Menyeleksi Dark Guard (Akhir)

1550 Kata
Keinginan tertinggi seorang penjaga kastil adalah menjadi seorang penjaga pribadi. Karena dengan begitu, mereka akan berada di bawah perintah langsung pemilik kastil tersebut sedangkan penjaga lain tetap berada di bawah perintah kepala penjaga dan terus menjadi penjaga kastil tanpa banyak kesempatan untuk naik jabatan. Hal itu terjadi karena lingkungan kastil atau pun kerajaan relatif aman di bandingkan medan perang. Tidak banyak kekacauan yang terjadi sehingga sangat jarang mereka bisa mendapatkan promosi. Namun, kastil Putra Mahkota sedikit berbeda. Karena penyerangan yang Azure alami cukup banyak, sehingga kesempatan untuk naik jabatan ketika mereka berhasil menghalangi penyerangan jauh lebih banyak dari kastil pangeran lainnya. Jadi kastil Putra Mahkota terkenal dengan penjaga mereka yang kuat, tidak kalah dari prajurit yang berjuang di garis depan peperangan. Karena itu jugalah dalam lingkaran penjaga kastil putra mahkota, kekuatan adalah yang utama. Mereka tidak terlalu mementingkan jabatan karena di kastil putra mahkota hanya ada beberapa penjaga kelas rendah. Dan semua penjaga kelas rendah itu berdiri di hadapan Ruby. Empat puluh penjaga yang berdiri di hadapan Ruby adalah penjaga yang sama sekali belum pernah mendapatkan penghargaan. Setelah keluar dari barisan, para prajurit yang menolak berpartisipasi tidak meninggalkan sanggar, mereka berkumpul dan mengelilingi Ruby, Azure dan empat puluh prajurit lainnya. Seperti menunggu pertunjukan menarik. Mereka tentu tidak akan tetap berdiri dengan bangga di saat Azure ada di sana, jadi mereka semua duduk dengan teratur di lantai. Ruby tidak peduli dengan semua itu dan mengeluarkan perintah pertamanya. "Lepaskan armor kalian." Jude adalah yang pertama kali melakukan perintah dengan cepat, melepas armornya tanpa ragu. Lalu satu persatu prajurit lainnya mulai mengikuti. Ruby kemudian mengikat rambutnya, mengencangkan penutup matanya kemudian maju selangkah. "Maju." Huh? Para prajurit itu saling memandang lagi, bahkan Jude tidak mengerti apa maksud Ruby. "Maju dan serang aku." Ruby mengulang perintah. Kali ini semua prajurit tercengang, bahkan mereka yang hanya menonton mulai mengamati tubuh ramping Ruby. Bahkan jika empat puluh prajurit itu hanyalah prajurit tingkat rendah di dalam kastil Putra Mahkota, jika mereka keluar an bertarung dengan penjaga kastil lain, kekuatan mereka mungkin saja seimbang. Tubuh ramping seorang gadis terlalu lembut untuk tangan mereka. Sudut bibir Azure berkedut melihat semua tatapan penjaga itu. Dia mulai berpikir, jika Boo dan Demien kembali nanti dia harus menugaskan mereka untuk mendisiplinkan penjaga-penjaga ini. Mereka terlalu sombong dan bangga hingga sangat mudah menilai penampilan seseorang. Tatapan saja bisa membunuh, kata-kata itu bukan hanya sekedar kiasan untuk Ruby. Dia benar-benar bisa membunuh mereka semua hanya dengan sekali melihat. Azure meminjat pangkal hidungnya, sangat bersyukur para penjaganya bertemu dengan Ruby setelah dia menjalani pelatihan selama beberapa hari. Jika itu Ruby yang pertama kali dia temui, para penjaga ini tidak akan punya banyak waktu untuk melarikan diri. Ruby yang telah memberi perintah dua kali juga mulai kesal dan langsung mengarahkan telunjuknya ke arah pria paling tinggi di dalam barisan. "Kamu maju." Alih-alih maju untuk menyerang, penjaga itu berjalan biasa saja dan menatap Ruby dengan tatapan rumit. "No... Buk... Sebelum penjaga itu bersuara banyak, Ruby menjatuhkannya dengan cepat ke lantai, menindih d**a bidang penjaga itu dengan lutut sedangkan tangannya menangkap tenggorokan pria itu. "Apa kau pernah di beritahu bahwa memandang rendah lawanmu adalah kesalahan fatal?" Ruby tersenyum miring, aura tenangnya di awal berubah menjadi aura membunuh, seolah dia benar-benar akan merobek tenggorokan pria itu dengan cakarnya. "Jika aku benar-benar musuhmu, kau bahkan tidak akan sempat menyesali tindakanmu." Pria itu menahan nafasnya, jantungku berdegup kencang sedangkan kulit di bawah cengkeraman tangan Ruby rasanya sangat perih. Saat ini dia benar-benar merasa gadis cantik di atasnya akan membunuhnya saat itu juga. Dalam keadaan kritis itu, potensi manusia selalu terbuka secara penuh. Penjaga itu menggunakan satu tangannya untuk menyerang wajah Ruby sedangkan satu tangannya melepaskan cengkraman Ruby di lehernya. Setelah terlepas, dia menggelinding menjauh lalu melompat bangun. Berhadapan dengan Ruby lagi, dia memasang kuda-kuda dengan wajah serius. Ruby mengembalikan penampilan awalnya yang terlihat lemah dengan senyum tipis di wajah cantiknya. Pria itu tiba-tiba merinding, dia selalu merasa senyum itu bukan benar-benar senyuman. "Maju." Bersamaan dengan perintah Ruby, pria itu menyerang. Tidak seperti awalnya, kali ini dia benar-benar menyerang sekuat tenaga. Namun Ruby hanya menahan tinjunya sekali lalu dia kembali terbanting ke lantai. Sedangkan Ruby tidak lagi meminta untuk di serang, dia secara pribadi menyerang lebih dulu dan memaksa penjaga lainnya dengan suka telah menyerangnya. Buk... Buk... Buk... Hanya dalam beberapa menit, empat puluh prajurit berbaring di lantai tanpa tahu apa yang terjadi. Seperti pria sebelumnya, Ruby hanya membiarkan mereka menyerang sekali. Setelahnya mereka akan terbanting dengan sangat cepat. Ruby kembali ke tempatnya semula tanpa sedikit pun kerutan di bajunya, menunduk ke arah empat puluh prajurit yang berbaring di tanah. Ruby tidak benar-benar memukul mereka, dia hanya menjatuhkan mereka satu persatu sehingga tidak satu pun dari penjaga itu yang terluka. Mereka hanya terlalu syok untuk bangun dan perlu mengingat bagaimana mereka jatuh. Semua itu terjadi dengan sangat cepat sehingga empat puluh peserta Dark Guard itu sedikit tidak siap. Lalu setelah mereka sadar mereka telah di jatuhkan oleh seorang gadis yang porsi tubuhnya lebih kecil, rasa malu mulai merayap di pikiran mereka. Beberapa di antara mereka menutup mata dan menolak bangun. Sedangkan penjaga yang duduk mengelilingi mereka sedikit terkejut dengan kecepatan Ruby. Namun hanya itu, mereka tidak pernah berpikir bahwa Ruby cukup kuat untuk menjatuhkan empat puluh prajurit sekaligus, namun justru berpikir bahwa empat puluh penjaga itulah yang terlalu lemah sehingga sangat mudah di kalahkan. Saat seseorang di penuhi rasa bangga, maka dia tidak akan mengakui bahwa seseorang yang terlihat lemah lebih baik darinya. Saat kebanggan menutupi hati dan pikiran seseorang, dia akan menutup mata dan mencari alasan lain untuk menutup kebenaran yang mereka lihat. Aku terlihat kuat dan memang kuat sedangkan dia terlihat lemah maka dia lemah. Pikiran seperti itulah yang Azure temukan di mata para penjaganya. Tidak hanya mereka yang tidak berpartisipasi, bahkan beberapa yang ikut seleksi juga seperti itu. Mereka lebih memilih mengatakan bahwa mereka sangat lemah dari pada mengakui Ruby yang kuat. "Bangun." Ruby memberi perintah lagi. Delapan orang bangun dengan cepat sedangkan yang lain bangun satu persatu dengan pelan. Ruby tidak peduli dan mulai memasangkan dua penjaga dengan kekuatan yang sama dan meminta mereka bertarung. "Bertarunglah dengan sekuat tenaga. Hingga lawan kalian jatuh dan mengaku kalah." Dengan begitu, pertarungan satu lawan empat puluh berubah menjadi satu lawan satu. Karena sebelumnya Ruby mematahkan harga diri mereka, beberapa penjaga jatuh dan mengalah dengan cepat sedangkan ada juga beberapa yang mati-matian tidak ingin kalah meski berada di posisi tidak menguntungkan. Hingga pertarungan hari itu selesai, Ruby mengeliminasi sepuluh orang sekaligus. Beberapa di antaranya memiliki hasil seri. "Nona, hasil pertarunganku seri, kenapa aku di keluarkan sedangkan dia... " jari telunjuknya mengata pada sejumlah orang, salah satu Jude. "Mereka babak belur, mereka di kalahkan berkali-kali. Mengapa kau tidak mengeliminasi mereka?" 'Apa karena kau buta jadi kau tidak bisa melihat siapa yang kalah dan siapa yang menang.' pria itu mendengus di dalam hati. "Pertanyaan bagus." Ruby bersedekap, lalu menoleh ke arah pria itu mengarahkan telunjuknya. "Mereka jatuh puluh kali dan di pukul puluhan kali di saat lawan mereka baik-baik saja. Tentu saja mereka kalah." Jude menggigit bibir dan menunduk. Dia juga tidak tahu mengapa di bisa tidak langsung di keluarkan. Di tahu, Ruby mengkategorikan mereka untuk melawan penjaga dengan porsi tubuh yang sama dan tenang yang sama dengan mereka. Tapi dia masih kalah dengan menyedihkan. Nona Ruby mungkin benar-benar hanya tidak melihat bahwa dia kalah jadi setelah seseorang mengatakannya, maka dia pasti akan di keluarkan. Namun kata-kata Ruby selanjutnya membuatnya terkejut. Ruby melanjutkan. "Mereka jelas jauh lebih lemah dari lawan yang memiliki tenaga yang sama dengan mereka, tapi apa kau melihat mereka mengaku kalah?" Pria itu diam untuk sejenak. "Aku... "Kau juga tidak mengaku kalah, aku tahu." Ruby memotong perkataan pria itu. "Lalu mengapa kau sama sekali tidak bisa menang dari lawanmu?" Pria itu mengerutkan kening tidak mengerti. "Sekarang aku tanya... Kau." Ruby menunjuk dengan tepat penjaga yang menjadi lawan pria itu. "Apa kau bisa mengalahkannya?" Lawan pria itu menggeleng tanpa ragu. "Sejak pertama aku melawannya, aku tahu tidak bisa menang darinya." Sekelabat rasa bangga terlintas di mata pria yang keberatan di keluarkan. "Apa kau lihat perbedaanmu dengan mereka yang kalah namun tidak tereliminasi?" Ruby menoleh lagi pada pria itu. "Kau tidak mengeluarkan kemampuanmu dan menganggap remeh lawanmu, karena itulah kau bermain-main dengannya. Kau jelas lebih kuat, namun tidak menjatuhkannya dengan cepat, tidak juga mengalah. Karena kau bangga dan ingin lawanmu berpikir bahwa dia lolos seleksi karena belas kasihmu." Lawan pria itu menunduk dan mengepalkan telap tangan. Ruby mengatakan semua keluhannya. Dia lebih baik kalah lalu berjuang dengan keras dari pada di anggap remeh. "Karena itulah aku berpikir orang sepertimu tidak pantas berada di sisi Yang Mulia." Ruby kali ini menunjukkan kata-kata bukan hanya untuk pria itu namun juga para penjaga yang dengan sangat mudah kalah tanpa berusaha, juga mereka yang sengaja mengalah. "Aku membutuhkan mereka yang memiliki keinginan untuk berusaha, bukan kalian yang sama sekali tidak ingin berusaha." Kata-kata Ruby sangat tajam, namun tidak ada satu pun yang menyangkalnya. Karena semua yang dikeluarkan hari ini adalah mereka yang tidak berusaha dengan keras di saat perintah Ruby sebelumnya adalah untuk berusaha dengan keras. "Dalam dua hari, aku akan kembali lagi di pagi hari. Sebaiknya kalian ada di sini saat aku tiba." Ruby meninggalkan kata-kata itu kepada para peserta yang tersisa sebelum keluar bersama Azure. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN