Garry tidak bisa melihat apapun semenjak dia sadar, seakan hanya kegelapan yang menyelimutinya. Dia mencoba berteriak untuk memanggil seseorang, siapapun itu, tapi tidak ada jawaban, hanya terdengar gema dari suaranya sendiri.
Dia mencoba mengingat untuk mengetahui dimana dirinya dan hal terakhir yang bisa dia ingat adalah saat dia terjatuh dari jurang membawa Justin, bosnya. Dia langsung menyentuh punggungnya saat teringat kalau punggungnya itu tertusuk anak panah saat dia melindungi Justin.
Dia mengerutkan alisnya saat menyadari tidak ada bekas luka disana, bahkan dirinya tidak merasakan sakit sama sekali. Apakah sebenarnya dia tidak terluka? Mungkinkah baju anti peluru yang dipakainya ternyata cukup membantu agar anak panah itu tidak melukainya? Walaupun menurutnya mustahil, tapi sepertinya itu yang terjadi karena nyatanya sekarang dia tidak terluka.
Apakah dia ditangkap Kolya Dalevich dan pria gila itu meletakkannya di ruangan gelap tanpa cahaya sama sekali? Menurutnya pria itu agak gila, jadi bukan tidak mungkin pria itu mencari cara teraneh untuk menyiksa musuhnya. Mungkin saja Kolya sengaja menyekapnya disini dan menunggu hingga dia memohon pria itu untuk membunuhnya, kalau untuk bebas rasanya tidak mungkin!
Setelah memikirkan kalau itu merupakan hal yang paling masuk akal yang terjadi, Garry kembali tiduran. Dia tidak akan memohon pada Kolya Dalevich, jadi jika dia harus mati, maka dia akan menunggu malaikat maut datang untuk mencabut nyawanya.
Setelah dia tertidur dan bangun beberapa kali, dia mulai merasakan keganjilan dari situasinya ini. Mengapa tubuhnya tidak semakin lemah? Bahkan dia tidak merasa lapar ataupun haus. Dia sudah pernah berjuang untuk bertahan hidup dimana tiga hari penuh dia tidak makan dan minum apapun, saat itu dia sangat haus dan lapar, saat bantuan datang, tubuhnya sudah sulit bergerak. Mengapa sekarang tidak? Ada apa sebenarnya ini?
Dia berdiri dan mulai berjalan dalam kegelapan, tangannya mencoba meraba ke semua sisi, mencari apapun yang bisa disentuh dan dikenalinya, namun nihil. Dia terus berjalan dan tidak menemukan akhir dari jalan ini. Dia mulai frustasi dan berlari, berharap dia menabrak tembok atau apapun. Tidak mungkin Kolya Dalevich bisa menyiapkan ruang yang begitu luas untuknya berlari sejauh ini, dan anehnya lagi dia tidak kelelahan.
Disaat dia masih kebingungan, tiba-tiba dia melihat bayangan putih dari kejauhan. Bukan hanya satu tapi ada beberapa. Perlahan bayangan itu mendekat dan mulai terlihat lebih jelas dan berbentuk, dia terkejut saat wujud bayangan itu adalah orang-orang yang pernah dia bunuh. Penampakan mereka semua dalam kondisi yang dia ingat, dengan luka tembakan ataupun bekas kecelakaan setelah dia membunuh mereka.
Dia melangkah mundur karena takut. Percayalah, pada saat dosamu datang menagih hutangnya, tidak mungkin kau tidak takut. Apalagi mereka dalam wujud yang mengerikan.
Dia berusaha lari namun sekarang ada yang menahan kakinya hingga tidak bisa bergerak.
Dia semakin panik saat orang-orang itu semakin mendekat dan perlahan mereka mulai menggapainya, dia menjerit mengusir orang-orang itu yang sudah menariknya.
Mereka mengerumuninya dan membuatnya sesak dengan aroma darah dan daging busuk. Sebelum kesadarannya menghilang, telinganya menangkap suara teriakan panik yang familiar di telinganya.
Garry terlonjak bangun. Dia menoleh dan tidak melihat apapun lagi seperti sebelumnya. Bukankah tadi dia bertemu dengan hantu-hantu orang yang dia bunuh? Mengapa sekarang mereka semua menghilang?
Dia mulai merasa tidak tenang. Dia menoleh kemana-mana dan tetap hanya ada kegelapan. Apakah tadi dia sedang bermimpi? Atau jangan-jangan dia sudah mati? Pemikiran kalau dia sudah mati membuatnya bingung. Tapi jika dia sudah mati, dimanakah ini? Mengapa dia tidak bisa melihat apapun? Kalau dia sudah mati, seharusnya dia berada di neraka!
Apakah ada tempat hukuman sebelum masuk neraka, pra-neraka gitu?
Begitulah Garry terjebak di tempat itu entah berapa lama. Karena selalu gelap, dia bahkan tidak bisa menghitung waktu. Sesekali para hantu itu akan datang mengejarnya, namun mereka juga bisa tiba-tiba menghilang lagi. Setiap kali hantu itu datang, walaupun samar, tapi dia bisa mendengar suara orang. Dia mulai berpikir kalau mungkin dia belum mati, tapi hampir mati. Suara yang dia dengar mungkin adalah suara orang yang memanggil dirinya.
Semakin hari dia merasa tubuhnya terasa semakin ringan, terutama setiap kali para hantu itu menyerangnya. Sekarang saja dia merasa tubuhnya mulai sering tidak menyentuh tanah, seperti bisa melayang tapi nantinya menapak lagi.
Namun tiba-tiba dia merasa pipinya menghangat, begitu juga kedua telapak tangan dan telapak kakinya. Dengan bingung dia memegang lengannya dan merasa lengannya dingin. Dia menangkupkan kedua telapak tangannya dan menyadari kalau memang kedua telapak tangannya hangat. Namun perlahan, rasa hangat itu menghilang.
Setelahnya, setiap berapa lama sekali, pipi, telapak tangan dan telapak kakinya pasti akan merasakan hangat, walaupun tidak lama. Dia sampai menunggu-nunggu waktu itu karena dia merasa masih menjadi manusia saat merasa ada bagian tubuhnya yang hangat. Anehnya lagi, para hantu itu sudah tidak pernah datang.
Pernah karena penasaran, dia memanggil para hantu itu dengan menyebutkan nama mereka. Dengan anehnya walaupun mereka muncul, tapi para hantu itu sudah tidak bisa menggapainya lagi walau dia masih diam di tempatnya. Para hantu itu semakin marah karena seperti ada yang membatasi mereka untuk menggapainya, dan tiba-tiba mereka menghilang begitu saja.
Dia bingung tapi tidak tahu harus bagaimana lagi. Sepertinya para hantu itu sekarang sudah tidak bisa mengganggunya, tapi dia juga masih terjebak di antah berantah ini.
Waktu terus berlalu dalam kegelapan yang membuatnya hampir gila, menurutnya dia hampir gila karena sesekali dia bisa mendengar suara nyanyian. Dia tidak mengerti bahasa yang ada di lagu itu, namun suaranya jelek sekali hingga membuat kepala dan telinganya sakit!
Otaknya berputar mencoba mengingat apakah dia pernah membunuh seorang penyanyi? Mungkin hantunya sekarang membalas dendam dengan bernyanyi dengan suara yang mengerikan.
Semenjak sering mendengar suara mengerikan itu, dia menyadari kalau tubuhnya tidak lagi bisa melayang. Tubuhnya juga sekarang mulai terasa hangat, sepertinya setiap kali dia merasakan pipi, telapak tangan dan telapak kakinya menghangat, rasa hangatnya itu perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya, semakin lama, bertahan semakin lama di tubuhnya.
Tiba-tiba dia merasakan rasa hangat itu muncul dari bibirnya dan dalam sekejap menyebar ke seluruh tubuhnya seperti api yang menjalar.
****
Garry membuka matanya dan dia merasa kalau dia sudah mati karena sekarang dia melihat wajah wanita yang dicintainya. Mungkin yang di Atas sudah selesai menghukumnya di tempat gelap itu dan sekarang membawa malaikat yang berwajah seperti Sissy.
“Ga- Ga- Garry?” panggil Sissy terbata, matanya terbelalak melihat mata yang akhirnya terbuka itu. Tidak ada apapun balasan atau reaksi yang diberikan Garry, mata pria itu hanya balas menatap matanya. Dia menyentuh bola mata Garry dan melihat kalau pria itu mengedip sebagai responnya. Garrynya mengedip! Kalau mengedip berarti masih hidup karena masih merespon, itu kata dokter hewan saat dia membawa seekor kucing sekarat yang dia temukan di pinggir jalan.
Sissy langsung berlari keluar untuk mencari Dokter dan Alfi, dia bahkan lupa kalau ada tombol emergensi di kamar itu.
“TOLONG! TOLONG! DOKTER! DOKTER! DOKTER! PERAWAT! SIAPA SAJA CEPAT KEMAR!” teriak Sissy sekuat tenaga. Dalam hitungan detik, Alfi keluar dari ruangan yang berada di sebelah ruang perawatan Garry, diikuti oleh Dokter tidak lama kemudian.
Sissy kembali masuk ke dalam ruang perawatan itu setelah Dokter datang. Dia melihat Alfi sedang memanggil Garry sambil memeriksa respon pria itu. Dokter juga berusaha mendapatkan respon Garry untuk menyakinkan mereka kalau pria itu memang sudah sadar, bukan hanya matanya yang terbuka.
****