Yang Mulia Putra Mahkota Kritis

1330 Kata
Ruby menatap dalam diam bagaimana tubuh pria itu perlahan berubah menjadi debu, di mulai dari tanda kutukannya lalu kemudian menjalar ke seluruh tubuhnya hingga tak tersisa.   Ini adalah kali pertama Ruby melihat akibat dari kutukan lain selain kutukan di matanya dan juga berarti bahwa dia bukanlah satu-satunya penyihir di dunia ini. Ada penyihir lain yang secara terang-terangan menempatkan kutukan di tubuh orang lain dan mengendalikan mereka untuk membunuh Azure.   Tapi kenapa Azure?   Melihat dari bagaimana tanda kutukan itu hanya akan aktif jika para pembawa kutukan itu tertangkap, penyihir yang menempatkan kutukan itu seharusnya memiliki kontrol penuh akan kutukan yang dia lepaskan, tidak seperti kutukan di matanya yang hanya menyerang secara membabi buta.   Ruby menghela nafas dan menghapus sisa darah segar yang mengalir dari pipinya, rasa sakit di matanya masih terasa berdenyut dan perlahan menjalar ke kepala, jadi Ruby memutuskan untuk kembali ke istana terlebih dahulu, mengobati luka Azure dan berdiskusi lebih lanjut setelah pria itu bangun.   Penyerangan malam itu menimbulkan kegemparan di dalam istana, kabar bahwa Baginda Raja dan Yang Mulia Putra Mahkota terluka akibat serangan para pembunuh yang menyusup ke dalam istana dengan cepat tersebar dan membuat penjagaan istana di malam itu semakin ketat, bahkan seekor kucing liar yang melompat pun akan segera di cari tahu keberadaannya.   Keberhasilan lima puluh pembunuh masuk ke lingkungan istana dan melukai Raja dan Putra Mahkota tanpa di ketahui sudah sangat jelas memperlihatkan betapa lemahnya sistem keamanan mereka.   Ketika Ruby kembali ke tempat semula, hanya tersisa Boo yang menunggunya di tempat itu, menendang nendang batu dengan cemas dan terus menerus melihat ke arah di mana Ruby menghilang dan ketika dia akhirnya melihat sosok yang dia tunggu sejak tadi itu perlahan mendekat, Boo segera menghampiri Ruby dengan raut cemas. “Nona Ruby, kau dari mana...” Namun kata-katanya terhenti begitu melihat kondisi tubuh gadis itu.   Ketika Ruby datang untuk membantu, Boo terlalu sibuk untuk bertarung dan kondisi hutan yang gelap membuatnya kesulitan melihat kondisi gadis itu. Dan sekarang, dengan bantuan obor yang dia bawa, Boo hanya bisa tercekat ketika melihat penampilan gadis itu.   Ketika Ruby di bawa ke istana dingin, dia sedang mengenakan gaun biru muda yang lembut dengan rambut terurai rapi, namun kini gaun itu telah berubah warna menjadi merah kecoklatan dengan beberapa sisinya yang telah di lubangi api.   Rambut Ruby tidak lebuh baik, rambut blondenya yang indah menghitam di beberapa tempat sedangkan lengan dan pipi Ruby memiliki jejak luka bakar yang memerah dan berkerut. Darah yang mengalir dari bawah penutup matanya membuat penampilan Ruby terlihat semakin mengerikan.   Boo menutup mulut dan merasakan tenggorokannya sakit, Ruby membunuh asassin jauh lebih banyak dari mereka dan bahkan harus menyelamatkan diri dari api yang mengelilinginya terlebih dahulu. Gadis itu telah terkurung di istana dingin selama dua hari tanpa makan dan minum, hanya karena sedikit menentang keinginan Raja dan Ratu. Namun ketika mereka semua dalam bahaya, Ruby masih datang menyelamatkan mereka semua dengan luka bakar di mana-mana.   Jika Boo adalah gadis berhati lembut, dia pasti telah berlari memeluk Ruby dan menangis, jika gadis itu tidak ingin menangis dan menunjukkan kelemahan, maka dia ingin menggantikannya. Namun Boo sadar dia masih lah seorang pria yang akan segera beranjak dewasa, jadi dia menarik cairan yang hampir meleleh di hidung dan matanya kemudian kembali menatap tubuh Ruby dengan lebih teliti.   “Aku baik-baik saja, luka bakar ini akan sembuh hanya dalam beberapa hari.” Ruby yang menyadari kecemasan remaja itu merasakan hatinya hangat, dia menepuk puncak kepala Boo dan mengajakknya untuk keluar dari hutan terlebih dahulu.   “Bagaimana keadaan Yang Mulia?” Ruby akhirnya menanyakan hal yang sejak tadi ingin dia ketahui.   Saat mendengar pertanyaan Ruby, Boo segera mengingat misinya untuk menunggu kedatangan Ruby. “Kondisi Yang Mulia tidak terlalu baik, akupuntur yang Nona tanam cukup baik untuk menahan pendarahannya, namun Yang Mulia telah kehilangan banyak darah sebelumnya dan tabib yang sedang merawatnya tidak bisa melakukan apa pun, mereka mengatakan jika yang mulia tidak bangun malam ini, kita harus bersiap untuk kondisi yang terburuk,” jawab Boo dengan suara yang sedikit bergetar.   Ruby mengangkat alis, seolah kabar tentang kondisi kritis Azure sama sekali bukan berita buruk. “Omong kosong, Yang Mulia akan baik-baik saja.”   Mata Boo melirik wajah tenang Ruby dan entah bagaimana hatinya yang sejak tadi cemas juga mulai tenang. Dia mengangguk dan berkata “Karena itulah Yang Mulia Ratu sangat marah dan hampir mengusir semua tabib itu dan menyuruhku untuk membawamu secepatnya kepada yang Mulia....tapi...   Boo menatap kondisi tubuh Ruby dengan tatapan rumit. “Kurasa kau juga membutuhkan perawatan.”   Ketika Boo melihat lebih dekat, dia juga menyadari bahwa luka di tubuh Ruby jauh lebih banyak dari kelihatannya. Di pinggangnya terdapat luka sayatan yang dalam, namun karena darah para asassin yang telah menodai baju Ruby, darah miliknya sendiri tidak lagi terlihat dengan jelas.   Selain itu, Boo juga menemukan bahwa Ruby berjalan sedikit pincang dan di punggungnya juga terdapat luka bakar yang besar sehingga sebagian dari gaunnya tidak lagi ada di sana.   “Ini hanya luka luar, tidak ada yang berbahaya.” Ruby menghapus sisa darah yang masih basah di matanya. “Aku hanya perlu merepotkanmu untuk menyediakan kain bersih untukku. Setidaknya, aku tidak bisa berdiri di depan Baginda Raja dan Ratu dengan kondisi seperti ini.”   “Matamu, bagaimana dengan matamu? Bagaimana bisa mengeluarkan darah seperti itu?” Boo menatap Ruby dengan cemas. “Kau... tidak benar-benar buta kan?”   “Ya, tenang saja, aku masih bisa melihat.”   Boo menghela napas lega, jika Ruby mengatakan dia baik-baik saja, maka Boo hanya bisa percaya dan berlari untuk mempersiapkan pakaian untuk Ruby.   Ruby membersihkan noda darah di tubuhnya, menghentikan pendarahan pada luka-lukanya kemudian membebatnya secara asal. Karena tahu kondisi tubuh Ruby yang memiliki beberapa luka bakar, Boo sengaja menyediakan pakaian yang sedikit longgar agar baju tersebut tidak menggesek luka Ruby dan menyakiti gadis itu.   Setelah selesai berganti pakaian, Ruby dan Boo menuju kamar Azure.   Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Demien yang berjalan dengan tergesa, penampilan pria itu tak kalah berantakan dari Boo meski pun luka di tubuhnya jauh lebih sedikit. Raut wajah cemasnya membuat Boo yang melihatnya menjadi panik.   “Ada apa? Bagaimana dengan Yang Mulia?”   Demien tidak menjawab pertanyaan Boo dan menatap ke arah Ruby. “Cepatlah, Yang Mulia membutuhkan pertolonganmu sege...ada apa dengan matamu?” Saat berganti pakaian, Ruby telah membersihkan wajahnya dari noda darah yang tersisa dari matanya, namun entah sejak kapan, darah kental kembali mengalir di pipi gadis itu.   Boo yang baru menyadarinya lagi membelalak. “Nona...   Ruby memijat pelipisnya yang kembali berdenyut. “Bukan masakah besar.” Dia mengeluarkan kain bersih dan menghapus noda darah dari pipinya dan berjalan dengan cepat melewati bahu Demien ke arah kamar Azure.   Di belakang, Demien menatap Boo untuk meminta penjelasan namun hanya mendapatkan gelengan kepala dari remaja itu sebagai jawabannya. “Aku juga tidak tahu apa yang terjadi, pendarahan di matanya sempat terhenti, tapi aku tidak tau bagaimana bisa mengalir lagi, tapi dia mengatakan bahwa dia baik-baik saja.”   ‘Mata yang mengalirkan darah sebanyak itu, bagaimana bisa baik-baik saja’   Batin Demien berkata selagi dia menyusul langkah cepat Ruby, matanya menatap punggung gadis itu yang bergerak selagi dia berjalan, sedangkan rambut blonde panjangnya yang mencapai lantai tersanggul di belakang kepala dengan rapi, beberapa dengan sengaja menutupi tengkuk gadis itu, namun Demien masih bisa melihat luka bakar di sana.   Untuk kali ini, Demien merasa bahwa penilaiannya selama ini mungkin saja salah. Ruby memang terlihat dingin dan berbahaya dengan sikap dan kekuatannya, namun gadis itu tidak pernah memulai pertarungan mau pun permusuhan lebih dulu. Dan malam ini, Ruby juga memperlihatkan bahwa dia sama sekali tidak menyimpan dendam, dia telah di kurung secara tidak adil namun masih berjuang dengan sangat keras dan menyelamatkan mereka.   Ruby mungkin melakukan semuanya hanya untuk Azure. Namun harus Demien akui bahwa tanpa bantuan Ruby, malam ini kerajaan timur mungkin akan kehilangan pemimpin juga calon pemimpin mereka sekaligus dan sekarang, keselamatan Azure sepenuhnya ada di tangan gadis itu.   Jika Ruby berhasil menyelamatkan Azure, Demien berpikir bahwa dia tidak akan keberatan lagi untuk menghormatinya seperti dia menghormati Azure.   Tentu dia tidak akan menunjukkannya secara terang-terangan. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN