BAB 4: MENCURI CIUMAN

1705 Kata
Sissy mengerutkan alisnya seraya berpikir dengan keras. Apakah dia harus mencoba mengintip celana Garry untuk melihat ujung deretan bulu ini? Dengan tangan gemetar, dia mencoba menarik sedikit celana Garry ke atas, tapi terus langsung dia lepas lagi. Aduh kalau kelihatan itunya kan dia malu. Pada akhirnya dia membiarkan si bulu yang tertutup oleh celana itu. Dia takut jika dia memaksa membersihkan bulu disana dan tangannya terpeleset karena gemetar, nanti malah melukai burung disana. Kalau sampai si burung kenapa napa, dia bisa terancam tidak punya keturunan. Sekarang dia kembali fokus dengan tujuannya semula. Tangannya sekarang sudah tidak gemetar. Dia meletakkan kain di sisi kiri dan kanan wajah Garry agar bulu yang dicukur nanti tidak mengotori ranjang dan tubuh Garry. Perlahan dia memakaikan krim cukur ke wajah Garry dan mulai mencukur wajah pria itu. Setelah berkutat selama tiga puluh menit, akhirnya dia selesai. Wajah calon suaminya sekarang sudah bersih dari kumis dan janggut. Dia tidak mempermasalahkan adanya sedikit bekas sayatan dan luka di beberapa tempat. Namanya juga baru pertama kali, lagian lukanya juga hanya keluar sedikit darah. Nanti minggu depan pasti aku sudah mahir. Untuk latihan mungkin per tiga hari saja kali ya dia mencukurnya. “Lihat. Kau sekarang sudah lebih tampan” kata Sissy sambil mencium kening Garry dan tersenyum sayang. “Ayo cepat bangun. Sekarang kualifikasiku sebagai istri sudah bertambah. Aku sudah bisa mengurus orang sakit dan mencukur janggut. Jika di kemudian hari kau sakit atau terluka lagi, aku pasti bisa mengurusmu dengan baik” **** Hari-hari kembali berlalu masih tanpa ada perubahan yang berarti. Sekarang Sissy sedang menatap serius pada wajah Garry, seakan ada puzzle sulit yang harus dia selesaikan disana. Dalam pikirannya hanya ada satu pertanyaan, pipi kiri atau kanan dulu yang akan dia cium minggu ini? Sudah satu minggu berlalu sejak pertama kali dia mencium kening Garry. Dan sesuai dengan ancamannya pada pria itu, sekarang dia akan menambah lokasi ciumannya! Namun sekarang dia dilanda kebingungan, dia bimbang pipi yang mana yang akan diciumnya dulu untuk minggu ini? “Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Alfi yang penasaran karena melihat wajah serius Sissy. Dia masuk tanpa ijin setelah lebih dari lima kali mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Dia pikir Sissy sedang tidak berada disana. “Aku sedang menimbang, pipi sebelah mana yang harus kucium dulu?” jawab Sissy tanpa sadar dan tawa Alfi menyadarkannya akan kebodohannya yang menjawab pertanyaan pria itu tanpa berpikir. Alfi semakin terbahak saat melihat wajah Sissy yang sekarang semerah tomat karena menyadari perkataannya sendiri. “Kau boleh menciumnya di semua tempat yang kau mau!” kata Alfi sambil terus tertawa. Baginya Sissy benar-benar wanita yang polos dan lucu. Pekerjaannya sekarang jadi tidak membosankan karena ada gadis itu. Gadis itu selalu bisa mengatakan sesuatu atau memberikan jawaban yang tidak terpikirkan orang pada umumnya! “Sudah kubilang, kau boleh memperlakukan tubuhnya semaumu. Kusarankan kau mencium yang itu” tunjuk Alfi pada sesuatu yang berada di bawah perut Garry. “Ih, Pak Alfi m***m!” omel Sissy sambil memukul lengan pria itu. Dia sudah menundukkan wajahnya yang entah sudah semerah apa sekarang karena perkataan v****r perawat di sebelahnya ini, apalagi saat dia mendengar tawa Alfi yang semakin kencang. “Ya ampun, Garry! Kebaikan apa yang telah kau buat hingga gadis ini mau berada disini untukmu!” kata Alfi pada pria yang masih tidak merespon apapun di ranjang itu. Sepertinya dia sangat sulit untuk berhenti tertawa. “Nona Sissy, katakan padaku jika kau sudah bosan pada Garry. Aku akan melakukan pendekatan padamu!” kata Alfi dengan senyum menggoda pada wanita sekarang langsung mengangkat wajahnya karena terkejut dengan perkataannya. “Apa maksud Pak Alfi?” tanya Sissy bingung. “Aku menyukaimu. Kau gadis yang lucu dan menarik!” jawab Alfi dan pria itu kembali tertawa karena melihat wajah Sissy kembali merona. Gadis itu sangat tidak cocok berada disini bersama dengan mereka, tapi kepolosan dan ketulusan gadis itu seakan membuat dia dan teman-temannya bahkan tidak tega untuk berpikiran buruk pada gadis itu. Gadis itu seperti malaikat diantara para iblis. Gadis itu sangat berbeda dengan comare mereka yang dingin. “Pak Alfi, jangan meledekku!” kata Sissy, wajahnya sekarang cemberut. Wajah merona sambil cemberut itu terlihat menggemaskan bagi Alfi. “Aku serius. Aku menyukaimu. Kau berbeda dari wanita lainnya.” jawab Alfi sambil menowel gemas pipi Sissy. “Kau dengar perkataanku Garry? Cepatlah bangun, atau, aku akan merebut gadis manis ini darimu!” ancam Alfi pada Garry. Sekarang dia sudah berada di sisi ranjang untuk membersihkan bagian perut ke bawah tubuh Garry dan mengganti celana pria itu. Sissy berpura-pura tidak mendengar perkataan Alfi dan membalik tubuhnya saat Alfi mulai membuka celana Garry. Perkataan Alfi membuat jantungnya berdebar. Apakah pria itu sungguh-sungguh menyukainya? Disini, dia bahkan jarang berdandan, karena pria yang mau dia suguhi dandanannya masih belum sadar. Dia terlalu sibuk melamun sendiri hingga tidak sadar kalau Alfi sudah selesai memakaikan celana baru untuk Garry. “Daripada kau bingung, lebih baik kau cium kedua pipinya, toh sama-sama pipi judulnya!” kata Alfi sebelum dia keluar dari kamar itu. Bahkan Sissy masih bisa mendengar tawa pria itu walau pintu sudah tertutup! Tapi bukan Sissy namanya kalau dia merasa tersindir. Perkataan Alfi malah membuatnya langsung kembali ke sisi ranjang dan memperhatikan wajah Garry. Perkataan Alfi seperti bujukan setan. Dia yang dari dasarnya sudah mupeng kebangetan pada Garry seperti diberi angin surga oleh Alfi. Betul juga kata Pak Alfi, daripada aku pusing mikirin pipi kiri atau pipi kanan dulu yang dicium minggu ini, lebih baik keduanya sekalian! Seperti kata pak Alfi, kan dua-duanya namanya pipi. Jadi minggu depan dia bisa mencium bibir Garry! Sissy menyeringai licik memikirkan satu minggu lagi dia bisa kembali berciuman dengan Garry. Dia benar-benar tidak merasa dirinya seperti predator orang yang tidak berdaya! Dia lalu mendekatkan bibirnya ke pipi sebelah kiri Garry yang memang berada tepat di depannya. Cup “Sekarang yang sebelah lagi!” seru Sissy senang. Dia kembali memonyongkan bibirnya untuk mengecup pipi sebelah kanan. “Hm.. koq agak sulit ya? Kalau seperti ini kenanya hanya sedikit!” keluh Sissy saat ingin mencium pipi sebelah kanan. Setelah berpikir sebentar, dia memutari ranjang Garry dan berdiri di sisi ranjang satunya. “Nah, kalau dari sini ciumnya bisa pol!” kata Sissy senang seakan mendapatkan pencerahan sebelum dia mencium Garry lagi. Pol yang dimaksud Sissy adalah kedua bibirnya sampai menekan pipi Garry. Menurutnya, mumpung bisa, maka harus yang maksimal ciumnya, jangan hanya tersentuh sedikit! Cup “Ingat Garry! Jika kau masih belum mau bangun, minggu depan aku akan mencium bibirmu, hehe …!” ancam Sissy dengan muka mupengnya. Jika ada orang yang melihat tingkahnya sekarang, pasti dia akan segera dibawa ke rumah sakit jiwa! Hari-hari selanjutnya berjalan seperti sebelum-sebelumnya. Setiap kali dia selesai mencium kening dan pipi Garry, Sissy selalu mengatakan kalau sebentar lagi dia akan bisa mencium bibir Garry, lalu tertawa licik. Jika memang roh itu bisa mendengar, sepertinya roh Garry sekarang sedang ketakutan tubuhnya diperkosa! Sekarang dia selalu memastikan wajah Garry mulus. Dia sudah terampil mencukur kumis dan janggut Garry. Dia bahkan membersihkan wajah Garry dengan sabun pembersih wajah miliknya. Menurutnya, itu agar kulit wajah Garry terjaga kelembabannya. Dia akan memastikan bahwa saat Garry sadar, pria itu bisa melihat pengorbanan dan ketulusannya merawat pria itu! **** Tanpa terasa satu minggu yang ditunggu Sissy telah tiba. Sekarang Sissy kembali memandang wajah tirus yang masih belum menunjukkan tanda kehidupan itu dengan serius. Dia sedikit gelisah karena sebentar lagi waktunya untuk mencium bibir Garry! Walaupun dia sangat ingin, tapi jantungnya juga sekarang sedang berdisko. Dia mulai menggosokkan kedua telapak tangannya untuk meredakan kegelisahannya. “Ayo bangun sekarang Garry! Kalau kau tidak bangun, aku akan menciummu! Aku akan terus menciummu!” ancam Sissy yang matanya sekarang fokus ke bibir pria itu. Dia masih ragu-ragu untuk mencium bibir itu walau sepertinya dia mulai berhalusinasi melihat bibir Garry sudah monyong minta dia cium! Dia benar-benar merasa bibir itu sedang memanggilnya untuk segera mencium pria itu! Dia mendekatkan bibirnya ke bibir Garry, namun tiba-tiba kembali menegakkan tubuhnya karena pikiran yang menyelusup ke otaknya. Hal yang seharusnya dia pikirkan sebelum dia seenaknya mencium pria itu sejak awal! Bagaimana kalau nanti Garry marah setelah pria itu sadar? Bagaimana kalau Garry berpikir kalau dia itu w************n? Bagaimana kalau Garry berpikir kalau dia mencari kesempatan? Berbagai pikiran menggentayangi otaknya dan membuatnya ragu. Apakah dia keterlaluan? malaikat dalam dirinya mengatakan kalau dia tidak boleh melakukan apapun tanpa ijin. Selama ini dia sudah salah dan tidak boleh menambah kesalahannya! Sedangkan, iblis dalam dirinya mengatakan kalau Garry tidak sadar dan tidak akan tahu apa yang dia lakukan. Dia bisa berpura-pura bodoh nantinya. Yang penting sekarang dapat ciumannya dulu! Sissy meremas kedua tangannya karena gelisah saat si malaikat dan iblis berperang di kepalanya. Di ruangan lain di mansion itu, tepatnya di kamar Rose dan Justin, Rose sedang menggunakan perawatan wajahnya saat suaminya memanggilnya. “Mi amor,” panggil Justin. “Ya!” jawab Rose tanpa menoleh dari cermin tempatnya berkaca. Dia sedang menggunakan cream malamnya. “Apakah menurutmu Garry akan sadar?” tanya Justin yang membuat Rose langsung menoleh karena nada suara suaminya yang tidak biasa. “Ada apa?” tanya Rose. Dia memperhatikan ekspresi suaminya yang terlihat putus asa. “Sampai sekarang Garry masih belum menunjukkan tanda tanda kesadaran. Aku khawatir kalau dia tidak akan pernah sadar,” kata Justin lemah. “Bukankah dokter mengatakan kalau kondisinya sudah stabil. Mungkin dia hanya butuh waktu untuk bangun,” Rose berjalan mendekati Justin dan meletakkan kepala pria itu di dadanya sambil membelai kepala suaminya. Dia bisa melihat kesedihan di mata Justin dan dia berusaha untuk membuat suaminya itu lebih nyaman. “Aku khawatir kalau hanya tubuhnya yang masih hidup karena semua alat yang dipasang di tubuhnya. Sissy sudah hampir tiga minggu berada disini dan dia masih belum sadar. Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa agar dia bisa sadar!” kata Justin sambil memeluk istrinya dan Rose balas memeluk Justin untuk menguatkan suaminya itu. “TOLONG! TOLONG! DOKTER! DOKTER! DOKTER! PERAWAT! SIAPA SAJA CEPAT KEMARI!” Teriakan panik Sissy menggema di mansion itu yang membuat Rose dan Justin terkejut. Justin langsung berdiri dan berlari untuk keluar kamar. Saat ingin melangkah keluar kamar, dia berbalik dan mewanti wanti istrinya untuk tidak ikut berlari karena akan berbahaya untuk wanita itu dan bayi dalam kandungannya. Setelahnya, tubuhnya langsung menghilang dari pandangan Rose karena dia berlari ke kamar perawatan Garry. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN