“Apa yang kau pikirkan?” tanya Alfi saat untuk kedua kalinya dalam dua minggu ini dia melihat Sissy menatap wajah Garry dengan sangat serius hingga tidak mendengarnya mengetuk pintu beberapa kali.
“Apakah aku masih boleh menciumnya?” jawab Sissy serius tanpa filter yang membuat Alfi langsung tertawa dan wajah Sissy kembali merona. Dia merutuki mulutnya yang suka menjawab tanpa berpikir atau melihat dulu orang yang bertanya.
“Kau benar-benar gadis yang menarik, Nona Sissy. Daripada kau bingung untuk mencium Garry atau tidak, kau bisa menciumku dulu, dengan senang hati aku akan menerimanya,” kata Alfi sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Sissy. Melihat wajah malu-malu Sissy yang sudah merah membuatnya senang, gadis ini benar-benar mencerahkan kehidupannya yang membosankan disini.
“Eh, Pak Alfi mau apa?” tanya Sissy panik. Dia melangkah mundur saat melihat wajah tampan perawat itu yang sangat dekat dengan wajahnya.
“Merayumu?” jawab Alfi dengan bertanya juga.
“Aku akan membunuhmu jika kau berani menyentuhnya,”
Suara itu sangat pelan tapi terdengar oleh Alfi dan Sissy yang langsung menoleh ke arah ranjang dimana Garry menatap Alfi dengan tatapan tajamnya.
“Kau bangun terlalu cepat, Brother.” sapa Alfi sambil mendekat pada Garry. Lalu dia mulai memeriksa tubuh Garry.
“Bagaimana perasaanmu? Apakah ada yang sakit?” tanya Alfi.
“Aku sudah cukup kuat untuk membunuhmu,” sarkas Garry.
“Hm, kurasa itu sulit. Kau bahkan harus terapi dulu untuk bisa bergerak dengan leluasa. Dokter akan datang jam sembilan dan jika menurutnya kondisimu sudah stabil, nanti dia akan memberikanku daftar terapi yang harus kau jalani.” jawab Alfi sambil tertawa. Ini pertama kalinya dia melihat Garry cemburu. Garry tidak pernah peduli pada wanita manapun selain saat ingin dia tiduri, dan setelahnya akan dia lupakan juga.
“Berapa lama aku tidak sadarkan diri?” tanya Garry.
“Tiga bulan. Syukurlah Nona Sissy bisa membawamu kembali ke dunia. Sebelumnya, Dokter mengatakan kalau kemungkinan besar kau tidak akan pernah sadar.” jawab Alfi apa adanya.
“Kondisimu cukup baik. Sementara ini kau minum dulu saja hingga Dokter datang dan memberitahu apa saja yang boleh kau makan. Aku nanti kembali bersama Dokter,” pamit Alfi setelah dia selesai memeriksa Garry.
“Kau mau minum?” tanya Sissy dengan bahasa Italia yang terdengar aneh di telinga Garry.
“Ya.” jawab Garry dan Sissy segera mengambil gelas dan mengisinya sampai penuh, lalu mengambil sedotan agar memudahkan Garry minum.
“Mengapa kau ada disini?” tanya Garry pelan dalam bahasa Inggris. Menurutnya itu akan memudahkan Sissy untuk mengatakan apa yang ingin wanita itu katakan. Dia mengutuk tubuhnya yang sangat lemah ini, mengapa untuk bicara beberapa kata saja sudah membuatnya merasa lelah.
“Rose mengajakku.” jawab Sissy. Dia mengalihkan pandangannya karena tidak mau Garry menyadari kalau dia tidak mengatakan yang sebenarnya, bahwa dialah yang merengek pada Rose untuk membawanya ke Italia.
“Lalu mengapa kau disini?” tanya Garry.
“Tentu saja untuk menemanimu,” jawab Sissy ambigu. Dia malu kalau harus mengakui kalau dia juga yang merengek pada Rose agar bisa mengurus dan menjaga Garry.
Tok tok
Pintu dibuka setelah ketukan itu, lalu Justin masuk bersama dengan Rose. Tidak lama kemudian Rose menarik Sissy keluar dengan alasan ingin mengajak sahabatnya itu sarapan.
“Kau harus pindah kamar nanti siang!” tegas Rose.
“Rose, kondisi Garry masih lemah. Biarkan aku menjaganya beberapa hari lagi,” pinta Sissy memelas.
“Kau bisa menjaganya di pagi, siang, sore, malam, tapi tidak tengah malam!” tolak Rose.
“Rose,” rengek Sissy.
“Tidak!” tolak Rose tegas.
Rose terbelalak saat melihat Sissy mulai menangis, yang membuatnya sekarang jadi dilema. Dia duduk di sebelah Sissy dan menggenggam tangan sahabatnya itu.
“Sissy, kau ingat kan perkataan Tante Monika, jangan berada satu kamar dengan pria saat kita sudah dewasa. Karena banyak hal yang bisa terjadi walau itu hanya satu malam, dan yang akan menanggung akibatnya adalah kita si wanita.” Rose mencoba memberi pengertian pada Sissy.
“Tapi Garry kan masih sangat lemah, dia tidak akan bisa melakukan apapun,” bantah Sissy.
“Sekarang memang, tapi beberapa hari lagi siapa yang tahu? Garry sebelumnya adalah pria sehat dan kuat, dengan mudah dia akan bisa mendapatkan tenaganya kembali. Dan apakah kau yakin dirimu yang begitu tergila-gila padanya bisa menolaknya jika dia terus merayumu?”
Sissy menggeleng, dia sendiri tidak yakin pada dirinya jika memang Garry sungguh-sungguh merayunya. Dengan sangat berat hati, akhirnya dia mengikuti permintaan Rose.
****
Setelah sarapan, Rose dan Sissy kembali ke kamar perawatan Garry. Mereka berpapasan dengan Dokter yang baru saja selesai memeriksa kondisi Garry. Dokter mengatakan kalau kondisi Garry sangat baik dan pria itu akan segera pulih dengan makan dan istirahat yang cukup.
Di dalam ruangan, Garry sedang dalam posisi duduk bersandar di ranjangnya. Dia baru saja selesai menghabiskan bubur halus yang tadi dibawakan Alfi. Dia merasa lebih bertenaga setelah lambungnya terisi.
Alfi membantunya duduk agar bisa makan dan dia merasa lebih nyaman dengan posisi ini, tiduran membuatnya merasa lemah dan tidak berdaya. Walaupun tubuhnya masih kaku dan berat untuk digerakkan, tapi tadi dia bisa mengikuti semua instruksi Dokter. Jadi yang diperlukan tubuhnya sekarang adalah terapi agar dia bisa leluasa bergerak dan menguatkan otot-otot tubuhnya yang sudah lama tidak digunakan.
Terdengar ketukan di pintu dan setelahnya Sissy masuk bersama dengan Rose. Dia bisa melihat ekspresi bahagia Sissy saat melihatnya. Wajah wanita itu sangat ekspresif, membuatnya ingin merengkuh wanita itu dalam pelukannya.
Justin langsung menarik Rose untuk keluar dengan alasan ingin ditemani sarapan oleh istrinya. Walau sambil menggerutu, Rose tetap mengikuti suaminya.
“Kau terlihat jauh lebih baik saat duduk seperti ini,” kata Sissy seraya menghampiri Garry. Rasanya dia ingin menangis bahagia lagi melihat Garry yang sekarang sudah tampak lebih sehat.
“Aku sudah baik-baik saja. Dokter bilang aku hanya memerlukan terapi agar kembali seperti sedia kala,” jawab Garry.
“Tubuhmu pasti akan lebih segar jika kau sudah mandi,” kata Sissy setelah memperhatikan rambut Garry yang sangat lepek. Rambut pria itu bahkan sudah panjang hingga hampir menyentuh bahu pria itu. Dia sendiri saja pasti merasa gerah dan tidak nyaman jika lebih dari tiga hari tidak mencuci rambut, apalagi Garry yang tiga bulan tidak mencuci rambut?
“Betul juga. Kurasa aku memang harus mandi,” jawab Garry setuju dan dia bingung saat Sissy langsung tersenyum manis dan bangun tanpa bicara apapun, wanita itu berjalan menuju kamar mandi. Tidak lama wanita itu keluar dari kamar mandi dengan membawa baskom dengan kedua tangannya dan selembar handuk di bahunya. Sissy lalu meletakkan baskom itu di meja sebelah ranjang Garry.
Awalnya Garry berpikir kalau Sissy menyiapkan peralatan untuk dia membasuh badan, namun tiba-tiba wanita itu meraih kancing bajunya dan mulai membuka baju itu.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Garry sambil menepis tangan Sissy setelah dia menyadari kalau Sissy berniat membuka bajunya. Dia tidak mau wanita itu melihat kekurangan dirinya dan saat ini bentuk tubuhnya yang kurus kering itu sangat buruk.
“Membantumu membersihkan diri. Nanti aku akan bertanya pada Dokter, kapan kau boleh mencuci rambut. Setelah mencuci rambut, pasti kau akan merasa lebih segar lagi.” jawab Sissy masih dengan senyum manisnya.
“A-aku bisa melakukannya sendiri,” tolak Garry halus. Melihat senyum Sissy dan jawaban penuh perhatian wanita itu membuat hatinya hangat, tapi tetap saja dia tidak mau Sissy melihat tubuhnya sekarang. Dia bisa memamerkan tubuhnya nanti setelah bentuk tubuh atletisnya kembali, tapi tidak sekarang.
“Biar aku membantumu!” bujuk Sissy sambil kembali berusaha membuka kancing baju Garry.
“Tidak perlu! Aku bisa mandi sendiri,” tolak Garry lagi sambil kembali menepis tangan Sissy.
“Tapi kau baru saja sadar kemarin dan kata dokter tubuhmu pasti sulit masih untuk digerakkan. Biarkan aku membantumu. Lagipula selama kau tidak sadar, aku juga yang membersihkan tubuhmu,” kata Sissy ngotot karena khawatir.
“Apa?! Bukankah ada perawat?” tanya Garry agak panik. Matanya terbelalak ngeri menatap wanita polos di depannya yang menatapnya penuh tekad. Tekad untuk memandikannya seperti anak kecil!
“Aku minta Pak Alfi untuk mengajariku membersihkan tubuhmu. Aku juga yang mencukur janggutmu dan menggunting kukumu. Kau bisa melihat sendiri hasil kerjaku sangat baik, jadi kau tidak perlu khawatir!” kata Sissy membanggakan dirinya dan tangannya kembali mencoba membuka kancing baju Garry.
“What the fuc#?!” umpat Garry dengan wajah memerah. Jadi Sissy sudah melihat tubuh mengerikannya? Dimana harus dia taruh wajahnya sekarang? Egonya sebagai pria tampan yang memiliki tubuh seksi mengalahkan binaragawan langsung runtuh!
****