“Aku akan bicara terus padamu sepanjang hari agar kau pusing dan segera bangun. Tidak apa setelahnya kau mengomeliku karena terlalu berisik. Kalau perlu aku akan bernyanyi. Aku beritahu ya, suaraku sangat fals, tidak seperti suara Jisoo yang merdu. Jadi siapkan saja telingamu” ancam Sissy lagi.
Tok tok
Rose masuk setelah mengetuk pintu. Sahabatnya itu datang untuk mengajaknya sarapan. Jadi dia segera bergegas untuk mandi dan setelahnya keluar untuk makan bersama sahabatnya.
Saat masuk ke ruang makan, dia melihat Diego bangun dari kursinya untuk menyapa dirinya. Lalu pria itu memperkenalkannya dengan sepupunya dan suami sepupunya yang dia ingat sebagai pria yang pernah menodongkan senjata pada sahabatnya.
“Adriana,” sapa wanita cantik yang terlihat seksi walau sedang hamil. Dia menatap iri pada ukuran d**a wanita itu.
“Sisilia. Panggil saja Sissy,” balas Sissy sambil tersenyum manis.
“Ini suamiku, Dex.” kata Adriana memperkenalkan suaminya.
“Iya saya tahu. Kami pernah bertemu di Jakarta. Apa kabar Pak Dex?” sapa Sissy.
“Baik, Nona. Selamat datang di Italia,” sapa Dex.
Setelahnya mereka kembali ke kursi masing masing dan mulai sarapan.
“Apakah semalam tidurmu nyenyak?” tanya Justin dalam bahasa Inggris. Dia tahu kalau bahasa Italia Sissy masih belum fasih.
“Iya. Aku tidur sangat nyenyak,” jawab Sissy.
“Baguslah. Kuharap kau bisa betah disini,” kata Justin.
“Tentu saja. Aku pasti betah disini,” jawab Sissy semangat yang membuat Justin tersenyum dan Rose kembali memutar bola matanya. Rose tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran sahabatnya, tapi dari jawaban sahabatnya, bisa dipastikan Sissy tidak akan pulang sebelum Garry sadar.
“Kau yakin tidak mau pindah kamar?” tanya Rose.
“Tentu saja tidak! Aku akan terus mendampingi Garry.” jawab Sissy pasti.
“Kau pacar Garry?” tanya Adriana penasaran. Setahunya selama beberapa bulan ini Garry memang sendiri, tepatnya sejak Justin kembali bersama pria itu dari Jakarta. Sendiri yang dia maksud adalah tidak mencari teman tidur, karena Garry tidak pernah berpacaran. Katanya berkomitmen itu menyusahkan.
“Bukan. Tapi akan setelah aku bisa membangunkan Garry,” jawab Sissy percaya diri dengan mata berbinar.
“Baiklah. Nanti aku akan mengajarimu menjeratnya,” jawab Adriana dengan senyum liciknya.
“Tidak!” jawab Rose sambil memelototi Adriana. Saat terakhir Adriana berkata ingin membantunya, yang terjadi adalah dia tidak tidur semalaman karena diterjang Justin hingga beberapa ronde.
“Bukankah itu berhasil untukmu?” tanya Adriana bingung dengan reaksi Rose. Begitu juga Sissy yang menatap penasaran pada Rose.
“Iya. Tapi tidak boleh dilakukan oleh Sissy” ringis Rose. Dia tidak akan membiarkan Garry berbuat kurang ajar pada Sissy walau mungkin sahabatnya itu tidak akan menolak.
“Apakah aku melewatkan sesuatu? Sepertinya Adriana mengajarkanmu sesuatu?” tanya Justin penasaran pada Rose dan melihat wajah istrinya yang biasanya kurang ekspresi itu merona membuatnya semakin penasaran.
“Itu rahasia wanita, Justin,” jawab Adriana menyelamatkan Rose dari keharusan menjawab pertanyaan suaminya.
“Begitukah?” tanya Justin dan Rose langsung mengangguk. Justin tersenyum miring yang membuat Rose waspada. Suaminya itu pasti merencanakan sesuatu!
****
Sissy kembali ke kamar perawatan Garry setelah selesai sarapan. Setelah mencuci tangan, dia kembali menangkupkan kedua telapak tangannya di pipi Garry. Setelah dirasa pipi itu menghangat, kedua tangannya berpindah untuk menggenggam sebelah tangan Garry untuk dihangatkan juga. Begitu juga dengan sebelah tangan Garry lagi, lalu berpindah ke kedua telapak kaki pria itu.
Sissy melakukan hal itu sambil sambil bercerita mengenai kesulitannya saat mulai belajar bela diri lagi di tempat omah Rosaline. Mulai dari tubuhnya yang rasanya remuk redam hingga banyak memar menghiasi tubuhnya.
Dia berpikir untuk melakukan kegiatannya menghangatkan wajah, telapak tangan dan telapak kaki Garry setidaknya tiga kali sehari, anggap saja agar peredaran darah pria itu lancar.
Selain di waktu dia melakukan kegiatan antiknya, dua kali sehari dia dengan sengaja bernyanyi dengan suara keras selama setengah jam di sebelah ranjang pria itu.
Dia jelas tahu suaranya sangat buruk, bahkan saat karaoke bersama para sahabatnya, dia dilarang untuk bernyanyi sendiri menggunakan mic. Suaranya manis saat bicara, tapi tidak saat bernyanyi. Anggap saja untuk mengganggu pria itu.
Di siang hari, dia sengaja membuka jendela agar udara luar bisa masuk. Dia sengaja membuka jendela di siang hari dimana cuaca lebih hangat. Pagi dan malam di Italia pada bulan mei masih agak dingin. Dia pernah membaca kalau udara di luar ruangan lebih baik daripada udara pengap dalam ruangan pengobatan. Lagipula sebenarnya Garry tidak punya masalah pernapasan yang mengharuskan pria itu menghirup udara yang steril.
****
Tanpa terasa satu minggu sudah berlalu. Dokter kembali datang untuk mengecek kondisi Garry. Dokter itu tersenyum pada Sissy dan mengatakan kalau kondisi Garry sudah lebih stabil dari dua minggu kemarin dimana kondisi Garry bisa drop sewaktu waktu dan menjadi kritis.
Dokter menanyakan apa yang dilakukan wanita itu selama satu minggu ini dan Sissy menjawabnya dengan jujur. Dokter mengangguk menyetujui tindakan Sissy dan menyuruh wanita itu untuk terus melanjutkan apa yang sudah dilakukan satu minggu ini, bahkan Dokter menyuruh Sissy untuk lebih banyak menyentuh Garry dan terus mengajak Garry bicara.
Yang tidak diketahui Pak Dokter adalah suara Sissy saat wanita itu bernyanyi. Jika Pak Dokter pernah mendengar sekali saja nyanyian Sissy, dia pasti tidak merekomendasikan Sissy untuk terus melakukannya.
Justin tersenyum saat menerima laporan dari Dokter. Pria tua itu mengatakan kalau kondisi Garry sudah stabil dan keputusannya membawa Sissy adalah tindakan yang tepat. Walaupun Garry masih koma, tapi dari data yang diberikan perawat, dalam satu minggu ini ada peningkatan di tiap harinya. Jika terus seperti ini, kemungkinan Garry untuk sadar akan lebih besar.
Sebelum Sissy datang, Dokter dan perawat sering harus terus berada di ruang perawatan Garry saat pria itu kritis. Sudah dua kali mereka harus menarik pria itu kembali dari kematian setelah denyut jantungnya menghilang.
****
Sissy memperhatikan perawat yang sedang membersihkan tubuh Garry. Perkataan dokter yang menyuruhnya untuk lebih banyak menyentuh Garry berputar di kepalanya.
Bukankah dengan membantu membersihkan tubuh Garry berarti dia juga menyentuh pria itu? Lagipula pria pasti akan lebih senang disentuh oleh wanita kan daripada sesama pria? Walaupun hanya untuk mengelap tubuh Garry, berarti dia akan banyak menyentuh tubuh Garry, bahkan sampai ke…
Sissy menggelengkan kepalanya, menolak pikiran m***m yang tiba tiba melintas.
“Pak Alfi, bisakah bapak mengajarkan saya membersihkan tubuh Garry?” tanya Sissy.
“Anda yakin nona?” tanya si perawat yang bernama Alfi itu sambil melirik wanita di sebelahnya yang wajahnya sudah merona. Dia merasa lucu, dimana Garry yang playboy cap kampak bisa bertemu dengan gadis perawan manis seperti ini? Sudah pasti gadis ini masih perawan karena setiap kali dia mau membuka celana Garry, gadis itu pasti akan mengalihkan matanya atau membalik tubuhnya atau bermain ponsel.
“Ehm.. Ya.. Itu… Tadi kan dokter bilang saya harus lebih sering menyentuhnya. Jadi membersihkan tubuhnya juga termasuk dong. Ta- tapi… hanya dari perut ke atas saja ya!! Dari perut ke bawah tetap Pak Alfi saja yang lakukan” jawab Sissy terbata. Wajahnya sudah semerah tomat. Membayangkan menyentuh tubuh polos Garry saja sudah membuatnya malu.
“Anda yakin? Mungkin dia akan lebih cepat bangun jika anda juga sering menyentuh yang ini” kata Alfi sambil menunjuk pusaka Garry yang masih tertutupi celananya. Pria itu langsung terbahak saat melihat wajah perawan di sebelahnya yang terbelalak horor dengan wajah semerah tomat sambil menatap lokasi yang dia tunjuk.
“Tidak! Tidak! Bagian atas saja sudah cukup!!” tolak Sissy cepat sambil menggelengkan kepalanya ketakutan. Dan Alfi terus tertawa karena reaksi Sissy.
Setelahnya Alfi mengajari Sissy cara untuk membersihkan tubuh Garry sambil sesekali menggoda wanita itu dengan gerakan mengelap e****s di leher dan d**a Garry. Dia terus tertawa saat wajah Sissy merona.
Setelahnya Alfi kembali membersihkan bagian pinggang ke bawah sendiri karena wanita lucu itu beralasan mau mengganti air bekas lap di kamar mandi.
“Mungkin anda bisa sering menciumnya juga. Tahu saja dia akan lebih senang dan ingin segera bangun” saran Alfi iseng sambil tersenyum sebelum keluar dari ruangan itu. Dia sependapat dengan si dokter yang mengatakan kalau kondisi Garry sudah stabil dan itu pasti karena wanita polos ini. Dia bisa melihat betapa besar cinta wanita ini untuk Garry dan mungkin Garry juga mencintai wanita ini, kalau tidak apapun yang dilakukan wanita ini tidak akan berpengaruh.
Sepeninggal Alfi, Sissy menatap mupeng pada wajah Garry. Sejak awal dia memang ingin sekali mencium Garry, tapi dia merasa seperti mengambil keuntungan dalam ketidakberdayaan orang lain.
Tapi tadi dokter mengatakan kalau apa yang dia lakukan satu minggu ini sudah benar dan menyuruhnya lebih sering menyentuh dan bicara dengan Garry. Mencium termasuk menyentuh juga kan? Senyum licik tersungging di bibir wanita itu.
Kan Pak Alfi yang menyuruh dan dia hanya menuruti perkataan orang yang lebih ahli di bidangnya. Jadi jika setelah bangun Garry tahu dan komplain, dia bisa beralasan kalau Pak Alfi yang menyuruh. Senyum licik tadi berubah menjadi seringai.
Dia berjalan mendekati ranjang perawatan Garry, memperhatikan wajah pria yang sangat dia cintai itu dengan mupeng. Jantungnya mulai berdebar tidak keruan.
Hm… mulai dari mana ya nyiumnya?
“Jangan salahkan aku ya. Tadi kau dengar sendiri Pak Alfi yang menyuruhku menciummu” kata Sissy seolah meminta ijin, lalu perlahan dia mencium kening Garry. Setelahnya dia tertawa lebar dan melompat lompat kegirangan di tempat.
“Satu minggu sekali aku akan menambah tempat yang kucium” kata Sissy mupeng yang jika Garry dalam keadaan sadar bisa membuat pria itu takut diperkosa Sissy.
Dalam dua hari dia sudah telaten untuk membersihkan tubuh Garry. Alfi mengatakan kalau dia sudah boleh membersihkan tubuh Garry tanpa ijin dari Alfi. jadi nanti Alfi akan datang hanya untuk membersihkan sisanya.
Di hari ketiga dengan semangat Sissy melakukan tugasnya. Sekarang wajahnya sudah tidak merona saat membersihkan tubuh Garry. Dia hanya sedih melihat tubuh tulang berbalut kulit itu. Dia ingat dulu Garry sangat tampan dan gagah. Dengan optimis dia berpikir kalau dia akan merawat Garry hingga pria itu sadar dan memastikan pria itu makan banyak agar tubuhnya kembali seperti sediakala.
Membicarakan soal makan, dia memperhatikan bibir Garry yang mulai tertutupi kumis lagi. Jambang dan kumis pria itu sangat berantakan, membuat ketampanan pria itu semakin berkurang dan dia tidak suka.
Dia mulai membuka ponselnya dan mencari di yoututub cara untuk mencukur kumis dan jambang pria. Setelah memperhatikan dengan seksama dan merasa dirinya mampu, Sissy keluar kamar itu untuk mencari Rose. Dia mau minta dibelikan perlengkapan cukur.
Namun bukannya bertemu Rose, dia bertemu dengan Diego, suami sahabatnya di depan kamar perawatan Garry.
“Hai Diego!” sapa Sissy.
“Hai juga.. Kau mau mencari Rose?” tanya Justin. Dia baru saja akan mengetuk pintu sebelum Sissy tiba tiba membuka pintu kamar itu. Setiap hari dia pasti akan mampir untuk melihat kondisi Garry.
“Iya. aku mau minta perlengkapan bercukur” jawab Sissy.
“Untuk siapa?” tanya Justin bingung.
“Aku berniat mencukurkan kumis dan janggut Garry” jawab Sissy polos.
“Sini, aku antar kau ke kamar Garry. Kau bisa memilih barang dia yang manapun yang mau kau bawa” kata Justin sambil tersenyum, dia mengarahkan Sissy untuk mengikutinya ke kamar Garry. Justin senang dengan apa yang dia dengar. Dia bisa merasakan Sissy sangat perhatian dan tulus merawat Garry.
Justin lalu menunjukkan letak kamar Garry beserta isinya. Sissy menemukan perlengkapan bercukur Garry dan mengambilnya beserta sikat gigi pria itu. Justin juga mengatakan kalau lain kali butuh sesuatu, dia bisa minta ke pelayan manapun yang wanita itu temukan. Atau wanita itu juga boleh langsung mencari perlengkapan Garry di kamar pria itu sendiri.
Setelah mendapat apa yang dia inginkan, Sissy kembali ke ruang perawatan Garry. Dia mau langsung mencoba untuk mencukur kumis dan janggut Garry. Dia sedang berusaha mengembalikan ketampanan calon suaminya.
Tangannya gemetar saat tangan yang memegang pisau cukur itu mendekat ke wajah Garry. Bagaimana kalau ternyata dia melukai wajah Garry? Walaupun dia sudah melihat caranya di yoututub, tapi kan dia belum pernah mencukuri orang. Dia cuma pernah mencukur bulu ketiaknya sendiri. Belum lagi dia tidak tahu berapa tajam pisau cukur ini. Lebih baik dia coba di tempat lain dulu. hm, mau dicoba dimana dulu ya?
Tiba tiba dia teringat kalau di d**a Garry juga ada bulu bulu halus dan dia berpikir untuk mencoba disana dulu. Setidaknya untuk mencoba ketajaman pisau cukur ini. Pikirnya.
Akhirnya dia membuka baju Garry dan terlihatlah deretan bulu halus menurun dari d**a hingga tertutup celana yang digunakan pria itu.
Tangannya mulai mengaplikasikan krim cukur di d**a Garry, dia bermaksud mencoba sedikit saja disana agar tahu ketajaman pisau cukur ini. Dengan bergerak seperti siput, akhirnya dia berhasil mencukur bulu bagian d**a.
Dia bersorak kegirangan karena sudah berhasil, berarti sekarang dia bisa mencukur wajah Garry. Namun saat mau mengancingkan baju Garry lagi, alisnya berkerut karena dia merasa aneh kalau bulu di d**a Garry hilang tapi yang di perut pria itu masih ada. Jadi dengan inisiatifnya agar tubuh Garry tidak terlihat aneh. Dia kembali mengaplikasikan krim cukur di perut Garry dan mulai mencukur bulu disana. Pikirnya sekalian dia latihan lagi.
Setelah semua bulu di perut Garry menghilang, alisnya kembali berkerut. Nah, nanti begitu Pak Alif mau menggantikan celana Garry, aneh donk kalau bulunya cuma sebagian? Apa sekalian dia cukur semua ya? Tapi sampai mana harus dia cukur? Bagaimana kalau nanti terlihat 'itu'nya?
****