Petunjuk di Peta Kuno

1220 Kata
Di bawah jemari Ruby terdapat sebuah simbol istana yang berdampingan dengan pegunungan. Karena daerah itu tepat berada di tengah peta, Azure juga menyadari tepat itu untuk pertama kalinya, namun tidak berpikir bahwa istana itu tidak begitu penting.   Tapi setelah mereka mengamatinya lebih jelas, istana itu bukanlah istana yang sebenarnya melainkan sebuah kuil besar dan pegunungan yang ada di sekitar kuil itu berbentuk seperti bulan sabit. Namun, bukan hal itu yang membuat mereka terkejut, karena beberapa pegunungan memang di gambarkan seperti itu, entah kebetulan atau tidak.   Di bawah jari telunjuk Ruby, tepat di hadapan kuil itu, terdapat pola bulan sabit yang tergambar dengan sangat samar, sehingga jika kau tidak memperhatikannya dengan cermat, gambar itu tidak akan terlihat.   ‘Bulan Sabit Kembar.’ tiga kata itulah yang pertama kali terlintas di kepala mereka ketika melihatnya. Hanya saja, pola kutukan yang mereka maksud menggambarkan bulan sabit yang saling memunggungi sedangkan yang ada di peta adalah bulan sabit yang saling berhadapan dengan di perantara kuil besar tersebut.   Sayang sekali, karena petanya yang terlalu usang, nama kuil dan daerah itu sama sekali tak terbaca.   “Oh! Pegunungan itu tidak ada di dalam peta yang baru.” Boo tiba-tiba berseru.   Demien dan Azure segera mengalihkan tatapannya ke peta yang lebih jernih. Dan seperti kata Boo di pusat peta itu sama sekali tidak ada gambar pegunungan berbentuk bulan sabit, sebaliknya di empat penjuru kerajaan, memiliki satu gunung berbentuk bulan sabit.   “Apa artinya ini?” Boo menggaruk kepalanya frustrasi. Dia yang hanya mahir menggunakan ototnya sama sekali tidak bisa melakukan senam otak yang berlebihan seperti ini.   “Tanahnya berubah?” Demien menebak.   “Tidak.” Azure menggeleng, entah mengapa dia memiliki keyakinan penuh akan pendapatnya kali ini. “Tanahnya tetap sama, namun beberapa menghilang dari tatapan manusia.”   “Hah?”   “Aku selalu merasa apa yang kita cari ada di sini.” Azure kembali menatap pada kuil di tengah peta tua. Dia diam sejenak, lalu akhirnya memutuskan sesuatu. Dia mendongak dan menatap pada Demien. “Demien, aku punya tugas untukmu.”   Demien yang mendengar itu segera berdiri dari duduknya dan berlutut di hadapan Azure. “Aku mendengarkan Yang Mulia.”   “Seleksi para penjaga berbakat dari kastilku dan bawa mereka untuk menyelidiki tentang tempat ini.”   Kening Demien dan Boo mengerut di saat yang bersamaan. “Yang Mulia, para penjaga itu harus menjagamu. Sekarang kita tahu bahwa organisasi itu pasti akan mengirim orang lagi untuk menyerang.” Demien membungkuk dalam. “Keselamatan Yang Mulia adalah yang utama, aku akan pergi sendiri Yang Mulia.”   Azure menggeleng. “Penyelidikan ini sangat penting, aku selalu merasa kebenaran sudah berada di depan mata, kita harus menggenggamnya dengan cepat. Jadi perjalananmu harus selalu aman hingga kau kembali, ini perintah!” dia kembali menekankan ketika melihat Demien hendak menolak sekali lagi.   Demien yang tidak sempat menolak lagi akhirnya hanya bisa berkompromi. “Baik Yang Mulia.”   Azure kemudian menoleh ke arah Boo yang saat melihat tatapan pangerannya itu segera berlutut di sisi Demien.   “Boo, bentuk tim penyelidik dan perhatikan pergerakan Pangeran Rian, Leroy, dan Alrey. Catat semuanya dan laporkan padaku.”   Boo tidak langsung menjawab, Dia dan Demien saling melirik seolah sedang berdiskusi menggunakan tatapan mereka.   Azure tentu mengerti apa yang mereka ragukan jadi dia kembali menambahkan. “Jangan Khawatir, Ruby akan tetap bersamaku dan aku akan segera kembali ke kastil. Selain itu rombongan jendral Qhali saat ini hampir tiba di ibukota, saat mereka tiba Baginda Raja mengatakan bahwa dia akan mengirim beberapa prajurit untuk berjaga di kastilku hingga pelaku penyerangan itu di temukan. Kastil Putra Mahkota adalah kastil dengan pertahanan paling kuat”   Barulah setelah mendengar kata-kata itu, Boo dan Demien menghela nafas lega.   “Kalian boleh keluar dan jangan lupa bahwa keselamatan kalian tetaplah yang utama sepenting apa pun tugas yang kalian bawa.” Azure kemudian mengatakan motto yang selalu dia terapkan kepada para penjaga dan dirinya sendiri. “Hanya ketika kau hidup maka kau bisa melakukan sesuatu dan menjadi pemenang.”   ”Aku mengerti yang Mulia.” Boo dan Demien menjawab bersamaan lalu beranjak keluar dari ruangan lebih dulu.   Azure yang melihat Ruby masih tetap berdiri di hadapan meja bertanya. “Ruby, Ada apa?”   “Bisakah aku melihat petanya dan membawanya ke ruanganku?” tanya Ruby.   Azure tidak langsung menjawab da menatap pada peta kuno itu dengan raut wajah yang tak terbaca.   “Jika bisa maka tidak perlu memaksakan diri.” Ruby kembali bersuara dengan canggung ketika tidak segera mendapatkan jawaban, bagaimana pun dia juga tahu bahwa peta kuno ini sangat penting dan memiliki nilai sejarah jadi dia tidak akan bersikeras untuk meminjamnya.   “Bukan begitu, hanya saja... apakah tidak apa-apa?” tatapan Azure berubah khawatir kepada Ruby. “Kau terlihat tidak terlalu nyaman begitu menyentuhnya.”   Ruby menggeleng dengab cepat. “Bukan tidak nyaman, aku hanya merasa energi yang ada di peta itu sangat familiar dan membuatku linglung sejenak, bagaimana mengatakannya yah...” Ruby berfikir sejenak. “Rasanya seperti peta itu memberitahuku bahwa tempatnya berasal adalah tempatku yang seharusnya, seperti sebuah panggilan dari rumah.”   Setelah mendengar itu, Azure akhirnya mengerti. Peta ini kemungkinan di buat oleh seorang penyihir, walaupun dia tidak dengan sengaja meninggalkan sihir, jejaknya selalu bisa tertinggal dan dirasakan oleh Ruby yang juga seorang penyihir. Tentu dia akan merasa sedikit familiar.   Terlebih di masa di mana penyihir hampir punah.   Tapi, entah mengapa Azure tidak terlalu suka dengan pikirannya itu, seolah ada penghalang tak kasat mata antara dirinya dan Ruby. Namun dia juga tidak bisa menolak permintaan gadis itu.   Jadi dia secara pribadi menggulung peta tua itu dan menyerahkannya kepada Ruby. “Kau boleh membawanya.”   Senyum segera berkembang di wajah Ruby. “Terima kasih, Yang Mulia.” ujarnya dengan nada yang tenang, namun sama sekali tidak bisa menyembunyikan suara antusiasnya.   Setelah membungkuk, Ruby segera berbalik untuk meninggalkan ruangan, namun seolah mengingat sesuatu dia kembali berbalik. “Oh ya, Yang Mulia, saat kita kembali, bisakah tabib kerajaan Yoga ikut kembali bersama kita?”   “Tentu bisa, tapi aku harus memberi  alasan yang jelas pada Baginda Raja, bagaimana pun dia adalah kepala tabib kerajaan yang tidak bisa meninggalkan tugasnya begitu saja.” jawab Azure.   “Aku harus meneliti cara untuk menetralkan racun di dalam tubuhmu, dan pengetahuannya jauh lebih banyak tentang macam-macam ramuan dariku di negeri ini. Jadi aku membutuhkan bantuannya.”   Azure mengangkat alis, ini adalah pertama kalinya Ruby mengatakan seseorang jauh lebih baik darinya.   “Tentu saja.”   Setelah mendapatkan jawaban yang dia butuhkan, Ruby akhirnya keluar dari ruangan sambil memeluk peta di tangannya dengan senang hati.   Tak lama kemudian, setelah Ruby pergi, Susan juga datang mengetuk pintu ruangan Azure.   Saat Susan masuk, Azure tidak lagi duduk di belakang mejanya, namun sedang berdiri memunggungi pintu dan  menatap ke arah taman.   “Yang Mulia.” Susan membungkuk dengan hormat setelah menghentikan langkahnya beberapa puluh langkah dari Azure.   “Nona Susan, beberapa hari lagi aku akan kembali ke kastilku dan aku telah mendapat izin dari baginda Raja untuk membawamu bersamaku sebagai mentor Ruby.”   Susan melirik punggung Azure, menekan rasa antusias di hatinya dan menjawab dengan tenang. “Baik Yang Mulia.”   Azure akhirnya berbalik, memperlihatkan mata kelamnya yang seolah bisa menyedot jiwa seseorang, dia menatap gadis di hadapannya dengan wibawa seorang pangaran “Dan juga, aku berharap Nona Susan bisa memberikan pelajaran tambahan tentang perilaku manusia kepada Ruby. Aku ingin dia bisa mengerti cara untuk berinteraksi dengan orang lain dengan baik.”   Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN