Azure tertegun dan tanpa berpikir panjang menahan tangan Ruby. “Ibunda...
Merasakan tangan yang di tariknya tak bergerak, mau tak mau Ratu Sophia harus menghentikan langkahnya dan berbalik menatap putranya. “Ada apa? Aku tidak boleh membawanya ke istana?”
“Untuk apa ibunda membawanya ke istana?” Azure mengeratkan genggamannya dan tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menyerah.
Ruby yang terjebak di antara ibu dan anak itu sangat kebingungan, namun hanya bisa berdiam diri dengan kedua tangan yang di genggam dua orang yang berbeda.
Ratu Sophia berkata, “Aku perlu mengajarinya banyak hal.”
“Mengajarinya apa?” Azure mengangkat alis. “Ibunda sendiri tahu bahwa saat ini yang memeriksa semua makanan dan obatku adalah Ruby, jika ibunda membawanya ke istana, lalu bagaimana denganku?”
Sang Ratu mengendikkan bahu seolah tak peduli lalu berkata, “Kau juga bisa ke istana jika kau mau.” Dia kemudian maju dan melepaskan tangan Ruby dari genggaman Azure, lalu tanpa menunggu Azure mengeluarkan kalimat keberatan lainnya, Ratu Sophia menjejalkan Ruby ke dalam keretanya.
“Ibunda...
“Tenang saja, penelitian Ruby akan tetap berlanjut meski dia tinggal di tempat yang berbeda darimu, aku akan mengirim pengawal istana untuk membawa peralatan yang dia perlukan.” Setelah mengatakan sekiranya semua yang ingin dia katakan, Ratu Sophia menutup tirai kereta kudanya dan memerintahkan kusir untuk mulai berangkat.
Azure mengambil beberapa langkah ketika kereta benar-benar meninggalkan halaman kastilnya, menatap lama hingga kereta itu menghilang dari pandangan semua orang sebelum berbalik dan naik ke kamarnya, menyisakan para pelayan yang saling memandang dengan bingung.
***
“Kau keberatan ikut denganku?”
Ruby yang sejak tadi hanya diam, menoleh karena pertanyaan tiba-tiba Ratu Sophia. “Aku tidak berani, Yang Mulia,” jawabnya.
Ratu Sophia mengamati Ruby lalu menghela nafas pelan di dalam hatinya. Seperti dugaannya, Ruby tidak mengerti banyak hal tentang tata krama yang ada di Kerajaan Timur, meski dia telah berusaha bersikap lebis sopan, beberapa gerakannya ketika berbicara masih sedikit kasar untuk telinga orang-orang Kerajaan Timur.
Sejak awal Ratu Sophia bertemu dengannya, Ratu Sophia tidak banyak memperhatikan gerak-gerik gadis itu dan hanya terfokus penuh dengan matanya. Namun, setelah dia pamit dengan Azure, Ratu Sophia mulai menyadari kejanggalan di beberapa gerakan Ruby.
Di saat para pelayan membungkuk hormat padanya dan Azure, Ruby juga membungkuk dengan sangat kaku dan tidak benar.
Jika kejadian ini nantinya terjadi di depan umum, Ratu Sophia takut para pendukung pangeran lainnya akan menyebarkan rumor bahwa Azure memilki seorang tabib yang kurang tata krama.
Karena itulah, Ratu Sophia memutuskan untuk membawa Ruby ke istana untuk mengajarinya banyak hal.
“Kau tidak ingin tahu mengapa aku ingin membawamu ke istana?” Ratu Sophia menopang dagu dan mengamati setiap inci wajah cantik gadis di hadapannya. Sebagai seseorang dengan gender yang sama dengan Ruby, harus dia akui bahwa paras gadis ini akan banyak mengundang tatapan kagum dari pria dan tatapan iri dari para wanita.
Bahkan, Ratu Sophia telah melihat tatapan itu dari para selir Azure tadi.
Ruby menjawab dengan pelan. “Yang Mulia merasa bahwa perilakuku tidak sesuai dengan ketentuan kerajaan dan tak mau aku membuat masalah untuk Pangeran Azure.” Dia menjawab semua dengan akurat.
Ratu Sophia sempat tercengang. Namun sebelum dia bertanya bagaimana Ruby tahu, Ruby telah menjawab terlebih dahulu. “Aku bisa merasakan bahwa anda sedikit merasa tidak puas ketika aku melakukan penghormatan dan—sepertinya saat ini perilakuku juga salah.”
“Kau benar.” Ratu Sophia yang ceria berubah menjadi lebih serius. “Saat kau menebak sesuatu, jangan menjawab jika seseorang tidak bertanya, dan membuat dirimu menjadi lebih superior dan seolah bisa membaca pikiran orang lain. Sikap seperti itu sangat mudah memancing musuh di dalam kerajaan.” Ratu Sophia duduk dengan anggun dan bersedekap. “Para bangsawan dan kalangan atas di istana memiliki ambisi dan rahasia mereka masing-masing, dan mereka tentu saja tidak akan suka dengan seseorang yang bisa menebak isi hati seseorang, lebih tepatnya mereka takut. Dan jika mereka merasa takut dan terancam, mereka akan berbuat sesuatu yang bisa sangat merepotkan. Jadi, bahkan jika kau tahu sesuatu, berpura-pura saja bahwa kau tidak tahu, setidaknya di hadapan orang yang bersangkutan.”
Ruby terdiam, menyerap semua kata-kata Ratu Sophia dan menguncinya di dalam ingatan. “Aku mengerti Yang Mulia,” angguknya.
“Kau sekarang adalah salah satu orang kepercayaan Putra Mahkota, meski pun saat ini keberadaanmu masih tidak diketahui banyak orang, namun cepat atau lambat Azure pasti akan memperkenalkan keberadaanmu. Jadi aku ingin saat itu tiba, kau bisa menjaga Azure dan bukannya membuat masalah untuknya.” Ratu Sophia menatap ke arah Ruby. “Bisakah aku mempercayaimu?”
Ruby tidak langsung menjawab dan hanya menoleh ke arah Ratu Sophia dalam diam. Bukan karena dia tidak bisa menjawab, tetapi karena dia merasa bahwa Ratu Sophia belum selesai berbicara.
Dan seperti perkiraannya, Ratu sophia kembali berbicara dengan suara yang lebig ringan. “Kau belajar dengan cepat.” Namun sikap itu hanya bertahan sekilas, tak lama kemudian, aura Ratu itu kembali menekan dengan lebih kuat. “Menjadi salah satu orang kepercayaan Putra Mahkota bukanlah hal yang mudah, kau sudah jelas akan menemui banyak kesulitan dan permasalahan. Jadi aku akan memberimu pilihan sekarang, selagi Azure tidak ada di ini.”
Kereta berhenti di jalan bercabang ketiak Ratu Azure memerintahkan kereta untuk berhenti. “Jalan yang ke kanan adalah jalur untuk keluar dari lingkungan istana, sedang yang kiri menuju ke istana. Sekarang saatnya kau membuat pilihan. Jika kau memilih tinggal dan menghadapi semua kesulitan untuk Azure, aku akan membawamu ke istana dan mengajarimu banyak hal untuk menjadi seorang gadis di istana ini. Namun resikonya adalah, mulai sekarang kau akan kehilangan setengah kebebasanmu, kau akan tetap di sisi Azure di mana pun dia berada dan membantunya melalui kesulitan apa pun tapi jika kau menolak...
Ratu Sophia menatap dengan dingin, sembari menyingkap tirai kereta, melihat ke jalan setapak yang mengarah keluar dari gerbang istana.
“Jika kau menolak, aku akan menghargai keputusamu dan mengantarmu secara pribadi keluar dari istana Kerajaan timur dan jangan pernah kembali ke tempat ini lagi. Aku tentu saja tidak akan membiarkanmu pergi dengan tangan kosong.” Ratu Sophia menarik dua peti dari bawa kursi yang mereka duduki. “Aku akan memberimu perhiasan yang cukup untuk kau gunakan seumur hidup sebagai bayaran karena telah menyelamatkan Azure.”
Ruby diam, menunduk dan menyentuh perhiasan yang di tempatkan di hadapannya. “Azure berkata, bahwa ada kemungkinan bahwa aku adalah satu satunya yang bisa menyembuhkan penyakitnya.”
Ratu Sophia sama sekali tidak tergerak. “Aku akan berbohong jika berkata tidak peduli, Namun aku tidak ingin menyimpan seseorang yang bisa menyebabkan banyak masalah untuk Azure di sisinya dan aku bisa mencari orang sepertimu di seluruh dunia untuk putraku.”
“Aku bukan hanya sekedar tabib untuk Azure, yang bisa memberinya obat dan kesembuhan, namun aku juga adalah pisau tajam yang bisa dia gunakan untuk menebas musuhnya.” Ruby mendongak. “Aku tidak akan mengatakan diriku unik dan hebat sehingga kau akan kesulitan untuk menemukan penggantiku, namun aku akan mengatakan bahwa gadis bernama Ruby yang akan mengikuti Azure tanpa mempertanyakan apa pun hanya aku.”
Ratu Sophia sedikit tertegun. “Kau tahu apa tujuannya membawamu pulang?”
Ruby mengangguk. “Azure tahu dia tidak bisa berbohong padaku, karena itulah dia tidak pernah menyembunyikan niat padaku. Yang dia inginkan ketika membawaku pulang adalah kesembuhan dan kekuasaan.”
“Dan kau masih ikut meski tahu dia hanya akan menjadikanmu alat untuk mencapai keinginannya?”
Ruby tersenyum tipis. “Pangeran Azure membutuhkanku dan aku mengikutinya karena kebutuhan itu. Aku membutuhkan seseorang yang membutuhkanku untuk tetap bertahan dan menjadi manusia seutuhnya.”
Ratu Sophia tidak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti itu dan tidak bisa menahan tawa harunya. “Jadi bisakah aku beranggapan bahwa kau bersedia untuk tetap di sisi Azure.”
Ruby tidak mengangguk mau pun menggeleng, dia hanya menutup peti yang ada di hadapannya. “Selama dia masih membutuhkanku, aku akan ada di sisinya Yang Mulia.”
Saat itu, Ratu Sophia melihat seekor kupu-kupu biru terbang masuk ke dalam kereta melewati tirai yang tersingkap setengah, melewati pundaknya lalu terbang rendah dan hinggap di bahu Ruby.
Saat melihat itu, mata Ratu Sophia membeliak untuk sejenak, sebelum kembali tenang dengan cepat. Bahkan Ruby tidak bisa melihat perubahan emosi singkat itu.
Bersambung...