BAB 6: KEMBALI HIDUP

1443 Kata
Walau tubuhnya masih sangat lemah, mata Garry terus mengikuti pergerakkan Sissy. Saat mendengar teriakan Sissy yang memanggil perawat dan dokter, dia mulai menyadari kalau sepertinya dia masih hidup. Apalagi setelah dokter dan perawat masuk, tidak lama kemudian bosnya, Justin Ludovic masuk diikuti istrinya yang adalah sahabat Sissy. “Jangan terus melihat ke arah wanitamu, Garry!” kata Dokter sambil menarik wajah Garry menghadap ke atas agar dia bisa memeriksa mata pria itu. “Dia sudah menunggumu tiga minggu. Jadi kau tidak perlu khawatir, dia tidak akan tiba-tiba menghilang,” kata Alfi menggoda Garry. Mereka semua senang karena akhirnya penantian mereka berakhir, sekarang Garry telah sadar. Apalagi mata pria itu terus mengikuti pergerakan Sissy, bisa dipastikan pria itu sudah sadar dan mengenali Sissy. “Apakah kau bisa mengenaliku?” tanya Dokter dan Garry membuka mulut untuk bicara namun tidak ada suara yang keluar. “Kurasa dia perlu minum dulu, Dok.” kata Alfi yang menyodorkan sedotan ke mulut Garry. Perlahan Garry meminum air hingga setengah gelas. “Sudah lebih baik?” tanya Dokter. “Ya.” jawab Garry lemah setelah berhasil mengeluarkan suaranya yang juga masih serak. “Bagus. Jika sulit bicara, kau bisa mengedipkan mata. Sekali artinya iya, dua kali artinya tidak. Mengerti?” tanya Dokter dan Garry mengedip sekali sebagai jawabannya. Tubuhnya benar-benar sangat lemah, untuk mengeluarkan jawaban ‘ya’ tadi saja rasanya sangat sulit. “Kau mengenaliku?” tanya Dokter dan Garry mengedip sekali. “Lihatlah kesana. Apakah kau mengenali mereka?” tanya Dokter yang meminta Garry menoleh ke arah Alfi, Sissy, Justin dan Rose. Garry mengedip sekali lagi sebagai jawaban. “Bagus. Coba gerakkan jari kaki dan tanganmu,” perintah Dokter dan Garry berusaha melakukan perintah Dokter itu, walaupun sedikit tapi jari tangan dan kakinya bergerak. Hal itu membuat mereka semua semakin bersyukur karena kemungkinan tidak ada masalah berarti nantinya. “Bagus. Semua terlihat baik. Selamat datang kembali ke dunia, Garry Kean! Istirahatlah lagi, besok pagi aku akan memeriksamu lagi,” kata Dokter sebelum pamit. Dokter juga meminta yang lain untuk membiarkan Garry beristirahat dulu hingga besok. Setelahnya Dokter keluar diikuti Alif yang menepuk pundak Sissy dan tersenyum pada wanita itu. Setelah pintu tertutup, Sissy langsung kembali ke sisi Garry dan menggenggam erat jemari pria itu. Air matanya sudah tumpah ruah sejak dia mendengar Garry menjawab pertanyaan Dokter, yang berarti pria itu sudah benar-benar sadar, bukan hanya halusinasinya saja! Rose berjalan mendekat pada Garry untuk memastikan pria itu benar benar sudah sadar. “Apa yang kau lakukan padanya?” tanya Rose penasaran pada Sissy dalam bahasa Indonesia. “Aku menciumnya,” jawab Sissy malu-malu. “Bukankah kau setiap hari selalu menciumnya sambil mengucapkan selamat pagi, siang, sore, malam,” ledek Rose. “Itu beda. Lagipula aku mencium keningnya hanya di pagi dan malam, jangan kau tambah jumlahnya karena itu membuatku merasa rugi karena tidak melakukannya! Walaupun sebenarnya aku ingin selalu menciumnya, tapi aku tidak mau dianggap mencuri kesempatan dalam ketidakberdayaan orang lain. Biar bagaimanapun kan tidak sopan mencium tanpa ijin,” komplain Sissy membela diri yang tidak jelas juga. “Jadi kali ini pangeran bangun karena ciuman di bibir?” tanya Rose. Walau nada suaranya meledek, tapi jelas dia sangat penasaran. Dan dia terbahak saat melihat Sissy dengan malu-malu mengangguk. Rose terus tertawa sampai air matanya keluar dan terus mengalir. Justin terkejut karena melihat istrinya tertawa sampai seperti itu, dia tidak pernah melihat Rose terbahak sampai tidak bisa berhenti. Dipikirannya dia selalu merasa kalau istrinya itu wanita yang kalem, kecuali saat wanita itu sedang marah. Tawa Rose tidak berhenti hingga wanita itu terbatuk karena tersedak liurnya sendiri. Dengan sigap Justin mendudukkan Rose di kursi dan menyuruh istrinya itu berhenti tertawa sambil menyerahkan segelas air yang langsung diminum sampai tandas oleh Rose. “Kau baik baik saja?” tanya Justin. “Kau tahu, ternyata pangeran tidur hanya membutuhkan ciuman sang putri untuk membangunkannya,” kata Rose pada Justin sambil berusaha menahan tawanya lagi. Sekarang dia yakin kalau Garry memang mencintai Sissy. Walau dengan cara yang aneh dan tidak masuk akal karena ini bukan cerita dongeng, tapi dia sungguh bersyukur karena Garry akhirnya sadar. Hanya saja, jika memang hanya membutuhkan ciuman Sissy, sejak awal saja dia suruh Sissy mencium Garry. Tawanya kembali menyembur karena membayangkan adegan pangeran tidur dengan wajah Sissy sebagai putri yang menciumnya. Dia mengenal perangai Sissy, sahabatnya itu pasti maju mundur cantik sebelum akhirnya benar benar melaksanakan niatnya untuk mencium Garry. Awalnya Justin mengerutkan alisnya karena bingung dengan perkataan istrinya sampai akhirnya dia menyadari maksud perkataan istrinya itu. Dia menoleh pada pasangan itu, dimana wajah Sissy masih merona dan wajah Garry yang pucat sekarang terlihat sedikit meringis karena tahu dirinyalah yang ditertawakan istri bosnya. Justin terkekeh karena melihat pasangan itu salah tingkah. Ternyata memang gadis itu bisa membawa Garry kembali ke dunia! “Ayo kita kembali ke kamar, mi amor. Dokter tadi mengatakan kalau kondisi Garry masih lemah, jadi lebih baik kita biarkan dia beristirahat,” kata Justin pada Rose. “Eh, tapi nanti Sissy bagaimana?” tanya Rose yang membuat alis Justin dan Sissy mengerut. “Aku kenapa?” tanya Sissy bingung. “Garry sudah sadar, berarti sekarang kamu harus pindah kamar,” jawab Rose. “Tidak mau! Aku akan disini untuk menjaga Garry!” tolak Sissy. “Perjanjiannya adalah kau boleh disini sampai dia sadar!” balas Rose. “Tapi Garry baru sadar. Bagaimana kalau nanti malam dia membutuhkan sesuatu?” pinta Sissy dengan memelas. “Memangnya kenapa kalau Sissy tetap disini?” tanya Justin bingung pada istrinya. “Pria dan wanita yang belum menikah tidak boleh tidur satu kamar!” jawab Rose yang membuat Justin tersenyum. Dia menahan diri untuk terbahak karena takut istrinya tersinggung. Dia berusaha memaklumi budaya timur tempat dimana istrinya ini dilahirkan, karena istrinya juga masih perawan saat dia nikahi, walaupun itu pernikahan kedua istri tercintanya ini. “Mi amor, kondisi Garry tidak memungkinkan dia untuk melakukan apapun pada Sissy, kecuali sebaliknya. Jadi tidak akan terjadi apapun malam ini. Biarkan mereka semalam lagi bersama,” bujuk Justin yang mulai berpikir untuk menjodohkan pasangan di depannya ini. “Benar kata Diego, eh, Justin …” karena terlalu semangat, Sissy sampai agak bingung menyebut nama Justin. “Keduanya namaku. Kau bisa tetap memanggilku Diego. Pergunakanlah waktu kalian sebaik-baiknya, karena besok aku sudah tidak bisa membantumu,” kata Justin sambil mengedipkan sebelah matanya sebelum menarik Rose yang masih ingin komplain. Bagi Rose, Garry Kean adalah spesies berbahaya bagi sahabatnya. Pria itu adalah pembunuh bayaran dan playboy kawakan! Garry menoleh pada Sissy setelah pintu itu tertutup. Dia menatap wajah manis gadis itu yang masih menggenggam tangannya sambil tersenyum dan menangis. Hatinya menghangat saat mengetahui kalau ada yang bersedih untuknya dan wanita itu adalah wanita yang dicintainya. “Syukurlah kau sudah sadar,” kata Sissy dengan senyum manisnya. Dia menghapus air matanya yang masih tidak mau berhenti dengan sebelah tangannya. “Kau tahu. Aku sangat terkejut saat melihat kondisimu bulan lalu. Setiap hari aku memanjatkan doa, bercerita dan bernyanyi untukmu. Syukurlah akhirnya aku bisa melihatmu membuka mata.” kata Sissy yang masih terus mengucapkan syukur di dalam hatinya. Akhirnya Tuhan mengabulkan doanya. Seakan mengerti perkataan Sissy, Garry teringat pada mimpi buruknya atau apapun anggapannya sekarang pada kegelapan pekat sebelum dia bangun itu. Mungkin doa Sissy yang membuat para hantu itu tidak bisa mendekatinya. Dan suara nyanyian mengerikan itu, apa benar itu suara Sissy? Garry menatap wajah yang masih tersenyum kepadanya itu. Baginya, suara Sissy itu terdengar semanis wajah wanita itu. Suara merdu yang mengiringi celotehan ringan dan obrolan dengan wanita itu membuatnya merasa nyaman. Rasanya tidak mungkin suara wanita itu jadi mengerikan saat bernyanyi. Mungkin dia yang tidak mendengar nyanyian Sissy karena ada hantu yang ingin merusak gendang telinganya untuk balas dendam padanya. “Dokter bilang kau harus beristirahat dulu. Tidurlah Garry, besok pagi kita bertemu lagi,” kata Sissy seraya melepaskan tangan Garry. Pria itu terdiam saat merasakan kehangatan di tangannya menghilang. Pikirannya kembali ke mimpi buruknya. Apakah Sissy yang memegang tangannya selama ini? Suara deritan membuatnya menoleh dan melihat Sissy yang sedang menggeser ranjang di sebelahnya. Dia bahkan baru menyadari kalau di kamar perawatan ini ada ranjang lain. Dia bingung mengapa Sissy mendorong ranjang itu mendekat pada ranjang perawatannya. Jika tubuhnya cukup sehat, dia tidak akan membiarkan Sissy mendorong ranjang seperti itu. Garry saja tidak tahu kalau Sissy sudah melakukan ini selama tiga minggu. Setiap malam dia akan menggeser ranjangnya mendekati ranjang Garry agar dia bisa berada lebih dekat dengan pria yang dicintainya itu dan di pagi hari, dia akan kembali mendorong ranjang itu agar memberi ruang pada dokter dan perawat yang ingin mengecek kondisi Garry. Dengan cepat Garry tertidur saat mendengarkan Sissy bercerita., wanita itu seperti mendongengkan dirinya. Dia berharap dia tidak sedang bermimpi. Semoga besok pagi dia bangun dan tetap menemukan Sissy disisinya. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN