingkan Leroy dan Alrey yang membawa sejumlah pelayan pria untuk membawa berbagai box di punggung mereka, rombongan Rian justru di dominsi oleh wanita berjubah putih dengan kerudung yang menutupi hampir seluruh wajah mereka. Karena rombongan ini jugalah, meski Rian datang lebih awal dari Leroy dan Alrey, dia akhirnya bebas dari pemeriksaan dibgerbang bersamaan dengan dua saudara laki-lakinya.
Tapi dengan reputasi Pangeran Rian yang playboy, semua orang tidak begitu terkejut jika rombongan yang dia bawa adalah wanita. Hanya saja, setelah Pangeran Rian melambaikan tangan, sepuluh gadis maju dan berlutut di hadapan Azure, lalu di bawah tatapan semua orang, gadis-gadis itu mulai membuka kerudung juga jubah putih di tubuh mereka.
Ruby yang tidak bisa melihat apa-apa mengerutkan kening begitu suasana hati Azure turun ke titik terendah. Bukan hanya Azure. Fern, Oslo, Skye, Jude, Boo dan bahkan Jendral Qhali seketika itu menguarkan aura gelap yang hampir sama.
Tidak! Azure tidak hanya kesal, tapi juga sangat marah.
Ruby maju dengan cepat dan menangkap pergelangan tangan Azure yang hendak menarik pedang dari samping singgasananya. "Yang Mulia, tenanglah. Kondisimu saat ini tidak cocok untuk bertarung," bisiknya lembut.
Mata Azire memerah karena amarah. seluruh tubuhnya sangat kaku dengan kedua tangan terkepal erat.
Ruby tidak tau apa yang Azure lihat, namun dia telah mencatat nama Rian di dalam daftar balas dendamnya, suatu saat Ruby akan membuat pria itu menyesal telah memprovokasi Azure dua kali hari ini.
Ruby masih berusaha menenangkan, "Yang Mulia, jika kau bertarung sekarang, racun di dalam tubuhmu akan semakin aktif."
Ruby menggenggam kedua tangan Azure dengan lembut tanpa menggunakan kekuatan, jika Azure ingin, dia masih bisa mencapai pedangnya dengan mudah. Tapi kata-kata Ruby setidaknya berhasil untuk menenangkan niat membunuh di hatinya.
Merasakan perubahan pada emosi Azure, Ruby kembali berbisik. "Yang Mulia, tarik dan hembuskan napas untuk menenangkan diri. Masih banyak waktu untuk membalas dendam, orang sepertinya tidak pantas mendapatkan kemarahan darimu."
Azure mengikuti instruksi Ruby, memejamkan mata dan menarik lalu menghembuskan napas pelan, beberapa kali sebelum dia kembali ke posisi duduknya semula. "Pangeran Rian kastilku tidak akan melayanimu lagi, pergi dari sini. Selanjutnya gerbang kastilku tidak akan terbuka untukmu lagi." ujarnya dengan lantang. Dengan tujuan agar semua penjaga dan pelayannya bisa mendengar.
Setelah bertarung selama bertahun-tahun, semua orang tahu bahwa Putra Mahkota dan Pangeran Rian itu seperti musuh bebuyutan. Namun di balik topeng persaudaraan, mereka selalu mengenakan topeng itu untuk memprovokasi satu sama lain. Ini adalah pertama kalinya salah satu dari mereka benar-benar mengusir yang lain dari kediaman mereka dan bahkan melarang yang lain untuk menginjakkan kaki di kastilnya lagi.
Bahkan dua tahun lalu, Azure hanya mengurung Rian bersama tamu lainnya, lalu tidak mengirim undangan ulang tahun lagi ke kediaman Rian, namun jika Rian ingin mengunjungi kastil Azure, Azure pasti tidak akan menolak. Tapi sekarang, Azure telah mangatakn langsung di hadapan orang-orang bahwa di masa depan, Rian tidak boleh masuk ke kastil Putra Mahkota lagi.
Hal ini jelas memperlihatkan betapa marahnya Azure saat ini.
Pangeran Rian tampaknya juga terkejut, namun dengan cepat memamerkan senyumnya lagi. "Yang Mulia, jika kau tidak suka dengan hadiah yang aku berikan, kau bisa mengatakannya dan aku akan mengirim hadiah lain."
Tatapan Azure sama sekali tidak beriak, dia menatap Rian seolah menatap benda mati yang tidak ada artinya. "Hadiah yang paling aku inginkan saat ini adalah kau menghilang dari hadapanku sepenuhnya."
Senyum Pangeran Rian menghilang. "Yang Mulia, kau mengancamku?"
Azure tidak menjawab, dia melepaskan genggaman Ruby dari tangannya dan turun dari singgasana untuk menghampiri Rian.
Rian tidak tahu mengapa, hatinya tiba-tiba bergetar dan menghasilkan sedikit rasa takut. Setiap langkah Azure seperti itu Palu yang mengetuk-ngetuk keberaniannya.
Ketika Azure berdiri tepat di hadapannya, Rian tanpa sadar mundur selangkah.
"Pangeran Rian, hadiahmu hari ini, aku pasti membayarnya." Azure menunduk ke arah Rian yang lebih pendek darinya, menyembunyikan raut wajahnya di balik helaian rambutnya. "Kau akan menyesali tindakanmu hari ini."
Pangeran Rian membelalak, untuk pertama kalinya dia melihat raut wajah Azure yang selalu tersenyum ramah seperti itu. Mata hitam kelamnya menyipit dengan tajam, di lengkapi dengan seringaian lebar yang mengerikan. Namun sebelum dia bisa bereaksi, Azure telah mengembalikan raut normalnya dan memerintahkan dua penjaga pribadinya untuk mengantarnya keluar dari Ruangan.
Pangeran Rian tidak ingin pergi, tapi membayangkan wajah Azure sebelumnya. Rian merasakan bulu kuduknya berdiri. Jadi dia mengangkat dagunya tinggi lalu keluar setelah mendengus dengan lantang.
Azure kemudian mengalih tatapan pada sepuluh wanita yang bergetar di lantai. Sepuluh wanita itu mengenakan berbagai pakaian dengan sangat terbuka dan hanya menutup daerah pribadinya. Dengan rambut pirang panjang dan penutup mata di wajah mereka, juga proposional tubuh mereka yang sangat mirip dengan Ruby, Pangeran Rian jelas membawa gadis-gadis ini untuk memprovokasinya dan mempermalukan Ruby.
Tujuan terakhirlah yang membuat Azure sangat marah. Melihat orang membawa beberapa gadis yang dari segala sisi selain wajah bisa menjadi duplikat Ruby lalu meminta mereka memakai pakaian memalukan di hadapan semua orang membuat Azure memiliki dorongan untuk menebas kepala Rian saat itu juga.
Azure menoleh pada Oslo dan Jude dan memberi perintah. "Periksa informasi tentang gadis ini, setelah itu pastikan mereka tidak pernah masuk ke dalam lingkungan istana lagi. Jika perlu kirim mereka ke tempat terjauh mungkin dari istana.
"Ya... Yang Mulia... Ampuni kami...
"Ampuni kalian?" Azure mendengus. "Saat Pangeran Rian menawarkan kalian mengecat rambut dan berpenampilan seperti itu untuk datang ke hari ulang tahunku, apakah kalian tidak pernah berpikir bahwa hal seperti ini akan terjadi?" Azure menatap puncak kepala gadis-gadis itu satu persatu. "Atau kalian benar-benar berpikir aku akan dengan senang hati membawa kalian ke dalam haremku?"
Sepuluh gadis itu membungkuk semakin dalam dan bergetar ketakutan.
Azure tidak pernah berpikir bahwa Pangeran Rian mengancam gadis-gadis ini untuk datang. Lagi pula untuk menemukan gadis dengan tinggi dan tubuh yang mirip dengam Ruby sangat mudah, sisanya mereka hanya perlu mengecat rambut panjang mereka dan memakai penutup mata.
Lagi pula, dengan senyum menggoda mereka ketika pertama kali membuka jubah dan kerudung, mereka jelas secara suka rela datang untuk menggodanya menggunakan penampilan Ruby.
Dan Azure tidak akan menoleransi itu.
Bersambung...