Selama dua hari pertama Ruby meninggalkan kastil putra mahkota, Azure masih bersikap sangat tenang, masih melakukan latihan paginya bersama Demien dan Boo, dan membaca buku di siang hari.
Pada hari ketiga Ruby tinggal di istana, Azure bangun jauh lebih pagi untuk latihan, membuka buku untuk membaca namun tidak hingga sore hari, halaman buku yang dia baca tidak berpindah dan akhirnya memutuskan untuk tidur lebih cepat dari malam-malam sebelumnya.
Di hari ketiga, Azure berdiri memandang pepohonan di belakang istana sejak pagi menyingsing, melamun menatap jendela di perpustakaan dan menatap langit-langit kamarnya di malam hari.
“Yang Mulia.”
Ini adalah hari kelima Azure tidak bertemu Ruby, dan saat ini dia sedang berdiri di balkon menara tinggi kastilnya, memandang puncak istana yang terlihat kecil dari kejauhan.
Azure tidak tahu bagaimana dia harus menggambarkan perasaannya saat ini, dia tidak lagi kesulitan untuk berlatih pedang setiap pagi, nafsu makannya tidak lagi begitu buruk dan tidurnya jauh lebih nyenyak, namun dia masih merasa tidak lengkap.
“Yang Mulia.”
Azure yang melamun akhirnya menoleh ketika Demien mendekat dan mengulangi panggilannya. “Ada apa?”
“Yang Mulia, Nona Dier memohon diri untuk bertemu denganmu,” Demien menjawab.
“Bella?” Azure mengangkat alis lalu menatap melewati bahu Demien dan melihat Bella dan pelayannya sedang berdiri tak jauh dari pintu masuk menara.
“Suruh dia masuk.” Azure beranjak masuk ke dalam menara dan duduk di sofa yang terletak di tengah-tengah ruangan. Saat itu juga, pelayan yang berdiri di sudut ruangan mengangkat teh dan kue kering ke atas meja.
“Selamat siang Yang Mulia.” Bella masuk dan memamerkan senyum manisnya. Ketika Azure menyuruhnya duduk dengan anggukan kepalanya, Bella tersenyum lebih cerah.
Maksud Azure hanya menginginkan agar gadis itu untuk duduk di hadapannya, namun siapa yang menyangka, Bella dengan berani mendudukkan diri di sisi Azure dan bahkan memeluk lengan pria itu dengan tiba-tiba.
Demien dan Boo pun tercengang sedangkan pelayan lainnya langsung membuang muka.
Azure mengerutkan kening, melirik tangan lentik gadis itu yang memeluk lengannya dengan tidak nyaman namun tidak bisa untuk menepisnya begitu saja, bagaimana pun Bella adalah salah satu selir yang dia pilih secara pribadi.
“Ada apa?”
Bella tahu bahwa Azure tidak begitu suka jika mereka bersikap terlalu lengket terhadapnya, namun Bella juga sadar bahwa, jika dia terus-terusan bersikap pasif, Azure mungkin akan benar-benar jatuh cinta kepada orang lain.
Jadi Bella telah memantapkan pendiriannya untuk menjadi lebih aktif dalam menggoda Pangerannya.
“Yang Mulia, Aku melihatmu selama beberapa hari ini sangat bosan dan kesepian, jadi hari ini Dier mempersiapkan beberapa penampilan yang sekiranya bisa membuat Yang Mulia jauh lebih ceria.”
“Penampilan?” Bergerak sedikit untuk menjauh dari dua benda kenyal yang menempel di lengannya, namun Bella menolak untuk mengalah dan melakukan gerakan kecil untuk kembali mendempet tubuh Azure.
Bella mengangguk pelan, dia menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga dengan malu-malu. “Aku belajar menari beberapa hari yang lalu dan berharap yang mulia menjadi orang pertama yang melihat tarianku.”
Ketika mendengar kata tarian, hal yang terlintas di pikiran Azure justru sosok Ruby yang menari di tengah-tengah dandelion.
Azure berpikir, mungkin tidak ada salahnya jika dia melihat penampilan Bella. Selir keduanya itu memiliki kecantikan yang lembut, sosok yang terlihat polos dan tidak bersalah. Mungkin saja tarian gadis itu bisa menghiburnya sedikit.
“Baiklah, aku berharap penampilanmu tidak mengecewakanku.”
Bella hampir memekik kegirangan. “Kalau begitu, mohon tunggu sebentar yang Mulia, Dier akan mempersiapkan diri terlebih dahulu.”
Azure mengangguk, setelah melihat Bella menghilang dari balik pintu, dia menghela nafas lega dan menggosok tengkuknya. “Kenapa kalian menatapku seperti itu?” Dia menoleh dan bertemu pandang dengan Demien dan Boo yang memandangnya dengan mata yang menyipit curiga.
Boo dan Demien tidak langsung menjawab melainkan menyuruh para pelayan yang ada di sana keluar sebelum membuka mulut.
“Yang Mulia, aku akan berlutut di lapangan sebagai hukuman karena menanyakan hal ini.” Boo bersuara lebih dulu dengan pipi yang perlahan memerah. “Yang Mulia, apakah kau benar-benar pernah memeluk seorang wanita sebelumnya?”
Mendengar pertanyaan tak di sangka itu, Azure mematung untuk sejenak, lalu secara perlahan rona merah menjalar dari leher ke wajahnya.”Kenapa kau menanyakan pertanyaan se vulgar itu?” Azure ingin meninggikan suaranya, namun yang terdengar hanyalah desisan canggungnya.
Boo menggaruk tengkuknya. “Itu, saat Nona Dier memelukmu, Yang Mulia terlihat sangat malu seolah itu adalah pertama kalinya Yang Mulia di peluk seorang wanita.”
Demien yang sejak tadi mendengar berdehem pelan menahan tawa yang langsung dengan cepat dia redam begitu Azure melemparkan tatapan tajam padanya.
Demien berteman sejak kecil dengan Azure, lalu ketika berumur 10 tahun secara resmi menjadi pengawal pribadinya sedangkan Boo datang ketika Azure telah berumur 16 tahun. Saat itu Zera telah masuk sebagai selir di dalam harem Putra Mahkota. Jadi sangat wajar jika Boo tidak tahu sebanyak Demien tentang masalah pribadi Pangerannya itu.
Melihat reaksi Demien dan Azure ketika mendengar pertanyaannya, samar-samar Boo mulai menyimpulkan sesuatu, lalu menghubungkan malam-malam di mana Azure di temani tidur dengan salah satu selirnya.
Boo tidak bisa menahan mulutnya yang menganga tak percaya, menatap Demien dan Azure dengan mata melebar sempurna.
Azure berdehem pelan, meraih cangkir dan meminum tehnya untuk meredam rasa malunya. “Aku hanya tidak ingin menyesal seperti ayahku, aku berharap satu-satu pewarisku berasal dari satu wanita saja.” Azure berbisik sangat pelan.
Tepat setelah percakapan mereka berakhir, suara langkah kaki yang ramai terdengar dari luar dan tak lama kemudian, Bella masuk dan memimpin beberapa gadis dengan berbagai peralatan musik, yang langsung memposisikan diri mereka masing-masing di sudut ruangan.
Bella sendri berdiri di hadapan Azure, memakai jubah hitam yang menyembunyikan wajah dan pakaiannya.
“Yang Mulia, Aku harap tarianku ini hanya di lihat olehmu.” Bella bersuara dari balik jubahnya dengan suara yang lembut, sedangkan matanya dengan malu-malu menatap pada dua pengawal pribadi Azure.
Demien dan Boo hanya perlu lambaian tangan Azure dan keluar dari ruangan dengan tenang.
Setibanya di luar, Boo yang otaknya hampir meledak karena banyak spekulasi yang tidak sempat dia lontarkan dan tanyakan, berbalik ke arah Demien dengan mata menyipit.
“Jangan bertanya, aku tidak akan menjawab apa pun.” Demien langsung memotong semua niat yang Boo pikirkan.
Boo menghela nafas lemas. “Ayolah, Yang mulia sama sekali tidak merahasiakannya dariku, yang berarti dia tidak keberatan jika aku tahu.”
“Yang Mulia membiarkanmu tahu, tapi bukan berarti yang mulia mengizinkanmu bertanya banyak hal.”
“Ah...Ayolah Demiaa...humm...
Sebelum Boo bisa merengek, Demien menutup mulut rekannya itu dengan roti yang entah sejak kapan dia bawa.
“Jangan berisik!”
Tak lama kemudian alunan musik mulai terdengar dari atas menara itu.
Bersambung...