Kastil Putra Mahkota hanya terdiri dari tiga lantai dan sebuah menara tinggi, namun sangat luas.
Lantai pertama di khususkan untuk ruang tamu, ballroom dan beberapa ruangan umum yang di sediakan untuk menjamu para tamu, lantai dua adalah ruangan untuk Azure dan para selirnya dan juga ruang makan serta dapur. Sedangkan lantai tiga adalah perpustakaan dan beberapa tempat pribadi yang hanya bisa di akses oleh Azure.
Bisa di lihat karena Ruby langsung di tempatkan di lantai dua, dia tidak lagi di kategorikan sebagai tamu oleh Azure, terlebih dengan kamarnya yang bahkan di tempatkan di sayap kanan, yang bahkan para selir pun memerlukan ijin terlebih dulu untuk mengunjunginya.
Pagi itu, langkah Azure untuk kemeja makan lebih ringan dari biasanya. Mengabaikan tatapan tidak setuju dari Demien, dia menarik Ruby untuk berjalan di sisinya dan bercakap dengan santai, memperlakukan Ruby layaknya teman alih-alih seorang bawahan.
Setiap pelayan yang melihat itu langsung merubah cara para pandang mereka kepada Ruby dan dengan begitu, tujuan Azure telah terpenuhi, dia memang dengan sengaja memperlihatkan kedekatannya dengan Ruby untuk memberitahu semua penghuni kastil bahwa dia sangat menghargai gadis itu.
Tak terasa, mereka akhirnya tiba di pintu ruang makan. Di sana, seorang pelayan sedang menunggu kedatangan mereka yang langsung menunduk ketika melihat Azure.
Azure mengenali pelayan itu sebagai pelayan yang selalu berada di sisi Zera sedangkan tiga pelayan lain di belakanyanya adalah pelayan pribadi selirnya yang lain.
Azure langsung melirik ke arah Ruby dan mulai merasa tidak nyaman di hatinya. “Ada apa?” tanyanya.
Pelayan peribadi Zera bernama Yuyu, berumur lebih dari 30 tahun dan berambut coklat karamel yang di sanggul di belakang kepala dengan rapi sesuai standar pelayan kerajaan. Dia membungkuk dalam dan mengutarakan maksud kedatangannya. “Yang Mulia, Nona Diyi Zera meminta izin untuk sarapan bersamamu.”
Salah satu peraturan Harem di setiap kerajaan adalah para selir tidak bisa begitu saja menemani suami mereka untuk makan tanpa persetujuan suami mereka atau istri utama.
Karena Azure masih belum memiliki istri utama, maka semua keputusan ada ditangannya. Tapi karena Azure memang tidak begitu memanjakan para selirnya, biasanya dia hanya makan ditemani Boo dan Demien dan hanya mengisinkan para selir menemaninya makan jika ada yang ingin dia sampaikan.
Azure biasanya tidak akan terlalu mempermasalahkan jika para selirnya ingin menemaninya makan. Namun kali ini entah mengapa hatinya sangat gelisah dan terus menerus melirik ke arah Ruby untuk mencari reaksi seperti apa yang ada di wajah gadis itu.
Melihat pangeran mereka tidak menjawab dan berpikir untuk beberapa saat, Yuyu mulai merasa gelisah dan takut untuk di tolak. Setelah saling melirik dengan tiga pelayan lainnya, dia kembali membungkuk dalam dan berkata. “Nona Diyi Zera dan selir lainnya ingin menyambut tabib baru yang anda bawa yang Mulia, mereka sangat senang karena mendengar bahwa tubuh anda menjadi sangat sehat karena Nona Ruby dan ingn berterima kasih padanya.”
Mendengar alasan seperti itu, Azure tidak memiliki alasan apa pun untuk menolak dan hanya bisa menganggukkan kepala dengan berat hati.
Yuyu dan tiga pelayan selir lainnya pergi dengan wajah yang riang gembira.
“Selir?Apa itu?” Ruby tiba-tiba bertanya ke arah Boo.
Boo membuka mulut untuk menjawab namun Demien menjawab lebih cepat. “Mereka adalah istri Yang mulia.”
“Istri?” Ruby memiringkan kepala bingung.
“Itu artinya mereka adalah para wanita yang telah menikah dengan yang mulia.” Boo akhirnya menjawab dengan kata-kata yang lebih mudah Ruby mengerti.
Ruby terdiam untuk sesaat, entah terkejut atau sedang menyerap informasi baru yang dia ketahui, lalu menoleh ke arah Azure seolah bertanya, Jadi kau sudah menikah?
Azure berdehem dan mengalihkan perhatiannya. “Ayo masuk dan makan, aku sangat lapar.” Azure masuk lebih dulu dengan langkah lebar.
Ruby menyusul paling akhir dan langsung berdiri di belakang Azure bersama Demien dan Boo.
Azure mengerutkan bibir tidak senang dan berbalik. “Kenapa kau berdiri di sana. Ayo duduk.”
Ruby bergeming. “Yang Mulia, Aku membaca buku tata krama untuk para tabib, dan aku harusnya berdiri di sini jika anda sedang makan.”
“Kau memang tabib, tapi aku tidak ingin kau bersikap terlalu hormat seperti tabib pada umumnya, kau juga tamu dan temanku, Ayo duduk,” perintahnya dengan suara yang sedikit ditekan, terlihat sangat tidak ingin ditolak.
Ruby akhirnya bergerak, berniat duduk di meja yang sedikit lebih jauh dari Azure, namun begitu dia melewati kursi di sisi kanan Azure, Pria itu menarik tangannya. “Duduk di sini.” Azure berdiri dan menekan bahu Ruby untuk duduk di sisinya.
Demien hanya bisa menghela nafas sedangkan Boo tersenyum tipis tanpa di sadari siapa pun.
Tak lama kemudian, suara sambutan dari pintu terdengar, bersamaan dengan pintu yang terbuka dan empat wanita masuk dengan senyum lebar, Namun begitu mereka mendongak dan melihat di mana Ruby duduk, wajah ketiga wanita itu tidak bisa menyembunyikan raut keterkejutan mereka.
“Kenapa berdiri diam di sana?” Azure bukannya tidak sadar dengan reaksi mereka, dia hanya telah memprediksikan reaksi itu. Selama ini, meski pun Azure tidak banyak ikut campur pada setiap urusan haremanya, bukan berarti Azure tidak tahu bagaimana ambisiusnya para selirnya ini.
Jika bukan karena tekanan dari berbagai pihak, Azure benar-benar tidak ingin memiliki harem. Karena dia tahu lebih dari siapapun bagaimana persaingan antara wanita di dalam harem jauh lebih kelam dari senyuman manis wanita-wanita cantik ini.
“Selamat pagi yang mulia.” Zera mengembalikan senyumnya yang sempat membeku dan membungkuk dengan gemulai, Lalu akhirnya merebut tempat duduk Bella di sisi kiri Azure. Sedangkan Bella hanya bisa menahan amarah di dalam perutnya dan juga menghadirkan senyum manisnya.
Begitu duduk, Zera menatap langsung ke arah Ruby dengan senyumannya yang masih bertahan. “Nona Ruby, selamat datang di kastil Pangeran mahkota. Aku Zera, Selir pertama Yang Mulia Azure.” Dia memperkenalkan diri dan menekankan kata Selir pertama Azure, seolah tidak ingin Ruby tidak mengerti bahwa dialah wanita pertama untuk Azure.
Ruby yang tentu saja bisa merasakan penolakan di baik senyum manis gadis dihadapannya, terlalu malas hanya untuk melemparkan senyum palsu dan hanya mengangguk pelan.
Zera langsung kehilangan senyumnya, melirik Azure sekilas. Begitu melihat pria itu tidak memiliki niatan untuk menegur perlakuan tidak sopan Ruby, Zera hanya bisa menggigit bibir kesal namun tidak bisa melakukan apa pun.
“Dia adalah Ruby, tabib yang akan mengurus segala sesuatu tentang makanan dan obat yang aku konsumsi mulai sekarang. Aku harap kalian bisa memperlakukanya dengan baik.”
Ketiga selir lainnya telah melihat bagaimana Azure mengabaikan keluhan Zera dan malah meminta mereka memperlakukan gadis tabib itu dengan baik, segera sadar bahwa posisi Ruby kemungkinan jauh lebih penting di hati Azure dari yang mereka kira.
“Baik yang mulia.”Bella merespon lebih dulu dan tersenyum manis ke arah Ruby, berusaha sangat keras agar suaranya menjadi selembut mungkin ketika melemparkan niat baik kepada Ruby. “Selamat datang Ruby, aku bella. Kau bisa datang untuk bertanya apa pun kepadaku jika kau memiliki kesulitan.”
Ruby lagi-lagi mengangguk tanpa senyum di bibirnya.
Chloe dan Layla memperkenalkan diri juga dan mendapatkan perlakuan yang tidak jauh berbeda.
Suasana menjadi hening ketika makanan akhirnya datang. lima pelayan mendorong troli dan meletakkan hidangan di meja makan satu persatu. Asap mengepul di atas makanan yang terhidang dan menguarkan bau yang sangat menggugah selera.
Ruby memejamkan mata dan menghirup semua bau itu, meneliti setiap bau yang menurutnya kurang familiar dan menghela nafas lega ketika tidak mencium bau berbahaya apa pun. “Semua makanannya aman dari racun apa pun Yang Mulia, tapi ada beberapa yang tidak boleh dimakan untuk kondisimu saat ini.”
Azure mengangguk patuh dan membiarkan Ruby menukar beberapa hidangan di hadapannya dengan beberapa sayuran hijau dan hanya menempatkan satu daging panggang di antaranya.
“Aku harap Yang Mulia bisa bertahan sedikit dan mengkonsumsi lebih banyak sayuran, aku janji setelah mendapatkan ramuan yang cocok, Yang Mulia bisa makan apa pun sesuka hati.”
Azure menatap Ruby dengan senyuman lembut dan mengangguk. “Aku akan mendengarkanmu.”
Demien dan Boo menggelengkan kepala tak tahan di saat para selir berusaha untuk menguasai diri mereka agar tidak meledak saat itu juga.
Azure benar-benar tidak menyembunyikan perlakuan spesialnya terhadap Ruby dan bahkan terlihat sangat menikmati setiap larangan yang Ruby keluarkan dari mulutnya.
Bersambung...