Misteri Kutukan Bulan Kembar (Bagian 2)

1136 Kata
Matahari bersinar terik, pelayan-pelayan yang berlalu lalang di taman istana sebisa mungkin mempercepat langkah mereka untuk menemukan jalanan yag lebih teduh. Ikan-ikan yang ada di dalam kolam belakang istana sesekali melompat dan menciptakan gelembung sedangkan petal bunga teratai bergerak pelan terbelai angin.   Di dalam perpustakaan yang jendelanya terbuka, tirai berwarna biru muda berkibar pelan, memperlihatkan empat orang di dalam ruangan yang sedang duduk saling berhadapan.   Suasana di dalam ruangan itu seolah membeku setelah mendengar apa yang baru saja Demien sampaikan.   Demien tau bahwa berita yang bawa sangat mengejutkan, bahkan dirinya sendiri ketika pertama kali mengetahui tentang berita ini kesulitan mengendalikan emosinya selama beberapa hari. Jika saja Demien bisa, dia sangat ingin menarik semua personil organisasi itu dan menyiksa mereka sekejam-kejamnya untuk mengorek semua kebenaran dari mulut mereka.   Namun di bandingkan mereka bertiga, Azure yang menjadi target organisasi itu justru jauh lebih tenang, dia meraih cawan di atas meja dan menyeruput tehnya dengan tenang. “Sepuluh tahun yang lalu, sepertinya aku bisa menebak siapa mereka,” gumamnya.   Meski ke empat kerajaan di tanah itu memiliki hubungan yang tidak terlalu baik, namun kerajaan mereka masih memiliki beberapa kerja sama yang terjalin selam bertahun-tahun, sehingga tidak begitu sulit untuk menemukan berita umum dari negara yang lainnya.   Demien mengangguk. “Ya, Yang Mulia. Mereka adalah Jenderal Muda Kerajaan Barat, Pendeta Agung Kerajaan Selatan dan Pangeran bungsu kerajaan Utara.”   Sepulih tahun yang lalu, berita tentang kematian tiga orang penting ini datang berturut sehingga menggemparkan empat kerajaan dan di tahun yang sama, Azure yang masih berusia lima belas tahun harus berbaring di ranjang pesakitan selama tiga puluh hari penuh karena serangan Asassin yang berhasil melukainya dengan parah.   Tahun itu adalah tahun penuh duka, tiga kerajaan kehilangan tiga figur yang sangat penting, sedangkan Kerajaan Timur memperketat penjagaan mereka di sekitar Putra Mahkota.   Namun tidak banyak berita tentang tiga kematian aneh itu.   Kerajaan yang bersangkutan pasti menekan berita agar tidak tersebar. Bagaimana pun, kematian tanpa jasad begitu mengerikan sehingga jika berita itu di ketahui oleh publik, rakyat pasti akan panik.   “Lalu aku adalah target terakhir mereka.” Azure bergumam. Pasalnya jika organisasi itu hanya mengejar petinggi kerajaan maka di kerajaan Timur ada sangat banyak orang yang bisa menjadi target mereka selanjutnya namun Azure adalah satu-satunya yang mereka serang. Dan Azure bisa melihat dari frekuensi serangan mereka, setiap tahun serangan yang Azure dapatkan jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya seolah mereka sedang di kejar waktu. “Sebenarnya apa yang mereka rencanakan?”   Ruangan itu hening lagi untuk sementara waktu hingga Ruby membuka suara. “Persembahan.”   Tiga pasang mata menoleh ke arah Ruby. “Persembahan?”   Ruby tidak mengangguk mau pun menggeleng. “Aku hanya menebak, beberapa ilmu sihir yang aku tahu membutuhkan persembahan tertentu untuk melakukan sesuatu, namun aku tidak bisa menebak dengan pasti untuk apa persembahan itu. Tapi yang pasti, mengorbankan darah orang-orang penting ini pasti memiliki tujuan yang besar.”   Azure mengerutkan kening mendengar itu, dia mengetuk-ngetuk meja dengan kukunya sembari berpikir. Lalu ketika sesuatu melintas di pikirannya, dia berdiri dengan cepat dan berjalan menuju rak buku.   Di bawah tatapan tanya dua pengawalnya, Azure kembali dengan membawa sebuah peta kecil yang terlihat usang ke atas meja.   “Beberapa hari yang lalu, aku berhasil menemukan peta ini di ruang harta karun kerajaan, karena aku merasa ini agak aneh untuk berada di sana, jadi aku membawanya keluar.” Azure membentangkan peta itu di atas meja.   Di atas kertas usang itu terdapat peta yang aneh namun juga femiliar.   “Ini...Peta empat kerajaan? Tunggu, tapi ini terlihat berbeda.” Boo mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih jelas, namun karena kertas itu sangat usang hingga berwarna kecoklatan, beberapa nama daerah bahkan kesulitan untuk di baca.   Demien menatap peta itu dari berbagai sudut. “Ini sangat mirip dengan Peta empat kerajaan, hanya saja jauh lebih banyak kota dan tidak adanya batasan antara empat kerajaan juga beberapa tempat tidak seharusnya ada.”   Ruby yang tidak bisa membuka matanya untuk melihat sangat penasaran, namun dia hanya bisa menahan diri dan meminta Azure memperlihatkan padanya nanti.   Azure mengeluarkan peta lain yang jauh lebih bersih dari laci mejanya dan membentangkannya di sebelah peta usang itu.   Boo dan Demien menatap dua peta itu bergantian dan tercengang. “Sangat mirip.”   “Ini peta yang sama.” Azure mengetuk peta baru yang merupakan petah dari empat kerajaan yang sekarang lalu kembali mengarahkan telunjuknya ke atas peta usang “Tetapi peta ini adalah peta yang ada sebelum empat kerajaan terbentuk.”   “Peta kuno?” Boo menebak.   “Ya. Aku menebaknya seperti itu.” Azure menjawab. “Jika seperti itu, maka peta ini ada ketika para penyihir masih menguasai tanah ini.” Karena tepat setelah penyihir menghilang, saat itu pula empat kerajaan terbentuk.   Boo dan Demien membelalak.   Peta kuno kerajaan ratusan tahun yang lalu?   Mereka kembali menunduk untuk mengamati peta itu, meski mereka bukanlah orang gila sejarah seperti Baginda Ratu dan pecinta arkeologi seperti Pangeran ke empat. Mereka tetap saja akan merasa antusias ketika menemukan benda antik yang tidak bisa di temui sembarang orang.   Peta usang itu jelas terlihat familiar setelah melihat peta yang baru, dengan perbandingan itu, mereka bisa dengan cepat menemukan perbedaannya.   Seperti pada peta tua itu hanya terdapat satu warna yang menandai seluruh wilayah, yang artinya belum ada pembagian wilayah di tanah mereka. Sedangkan peta baru memiliki empat warna yang mewakili empat bendera kerajaan. Biru untuk Kerajaan Timur, Merah untuk Kerajaan Selatan, Putih untuk Kerajaan Barat dan Hitam untuk Kerajaan Utara.   Dan sesuai dengan nama kerajaan mereka, pada masing-masing bendera yang berkibar di empat kerajaan terdapat satu binatang suci penjaga mata angin sebagai lambang kerajaan mereka. Naga Biru di utara, Burung Vermilion di selatan, Macan putih di barat dan kura-kura hitam di utara.   Menurut sejarah, Putri cahaya membagi para penjaganya untuk melindungi empat kerajaan hingga kini dan menjadi raja pertama yang menduduki empat kerajaan wilayah mereka masing-masing.   Azure hendak membuka suara lagi ketika Ruby yang sejak tadi duduk diam mendengarkan tiba-tiba bangkit dan mulai meraba peta usang itu.   “Ruby? Ada apa?”   Ruby mengerutkan kening, lalu memegangi kepalanya. “Aku tidak tahu, aku merasa sesuatu yang sangat familiar di peta ini.” ungkapnya dengan suara pelan.   “Hah?” Boo kebingungan, lalu ketika mengingat bahwa Ruby bisa merasakan sihir, dia cepat-cepat menjauhkan tangannya dari peta kuno itu. “Apa...apakah peta ini memiliki kutukan?” tanyanya dengan wajah horror   Bukan tidak mungkin, bagaimana pun peta itu di buat saat para penyihir masih berkuasa dan bahkan ada kemungkinan yang membuat peta itu adalah seorang penyihir.   Ruby menggelengkan kepala lalu kembali meraba peta itu lalu tiba-tiba menghentikan gerakan tangannya pada pertengahan peta.   Ketika Azure menunduk untuk melihat apa yang ada di bawah jari telunjuk Ruby, dia membelalak dengan sangat lebar. Bukan hanya dirinya, dua pengawalnya yang juga mengikuti arah tatapannya mematung dengan raut wajah yang kurang lebih sama.   Bahkan Boo membuka mulutnya dengan lebar, selebar kepalan tangannya sendiri. “Bulan sabit.”    Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN