Raja Alfred memiliki empat putra dan satu putri dari empat selir dan juga permaisurinya, sedangkan selir lainnya gagal untuk melahirkan keturunan untuknya dan tidak memiliki kesempatan begitu Raja Alfred menikahi Ratu Sophia.
Putra pertamanya adalah Rian Haiden, saat ini berumur 30 tahun. Lahir dari putri seorang perdana menteri. Merupakan selir pertama Pangeran Alfred setelah dia naik tahta dan merupakan kandidat paling tinggi untuk menjadi Ratu pada saat itu.
Anak kedua Raja Alfred adalah seorang putri bernama Adella Kyrie, berusia satu tahun lebih muda dari Rian dan saat ini telah menikahi seorang Tuan tanah di ibukota. ibunya adalah putri seorang saudagar kaya yang menarik perhatian Raja muda Alfred ketika sedang menjelajah.
Putra ketiga dan keempat lahir dua tahun kemudian.
Leroy Huxley, beberapa bulan lebih tua Alrey Collum. Ibu kendung keduanya awalnya hanyalah berasal dari bangsawan biasa tanpa kedudukan khusus di ibu kota.
Dan yang terakhir adalah Azure Brixton, saat ini berusia dua puluh lima tahun dan menjadi putra bungsu sekaligus Putra Mahkota yang lahir dari seorang wanita gila sejarah yang berhasil membuat Raja Alfred ter gila-gila padanya dan berhasil mengakhiri masa Raja playboy yang awalnya gemar berlari ke dalam pelukan wanita cantik.
Ketika Raja Alfred menobatkan Azure sebagai Putra Mahkota, seluruh istana gempar dan hampir semua menteri menentangnya. Tidak hanya karena dia bukan putra pertama, namun juga karena Azure memiliki tubuh yang sangat lemah sejak lahir.
Namun seperti apa pun tentangan orang tentang keputusannya, Raja Alfred tidak pernah berkedip dari pilihannya.
Semua orang berpikir bahwa Raja telah di butakan oleh cintanya pada ratu, namun hanya Raja Alfred yang tahu bahwa sebagai seorang Raja, dia bisa melihat potensi Azure. Di bandingkan dengan Rian yang arrogan dan kejam, Azure jauh lebih bijaksana dan cerdas. sedangkan pangeran yang lainnya tidak memiliki potensi sama sekali. Leroy tidak tertarik dengan tahta dan lebih tertarik mencari tahu tentang semua makanan yang bisa dia makan, sedang Alrey terlalu sibuk dengan penelitiannya.
Bagi Raja Alfred, Azure adalah pewarisnya yang paling cocok.
Namun untuk saat ini kita akan berhenti untuk membahas itu karena saat ini empat orang yang masih berdiskusi di perpustakaan kini di hinggapi keheningan karena penemuan yang mengejutkan.
Ramuan yang Azure minum selama bertahun-tahun, alih-alih menyembuhkan, malah menjadi racun yang secara perlahan-lahan membunuh Putra Mahkota mereka.
“Sialan para tabib itu, bagaimana bisa mereka membuat ramuan seperti itu.” kemarahan yang bergemuruh di dalam hati Boo tidak terbendung. “Aku akan memenggal kepala mereka secara pribadi!”
“Aku tidak berpikir bahwa para tabib itu bersalah.” Ruby menyela. “Faktanya ramuan itu memang sangat berguna untuk seseorang yang fisiknya lemah seperti Yang Mulia, namun yang menjadi masalah adalah jika ada seseorang yang dengan diam-diam membuat ramuan yang bertentangan dengan ramuan itu hingga menjadi racun. Maka semuanya menjadi masuk akal.”
Azure menatap ke arah Ruby. “Maksudmu?”
“Ramuan itu akan bekerja dengan normal untuk orang normal, namun seseorang yang telah meminum ramuan yang bertentangan dengannya mengonsumsinya, tentu saja ramuan itu tidak normal lagi, dan menurut perkiraanku, Yang Mulia telah meminum ramuan pertama semenjak dia masih bayi sedangkan Pangeran Rian meminumnya setelah dia dewasa. Karena itulah dosis yang dia miliki jauh lebih tinggi dari Pangeran Azure.”
Ketiga pria yang berada di dalam ruangan itu menarik napas.
Jika apa yang Ruby katakan benar. Maka pelaku yang memberikan racun kepada yang mulia benar-benar cerdas, dia tidak benar-benar memberikan racun, namun hanya memberikan ramuan obat yang salin bertentangan dan menjadikannya racun jangka panjang yang membunuh secara perlahan.
Selain itu, orang itu tidak hanya menargetkan dua Pangeran sekaligus, tetapi juga berusaha untuk membuat konflik antara dua kubu semakin runyam.
“Lalu masih bisakah kau menyembuhkan Yang Mulia?” Demien bertanya dengan nada yang berat. Karena saat ini dia sedang duduk di kursi dengan posisi sedikit membungkuk, menumpukkan dua sikunya pada kedua lututnya, beberapa helai rambut hitamnya jatuh dan membingkai bagian atas wajahnya, sehingga tidak satu pun dari mereka yang ada di ruangan bisa melihat raut wajahnya dengan jelas.
Tapi Boo bisa memahami perasaan rekannya.
Rasa marah dan benci saling bekecamuk di dalam hati mereka tertuju pada pelaku yang entah siapa. Namun lebih dari itu, rasa malu dan tak berdaya juga menggerogoti secara perlahan.
Selama ini mereka berada di sisi yang mulia, mereka berpikir bahwa mereka telah melakukan yang terbaik untuk melindungi pangeran mereka itu. Namun yang terjadi adalah mereka menghidangka racun itu sendiri kepada orang yang seharusnya mereka lindungi.
Hanya membayangkan, jika Ruby tidak ada dan tidak menemukan tentang kejanggalan ramuan yang selalu Azure konsumsi, maka saat sesuatu yang terburuk terjadi kepada Azure.
Mereka mungkin tidak akan pernah tahu bahwa secara tidak sadar, mereka adalah salah satu tangan yang membantu para pelaku untuk menyuapkan racun kepada Azure.
Rasanya sangat memalukan sehingga keduanya tidak berani mengangkat kepala mereka lagi di hadapan Azure.
Melihat kedua pengawalnya menundukkan kepala di hadapannya, Azure juga sedikit merasa frustrasi bagaimana dia harus menghiburnya, kejadian ini sama sekali tidak pernah melintas di fikiran mereka.
Azure tidak bisa menghibur mereka hanya dengan kata ‘Tidak apa-apa, lagi pula kalian tidak tahu’
Kata-kata seperti itu hanya akan membuat harga diri mereka semakin terluka, karena faktanya ketidaktahuan merekalah yang membuat keduanya merasa tidak berguna.
Bahkan jika Azure mengatakan bahwa dia tidak marah dan tidak menganggap semua ini salah mereka, Boo dan Demien tidak akan merasa terhibur.
Saat ini, satu-satunya yang bisa menghibur keduanya adalah...
Azure menoleh kepada satu-satunya gadis di dalam ruangan itu.
Selama Ruby mengatakan bahwa dia bisa menyembuhkannya, bahwa masih ada jalan keluar untuknya. Boo dan Demien pasti bisa jauh lebihi baik.
Dan kata-kata itu juga bisa menjadi penghiburan untuknya sendiri bahka jika itu hanya kebohongan.
Ruby yang tidak langsung menjawab pertanyaan Demien juga mengabaikan tatapan yang Azure layagkan kepadanya. Aluh-alih memusatkan perhatiannya kepada mereka yang ada di dalam ruangan, Ruby terlihat lebih tertarik untuk menikmati angin sepoi yang memainkan rambutnya, bibir merahnya membentuk garis lurus sedangkan entah mengapa Azure merasa aura menekan secara perlahan terbentuk di sekitar Ruby.
Azure mengerut kebingungan.
Ruby sedang marah?
Ketika Azure menurunkan tatapannya, Azure menemukan bahwa tangan Ruby yag sedang bertumpu pada sisi jendela telah memutih akibat genggaman gadis itu yag terlalu erat.
Azure membuka mulutnya. “Ru-...
Namun Ruby mengeluarkan suara terlebih dahulu yang berhasil membuat ruangan jauh lebih hening.
Dia berkata, “Yang Mulia, Istana megah, tembok tinggi dan ribuan orang ini tidak bisa melindungimu.”
Bersambung...