Keesokan harinya, Ruby dan Azure kembali ke kastil dengan membawa orang tambahan.
Susan dan Tabib Yoga serta puluhan prajurit yang di kirim Baginda Raja untuk mengawal dan menjaga Azure di kastilnya.
Ketika mengetahui bahwa Susan juga akan ikut dengan mereka ke Kastil, Ruby tidak begitu terkejut.
Bagaimana pun, dia baru saja memulai pelatihannya selama beberapa hari dan prosesnya masih jauh dari kata selesai. Namun karena tugas, dia harus kembali bersama Azure, maka tidak akan terlalu mengejutkan jika mentornya lah yang ikut dengannya ke kastil.
Hanya saja, yang membuat Ruby cukup terkejut hati itu adalah kunjungan Ratu Sophia di kediaman sementaranya di pagi hari dengan membawa banyak pakaian dan perhiasan serta beberapa makanan.
Ratu Sophia yang tidak terlihat selama berhari-hari terlihat begitu letih tanpa semangat, jika Ruby bisa melihat. Dia akan terkejut dengan tebalnya mata panda di mata wanita nomor satu di kerajaan itu.
Begitu melihat Ruby yang telah selesai berbenah, dengan mata memerah Ratu Sophia mengusir semua pelayan keluar dari kamar kemudian menghampiri Ruby dan menangkap kedua tangan gadis itu dengan kedua tangannya.
"Ruby, aku tahu tindakanku terakhir kali sangat tidak adil padamu, karena itu aku harap kau bisa melupakannya dan memaafkanku." katanya dengan penuh harap.
Ruby yang telah siap mendapatkan omelan juga keluhan dari Ratu Sophia tidak bisa bereaksi dengan keadaan yang tiba-tiba ini.
Bagaimana pun, setelah pertarungan Azure dan Pangeran Rian lalu kemudian penyerangan yang terjadi, hubungan Ruby dan Ratu yang awalnya suam-suam kuku menjadi dingin sepenuhnya.
Bahkan, Ruby mendengar bahwa yang memberi perintah untuk mengurungnya di istana dingin adalah Ratu Sophia.
Dan sekarang Ratu yang di hormati banyak orang itu mengunjungi dan mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya ini membuat Ruby sedikit kebingungan.
"Ruby... Aku harap masalahku denganmu, tidak mempengaruhi hubunganmu dengan Azure."
Remasan dan juga kata-kata lirih Ratu Sophia menyadarkan Ruby bahwa diamnya telah membuat Ratu Sophia salah paham.
"Tidak yang mulia, aku tidak berani." Ruby memutar otak untuk membentuk kata-kata dengan benar. "Kau tidak harusnya minta maaf kepadaku seperti ini. Sangat tidak pantas untukku."
"Tidak... Tidak... Tentu saja aku harus meminta maaf padamu, aku menghukummu begitu saja tanpa memikirkan alasan yang kau miliki di baliknya." Ratu Sophia meremas jemari Ruby dengan lembut. "Jadi Ruby, aku meminta maaf kepadamu sebagai seorang ibu, bukan sebagai Ratu Sophia."
Hasil ajaran Susan mulai berdampak kepada Ruby, dia benar-benar memiliki keinginan untuk berlutut dan memohon agar Ratu Sophia tidak terus menerus merendahkan dirinya di hadapannya dan meminta maaf berkali-kali.
"Aku mengerti Yang Mulia, aku tidak pernah menyimpan dendam atau pun kemarahan padamu." Pada akhirnya selain berkompromi, Ruby tidak tahu apa yang harus dia katakan agar Ratu Sophia bisa berhenti meminta maaf.
Ratu Sophia akhirnya menghela napas lega kemudian menatap pada penutup mata berwarna putih di wajah Ruby dan tiba-tiba merasa miris, bahwa di awal pertemuannya dengan Ruby, dia sempat merasa tidak puas dengan gadis itu karena kekurangannya.
Namun pada akhirnya selain gadis yang tidak melihat ini adalah satu-satunya yang bisa menemukan kondisi Azure yang sebenarnya di saat orang-orang di istana buta akan kebenaran itu.
"Aku sudah mendengar tentang penyebab penyakit Azure dan... " Ratu Sophia menarik napas panjang. "Kemungkinannya sangat besar bahwa akulah yang menyuapkan racun untuk pertama kalinya kepada Azure ketika dia masih bayi." Saat mengatakan itu, air mata yang sejak awal selalu Ratu Sophia tahan akhirnya tidak terbendung.
Setelah Raja Alfred memberitahunya bahwa penyakit yang Azure miliki adalah akibat sebuah ramuan obat yang ketika masuk ke tubuh Azure justru menjadi racun setelah mengkonsumsi ramuan tertentu, dunia Ratu Sophia seakan runtuh.
Dia tiba-tiba mengingat bahwa ketika Azure baru saja lahir, dia memang terlihat sangat sehat, namun beberapa bulan kemudian karena cuaca dingin, Azure terserang flu dan demam.
Saat itulah Azure meminum ramuan penurun panas dan setelahnya bisa melompat untuk bermain lagi. Tetapi setelah itu, beberapa kali Azure akan jatuh sakit. Namun karena semua sakitnya adalah penyakit normal untuk anak seusianya, Ratu Sophia tidak terlalu cemas.
Dan semua tabib yang memeriksa mendiagnosa bahwa Azure hanya sedikit lebih mudah kelelahan dari anak lainnya jadi dia juga jadi lebih sering meminum ramuan penambah stamina.
Siapa yang tahu bahwa kondisi itu semakin parah dan terus berlangsung hingga Azure dewasa.
Ratu Sophia dan Raja Alfred bukannya tidak pernah meragukan obat yang Azure minum, mereka hanya tidak pernah menemukan celahnya. Bahkan beberapa putra pelayan yang seumuran dengan Azure juga mengkonsumsi ramuan penambah stamina yang sama namun baik-baik saja.
Jadi seiring berjalannya waktu, mereka telah menerima bahwa fisik Azure memang jauh lebih lemah dan mudah sakit dari anak lainnya.
"Aku tidak tahu bagaimana semua ini terjadi, setiap makanan Azure di jaga dan di periksa dengan ketat, tapi..." Ratu Sophia menghapus air mata di pipinya, namun kembali basah oleh air mata yang terus mengalir. "Aku ibu yang sangat tidak kompeten. "
"Tidak Yang Mulia. Anda adalah ibu yang baik." Ruby mengelus jemari wanita paruh baya itu dengan lembut.
Setidaknya, Ratu Sophia sangat menyayangi Azure.
Ruby tidak tahu bagaimana seorang ibu yang baik dan buruk, namun dia bisa merasakan bagaimana Ratu sangat menyayangi Azure.
Seperti Luna, yang tidak membuangnya meski matanya memiliki kutukan, Ratu Sophia tidak membuang Azure meski kondisi tubuh Azure tidak begitu mendukung untuk menjadi pewaris kerajaan selanjutnya. Padahal dengan kondisi tubuh Ratu Sophia, dia masih bisa melahirkan putra lain untuk menggantikan posisi Azure.
Ratu Sophia memaksakan senyum. "Terima kasih Ruby." Dia kemudian mengeluarkan sebuah giok biru dengan ukiran naga emas bermata biru dari pinggangnya. "Ruby, aku berharap kau bisa menyembuhkan Azure, karena satu-satunya yang bisa menjaga putraku dengan baik adalah kamu."
Ya, selama beberapa hari mengurung diri dan berfikir. Ratu Sophia menemukan bahwa tempat paling aman bagi Azure adalah di sisi Ruby.
Seperti perkataan Ruby. Istana megah, tembok tinggi dan ribuan orang di istana ini tidak bisa melindungi Azure.
Dan sekarang Ratu Sophia juga berpikir seperti itu.
Satu-satunya yang mampu adalah Ruby.
"Tetaplah di sisi Azure, dan setelahnya dia akan menjagamu dengan baik." Setelah mengatakan itu, Ratu Sophia meletakkan giok itu di tangan Ruby.
Ruby meraba giok itu dengan bingung."Yang Mulia, ini...
"Ini adalah token kerajaan, dengan ini kau bisa bersikap leluasa di kerajaan timur...
Sebelum Ratu Sophia selesai menjelaskan, Ruby telah mengembalikan token itu ke tangan si pemberi dengan sangat cepat seolah token itu adalah benda yang panas.
"Tidak Yang Mulia, aku tidak bisa menerima benda sepenting ini." Ruby sudah mendengar tentang token ini dari Susan, dan katanya token kerajaan ini hanya bisa di miliki oleh Raja, Ratu dan Putra Mahkota. Keluarga kerajaan lain tidak memiliki hak untuk memegangnya karena token itu seperti titah dari Raja.
Ketika seseorang mengeluarkannya, mereka bisa bersikap semaunya di dalam kerajaan.
Bagaimana bisa Ruby memegang benda seperti itu?
"Kenapa tidak? Kau ini tabib pribadi putraku, kau pasti memerlukan banyak alat dan bahan untuk penelitian. Token ini bisa membantumu mendapat apa pun yang kau perlukan." Ratu Sophia sekali lagi ingin meletakkan token itu di tangan Ruby.
Namun Ruby menarik tangannya menjauh. "Tidak yang Mulia, aku tidak bisa memegangnya."
Ratu Sophia mengerutkan kening tidak senang. "Ini perintah." dia menarik tangan Riby dengan paksa dan menjejalkan token itu ke tangan Ruby kemudian menolak untuk membuka tangannya lagi.
Ruby masih ingin menolak, Namun Ratu Sophia tidak memberinya kesempatan lagi hingga dia bertemu dengan Azure di depan gerbang istana.
Bersambung...