Menyeleksi Dark Guard (Tengah)

1274 Kata
Apa yang baru saja Ruby katakan menyebabkan keributan di dalam barisan penjaga. Pasalnya mereka semua tahu bahwa pengawal pribadi Azure selama ini hanyalah Boo dan Demien. Dan sepertinya Yang Mulia Putra Mahkota tidak memiliki niat untuk menambah personil untuk pengawal pribadinya itu. Namun sekarang tabib yang entah dari mana memiliki keberanian itu mendahului Azure dan mengatakan akan menyeleksi pengawal pribadi untuk Azure? Jika saja Azure tidak sedang duduk di belakang, para prajurit itu pasti akan menolak Ruby secara terang-terangan. Bagi seorang penjaga yang hanya menggunakan otot untuk menentukan sesuatu, tubuh Ruby yang jauh terlihat lebih lemah dari mereka, tidak layak untuk di dengarkan sama sekali. Bahkan jika keindahan wajah gadis itu membuat mereka cukup takjub, tapi tidak cukup membuat mereka patuh padanya. Ruby tahu itu, jadi dia sengaja membawa Azure. Karena dengan keberadaannya bisa menahan penolakan para para penjaga ini hingga dia memukul mereka satu persatu. Entah bagaimana reaksi Azure jika tahu bahwa tabibnya itu membawanya ikut serta hanya untuk menjadi dekorasi agar bisa menahan para penjaganya. Kastil Putra Mahkota memiliki lebih dari seribu penjaga, dua kali lipat lebih banyak dari Kastil Pangeran lainnya. Namun hari ini, yang mendengarkan panggilan Ruby berkumpul di dalam sanggar hanyalah sekitar lima ratus penjaga muda yang jelas terlihat masih kurang terlatih. Penjaga paling tua di sekitar mereka hanya berusia sekitar tiga puluh tahun sedangkan yang paling muda berusia lima belas tahun. Azure yang melihat itu tentu tidak senang, jika saja sejak awal Ruby tidak menyuruhnya untuk diam dan melihat saja. Seluruh penjaga di kastil Putra Mahkota pasti akan berkumpul karena kemarahan Azure. Jude adalah penjaga yang paling muda di dalam barisan. Dia berhasil masuk ke dalam jajaran penjaga kastil Putra Mahkota berkat kerja kerasnya. Namun siapa yang menyangka, ketika dia menjadi penjaga, dia juga menjadi penjaga paling lemah. Muda dan lemah. Selama dua tahun menyandang sebagai penjaga bungsu yang lemah, Jude tidak pernah bergerak dari Zona itu. Meski penjaga lainnya tidak mengganggu atau pun mengolok-oloknya, namun pandangan mencemooh mereka sangat membekas di dalam hati Jude. Jadi saat mendengar bahwa tabib pribadi Yang Mulia Putra Mahkota itu akan menyeleksi penjaga pribadi untuk Yang Mulia. Jude menjadi sangat antusias. Untuknya yang lemah, kesempatan untuk membuktikan dirinya adalah dengan melangkahi kepala prajurit lainnya dan langsung berada di bawah perintah Yang Mulia Putra Mahkota. Tapi... Jude melihat lima ratus prajurit di hadapannya, lalu pada Ruby. Jika tabib itu mencari seseorang yang pekerja keras, Jude bisa menjamin dia adalah orang paling gigih di dalam barisan. Namun jika tabib itu mencari yang paling kuat, maka Jude akan sulit untuk masuk dalam daftar. Jadi untuk memastikannya, Jude mengangkat tangan untuk bertanya. Namun melihat bahwa tepat ketika dia melakukan itu, orang-orang di sekitarnya menatapnya dengan aneh. Jude berada di barisan belakang, dan karena prajurit yang di hadapannya jauh lebih tinggi, dia tidak bisa melihat penampilan Ruby. "Apa?" tanya Jude kebingungan kepada penjaga di depannya. Prajurit tinggi itu mendengus dan menggeser tubuhnya agar Jude bisa melihat dengan jelas kedepan. Jude melihat seorang gadis yang tidak begitu tinggi berdiri di hadapan barisan penjaga, memakai hanfu hijau tosca berlengan lebar, sedangkan rambut pirang sepinggangnya terurai begitu saja. Satu kata yang muncul di benak Jude, cantik. Tetapi, kain hijau tosca yang menutup kedua mata gadis itu membuat Jude menyadari mengapa prajurit lain memandangnya dengan aneh. Orang buta, bagaimana bisa dia tahu jika seseorang mengangkat tangannya di tengah barisan. Warna merah perlahan menjalar di wajah Jude, perlahan-lahan dia menurunkan tangannya dengan malu. "Katakan apa yang ingin kau katakan." Jude belum sepenuhnya menurunkan tangannya ketika Ruby bersuara. Huh. "Barisan ke sepuluh dari kiri, urutan ke dua puluh dari depan. Bukankah kau mengangkat tanganmu untuk mengatakan sesuatu padaku?" Hening... Seluruh sanggar itu hening. Ruby menyebutkan lokasi Jude terlalu tepat sehingga mereka tidak bisa mencari kemungkinan adanya kebetulan. Jude jangan di tanya, matanya telah membelalak lebar seolah bola matanya akan menggelinding keluar. "Siapa namamu?" Ruby bertanya lagi ketika dia tidak mendapat reaksi. "Jude." Jude menjawab cepat tanpa sadar. Ruby tersenyum tipis. "Jude, apa yang ingin kau katakan?" dia bertanya dengan wajah yang mengarah langsung ke barisan di mana Jude berada. Seolah dia bisa melihat dengan jelas di balik penutup matanya. Jude menggaruk tengkuknya canggung. Sebelumnya dia hanya mendengar rumor tentang tabib baru Putra Mahkota adalah seorang wanita muda. Dan yang tergambar di pikiran Jude saat mendengar itu adalah sosok wanita paruh baya yang seumuran ibunya. Bukan salahnya berpikir seperti itu, karena tabib paling muda yang pernah terlihat di kerajaan mereka adalah berusia paruh baya. Siapa yang menyangka bahwa dia benar-benar muda dan lagi sangat cantik. Jude yang muda tidak bisa menyembunyikan rasa canggungnya. "A-aku ingin menanyakan sesuatu." katanya dengan suara yang agak pelan, sehingga bahkan Azure tidak mendengar apa yang dia katakan. Jude juga menyadari itu, jadi dia membuka mulut lagi untuk mengulang perkataannya dengan jelas. Namun Ruby lebih dulu bersuara. "Apa yang ingin kau tanyakan." Jude takjub lagi, namun tidak seterkejut tadi. "Benarkah apa yang kau katakan sebelumnya, kau akan menyeleksi pengawal pribadi untuk Yang Mulia?" Jude melirik ke arah Azure, lalu dengan sangat cepat beralih begitu melihat  Azure juga menatap ke arahnya. "Penjaga pribadi yang akan terus mengikuti kemana pun Yang Mulia pergi." Ruby mengangguk. "Ya, penjaga seperti itu. Kalian akan bertanggung jawab secara pribadi untuk menjaga keselamatan Yang Mulia." Tatapan Jude berbinar. "Persyaratan apa yang akan Nona gunakan untuk menyeleksi?" Ruby memiringkan kepala. "Tergantung, kalian hanya perlu melakukan yang terbaik dan aku akan menilai. Jadi selama kalian berpartisipasi dalam seleksi ini. Kalian harus mendengarkanku." Hening. "Kemudian setelah itu, aku akan melatih kalian secara pribadi hingga layak berdiri di depan pintu Yang Mulia." Ruby melanjutkan. Hening lagi. Namun tak lama kemudian beberapa tawa tertahan terdengar di telinga Ruby. Ruby hanya bisa merasakan dan mendengar, jadi tidak melihat bahwa saat ini sebagian besar penjaga sekuat tenaga menahan tawa mereka. Dapat di pastikan, jika saja Azure tidak sedang duduk di sana, mereka akan tertawa terbahak-bahak sembari menuding wajah Ruby dengan ejekan. Ruby tidak kehilangan senyum tipis namun Azure sangat marah hingga hampir memecahkan gelas di tangannya. Ruby tentu bisa merasakan itu juga jadi dia berbalik dan menuangkan teh ke cangkir Azure sambil memamerkan senyum menenangkan, menyembunyikan raut wajah Azure dari para penjaga di belakangnya. "Aku baru tahu bahwa emosimu sangat mudah tersulut, mengapa begitu marah hanya karena masalah seperti ini?" "Mereka terlalu tidak sopan padamu." Azure menggigit giginya untuk memelankan suaranya. "Bukankah wajar? Aku hanya tabib yang lemah di mata mereka," kata Ruby. Azure "...." Ruby tertawa pelan. "Jangan marah, aku sedang bersenang-senang di sini." Azure mengeluarkan suara hmm lalu membuang muka dan meminum tehnya.  Terlihat tenang di permukaan, namun di dalam hati, dia telah menyusun rencana bagaimana agar orang-orang tidak menganggap remeh keberadaan Ruby lagi. Tanpa tahu bahwa karakternya telah berubah 180 derajat dari sebelumnya. Di hadapan Ruby, Azure yang tenang, bijaksana dan berkepala dingin menghilang secara perlahan. Setelah memastikan emosi Azure lebih baik, Azure kembali ke tempatnya berdiri semula dan gelombang tawa tertahan di dalam barisan telah berhenti, namun Ruby merasakan tatapan remeh dari mereka semakin banyak. Seorang tabib yang hanya mergelut dengan obat-obatan setiap hari mengatakan bahwa dia ingin melatih seorang penjah menjadi lelucon paling lucu di pikiran para prajurit itu. Namun Ruby sama sekali tidak terpengaruh dengan semua tatapan itu, sebaliknya senyumnya sedikit lebih lebar. "Jika kalian keberatan, kalian boleh keluar dari barisan." Tidak ada yang bergerak dari barisan. Tapi Ruby tahu itu bukan karena mereka ingin bertahan, jadi dia menoleh ke arah Azure. Azure menghela napas. "Aku tidak akan ikut campur, jika kalian tidak ingin berpartisipasi, kalian boleh keluar dari barisan." Mendapatkan jaminan dari Azure, barisan yang awalnya lebih dari lima ratus orang menyusut dengan sangat cepat dan hanya menyisakan sekitar empat puluh orang. Dan sekali lagi, Ruby menjadi lelucon di dalam kepala prajurit yang menolak tunduk padanya.   Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN