Kekacauan di atas Menara

1213 Kata
“Nona Diyi, Nona Dier melakukan pertunjukan tari untuk menarik perhatian Yang Mulia Putra Mahkota.” Yuyu menghampiri Zera dengan raut wajah yang sangat buruk. Zera yang mendengar kabar itu bangkit dan melambaikan tangannya untuk mengusir para pelayan yang memijatnya. “Di mana Bella sekarang?” tanyanya. “Dia sedang berada di atas menara bersama Yang Mulia Putra Mahkota.” “Di menara?” Zera menyahut tak percaya kemudian mendengus dengan kemarahan yang mulai berbayang di matanya. “Dia menjadi sangat lancang dan bahkan dengan tidak tahu malu mendatangi tempat pribadi Yang Mulia.” “Benar, dia sepertinya tidak lagi menyembunyikan niatnya dan mengibarkan bendera perang terhadapmu Nona.” Yuyu mendekat dan menuangkan air ke cawan yang kosong di hadapan Zera. “Kau tahu tarian apa yang dia tampilkan?” Yuyu menggigit bibir dan menggelengkan kepala dengan pelan. “Tapi aku melihat dia memakai pakaian yang sangat terbuka ketika menuju menara,” jawabnya ragu-ragu. Zera meremas cangkir di tangannya hingga kuku-kuku beningnya memutih. Dia menatap Yuyu dengan tatapan tajam. “Katakan apa yang kau lihat, jangan menyembunyikan apa pun dariku.” Dia menekankan kata-katanya dengan gigi terkatup menahan amarah. Yuyu mundur selangkah dan menatap lantai. “Aku mendengar musik yang dia mainkan dan menebak bahwa tarian yang dia tampilkan seharusnya sebuah tarian yang sensual.” Prang... Cangkir di tangan Zera menabrak dinding dan pecah menjadi kepingan. “Tidak mengherankan, Dia adalah wanita rendahan yang berharap mendapatkan mahkota emas. Sangat tidak tahu malu!” Yuyu bergetar ketakutan, berharap Zera tidak cukup marah dan melemparkan cangkir selanjutnya ke arahnya. “Apa yang akan kita lakukan Nona?” Zera mendengus. “Apalagi, aku tidak akan membiarkannya tetap di dalam harem.” Seringaian tipis muncul di bibir gadis cantik itu. “Hanya aku yang boleh bertahan hingga akhir di sisi Yang Mulia, aku harus menjadi Ratu.” Bella yang tidak menyadari bahwa eksitansinya telah mengganggu seseorang saat ini sedang menari dengan gemulai, jubah yang awalnya melekat di tubuhnya kini tidak ada lagi. Hanya menyisakan pakaian terbuka berwarna merah yang semakin membuat kulit putih tanpa cacatnya bercahaya. Kakinya dan pegelangan tangan gadis itu dihiasi gelang dengan lonceng kecil yang berbunyi sedangkan rambut panjangnya yang terikat tinggi sesekali membelai bahu telanjang gadis itu ketika dia bergerak. Setiap gerakan Bella sangat sensual, lambaian jemarinya seolah membela siapa pun yang menontonnya sedangkan senyumnya terus tersungging dengan mata yang sayu menggoda. Tarian ini adalah tarian yang sangat terkenal karena gerakan dan musiknya yang sensual, biasanya hanya di tarikan oleh para wanita penghibur di hadapan pelanggan mereka, namun bukan tidak mungkin untuk menarikannya di hadapan seorang suami. Bahkan beberapa bangsawan akan diam-diam menyuruh selir dan istri mereka mempelajari tarian ini untuk menghibur mereka. Azure di sisi lain terlihat menonton dengan seksama, namun tidak akan ada yang mengira bahwa pikiran pria itu tidak lagi berada di dalam ruangan dan matanya tidak lagi melihat sosok menggoda Bella. Di mata Azure saat ini, dia melihat padang dandelion yang di sinari bulan, angin sepoi-sepoi berhembus dan binatang malam saling bersahutan. Bunyi seruling dengan lembut membelai telinganya sedang gadis di tengah padang menari dengan indah. Ya, Azure melihat sosok Ruby ketika pertama kali mereka bertemu. Ketika gadis itu menari di bawah cahaya bulan, berputar dan melenggok dengan lincah, membuat gerakan tarian yang gemulai namun kuat. Azure berpikir, bisakah dia melihat tarian itu sekali lagi. “Yang Mulia.” Azure melihat sosok Ruby tiba-tiba berhenti dan menoleh padanya, tersenyum manis dan menghampirinya. Jantung Azure berdetak kencang. Mematung melihat Ruby berjalan semakin dekat dan mengulurkan tangan ke arahnya. “Yang Mulia, menarilah denganku.” Suara lembut Ruby terdengar begitu menggoda di telinga Azure, hingga tanpa sadar pria itu mengulurkan tangan dan menggenggam tangan gadis itu. Tangan gadis itu hangat dan lembut. Azure tanpa sadar tersenyum lalu mendongak, menatap mata gadis itu yang gelap. Tidak, mata Ruby tidak berwarna seperti itu. Azure menarik nafas dan melepas genggaman tangan Bella secepat mungkin. “Yang Mulia?” Bella menatap tangannya yang sedikit berdenyut karena di lepas dengan paksa lalu menatap Azure dengan mata berkaca-kaca. “Yang Mulia, apakah penampilanku tidak membuatmu puas?” Azure menghela nafas dan membuang muka, melindungi matanya dari belahan d**a Bella yang hampir tumpah karena posisi gadis itu yang sedikit membungkuk. “Tarianmu sangat bagus, aku hanya sedikit lelah.” “Yang Mulia.” “Kembalilah, aku ingin beristirahat untuk sementara waktu.” Azure memijat pangkal hidungnya lalu bangkit dan meninggalkan Bella yang termenung sendirian. Ketika AZure keluar dari menara, Boo dan Demein masih bergulat. Namun begitu melihat Azure keluar dari ruangan, mereka langsung berdiri tegak. “Yang Mulia, kau sudah selesai?” Boo menghampiri Azure dengan mata yang penasaran, sedikit mengintip ke dalam ruangan, tetapi hanya melihat punggung Bella yang bergeming tak bergerak. “Aku akan ke istana.” setelah mengatakan itu, Azure beranjak dan meninggalkan menara dan kastilnya. Boo yang kebingungan hanya bisa mengikuti sedangkan Demien telah menebak beberapa hal di dalam hatinya. Bella tetap di dalam ruangan selama beberapa saat, menatap lantai dengan mata memerah, hingga langkah kaki Azure tidak lagi terdengar, air mata pun jatuh bercucuran di pipinya. “Apa kau menangis?” Suara yang tiba-tiba terdengar membuat Bella tersentak, dia cepat-cepat menghapus air matanya dan berbalik. Di ambang pintu, Zera berdiri dengan senyuman lebar di bibirnya. Gadis itu hanya memakai jubah satin berwarna coklat dengan rambut yang di biarkan tergerai tanpa hiasan. Bella memungut jubahnya dan kembali berdiri tegak. Dia bisa terlihat menyedihkan di hadapan siapa pun, tapi tidak di hadapan Zera. “Jika kau ingin tertawa, silahkan saja, jangan menampilkan senyum yang palsu.” Zera mengangkat alis dan bersedekap. “Sepertinya kau mulai membentangkan sayapmu lebar-lebar dan bersiap untuk melawan heh?” Senyuman Zera tergantikan dengan tatapan tajam. “Dukungan dari mana yang kau dapat?” Bella hanya diam, tidak menjawab atau pun menundukkan kepala di bawah tatapan Zera seperti sebelumnya. “Bella, aku menyarankanmu untuk hati-hati. Jangan menghalangi jalanku.” Zera berkata dengan nada penuh ancaman. “Aku sangat tidak tahan melihat kerikil yang berpikir bahwa mereka bisa menjadi berlian. Kau seharusnya sudah bersyukur aku tidak menendangmu keluar dari harem selama beberapa tahun ini.” Bella hanya mendengar setiapa perkataan Zera dalam diam namun tidak ada raut ketakutan di matanya. Dia hanya menunggu Zera menyelesaikan perkataannya sebelum mulai membalas. “Nona Diyi. Kau seharusnya sadar, bahwa posisimu denganku tidaklah jauh berbeda,” katanya. “Apa?” Bella menarik bibirnya dan tersenyum tipis. “Kau bersama Yang Mulia Putra Mahkota selama hampir sepuluh tahun dan masih belum di sentuh olehnya, bukankah itu menyedihkan?” “Kau!” Mendengar perkataan Bella yang langsung menusuk titik lemahnya membuat Zera hampir gila karena marah. Jika tidak ingin mempertahankan kesan anggunnya, dia pasti telah maju dan mencakar setiap inci wajah gadis di hadapannya dengan ganas. “Bukankah aku benar?. Terlepas dari latar belakangmu yang kuat, kau hanyalah kandidat yang terpaksa Yang Mulia Putra Mahkota terima demi meredakan tekanan dari para mentri yang memintanya menikah.” Tatapan Bella penuh dengan ejekan. “Dibandingkan dengan statusku yang awalnya hanya pelayan, Yang Mulia Putra Mahkota jauh lebih waspada terhadapmu yang memiliki kekuatan untuk mengejar takhta Ratu.” “Bella sebaiknya kau diam!” “Zera, kebenarannya adalah, kehadiranmu di mata Yang Mulia jauh lebih mengganggu dari pada aku.” “Ahh!” Setelahnya, tanpa sepengetahuan Azure yang telah memulai perjalanannya ke istana, dua selirnya saling melukai di atas menara.  Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN