• DUA BELAS *

1007 Kata
Seattle Departement Police. Alexandra kini duduk di sofa dengan menatap ujung heelsnya yang berwarna putih. Tidak ada satupun dari ke empat orang itu yang berani membuka mulut untuk berbicara setelah mereka semua mendengar pertanyaan Noel sebelumnya. Suasana hening dan canggung sontak menyelimuti ruangan berdominan putih tersebut. Lalu untuk meredam suasana yang berubah tak enak karena ucapannya tadi, Noel pun berdeham pelan sembari berkata, "Apa ada yang ingin minum? Aku akan memesan minuman sekarang jika--" "Aku memang tidak akan bisa menghidupkannya kembali, Detektif," sela Alexandra dengan suara yang agak parau, seperti berusaha menahan tangis yang tertahan di tenggorokannya. Sikapnya yang menggebu- gebu dan penuh antusias, kini berubah menjadi sedingin es dalam hitungan beberapa menit saja. Ia bahkan tidak sudi untuk sekadar menatap Noel ketika ia akhirnya melanjutkan bicaranya. "Tapi setidaknya, biarkan aku melakukan sesuatu untuk kematiannya." Charlie pun mengusap punggung wanita itu dengan lembut dan memandangnya prihatin. "Alexandra," katanya lirih. "Jeff adalah sahabat baikku dan aku sangat mengenalnya," sambung Alexandra, masih dengan nada suara yang begitu dingin dan misterius. "Dia adalah seorang ahli bela diri dan sejauh yang kutahu, dia cukup pandai dalam meretas sistem komputer. Aku hanya berpikir dia akan membantu dalam penyelidikan ini. Aku sama sekali tidak bermaksud bersikap kasar atau tidak menghargaimu, Detektif." Noel membuang wajahnya saat Charlie dan Smith sontak menoleh kepadanya. Alexandra memang ahli dalam membuatnya merasa bersalah rupanya. Bahkan hanya dengan berkata seperti itu, Noel bisa langsung merasakan tidak enak dan tersudutkan. Smith kemudian menyela, "Temanmu itu sangat berbakat, Nona Morran. Kurasa Detektif Noel akan mempertimbangkannya bergabung dalam penyelidikan rahasia ini. Apalagi jika dia memang mengenal dan cukup dekat dengan Louis. Iya, bukan, Detektif?" Noel langsung menghunuskan tatapan tak setuju ke arahnya. Membuat Smith mendadak takut dan berubah pikiran. "Uhm, maksudku, kedengarannya temanmu itu memang mengesankan. Tapi sepertinya, kami tidak bisa menerima sembarangan orang dalam penyelidikan rahasia ini. Bukankah akan sangat berbahaya jika melibatkan orang lain?" "Sebaiknya kau pulang karena peranmu dalam penyelidikan ini tidak terlalu penting," pinta Noel baik-baik. Ya, dia terdengar lebih tenang jika dibandingkan dengan sebelumnya. "Aku akan segera mengabarimu jika kami sudah mendapatkan sesuatu." Noel beranjak dari sofa dan hendak pergi meninggalkan ruangan sebelum tiba-tiba Alexandra berseru, "Maria." Kening Noel berkerut seketika. Kemudian ia berbalik dan menatap Alexandra dengan berbagai pertanyaan dalam sorot matanya yang kecokelatan. "Apa katamu?" "Maria, Wayne dan Paul." Alexandra menghela napas sesaat sebelum kembali melanjutkan, "Mereka adalah orang-orang yang bekerja di rumah Louis selama beberapa tahun ke belakang. Kekasihku tewas beberapa jam setelah Paman Matthew dan Nyonya Paula mengadakan pesta keluarga di rumahnya, bukan? Mereka bilang itu adalah pesta lajang untuk Louis sebelum pernikahan kami." Wajahnya yang semulus porselen dan lembut seperti kapas lalu berpaling pada Noel. Menatapnya dalam dan misterius. "Aku tidak tahu apakah mereka terlibat atau tidak. Tapi kupikir kalian bisa menemukan sesuatu jika mulai menyelidiki pestanya." Smith melirik Noel dan kembali pada Alexandra secara bergantian. Ia menggigit bibirnya pelan sebelum akhirnya kembali bersuara, "Bagaimana jika kita memeriksanya dahulu, Detektif? Kurasa saran dari Nona Morran cukup bagus." Pria penyuka chicken nugget itu lalu melirik Alexandra dengan hati-hati dan mengedikkan kedua bahunya cepat. "Bagaimanapun juga, Nona Morran merupakan salah satu orang yang terdekat dengan Louis. Informasinya pasti solid dan mendasar pada sesuatu." Alexandra bangkit dari sofa dan menyibak rambut brunettenya ke belakang. "Percaya padaku adalah pilihanmu. Tapi jika melewatkan keterangan dari saksi yang posisinya sulit sepertiku, itu adalah kesalahan yang harus kau tanggung sendiri." lalu tubuh semampainya melenggang pergi meninggalkan ruangan. "Alexandra, tunggu!" Sementara Charlie berlari menyusulnya. "Aish, kenapa dia selalu meninggalkanku?" Smith kemudian beranjak dan menepuk bahu rekannya yang tampak gamang di tempatnya. "Bagaimana sekarang, Noel?" rautnya amat penasaran dan tak sabar. "Kau harus mengejarnya dan meminta maaf. Bagaimanapun, dialah satu-satu jalan yang kita miliki dalam penyelidikan ini." Noel memutar kedua bola matanya malas dan terpaksa berlari mengejar Alexandra yang hampir masuk ke dalam mobilnya. Lantas, tangannya yang kokoh buru-buru menarik pergelangan tangan Alexandra dengan kuat hingga tubuh wanita itu terhuyung ke arah Noel dan membuat jarak di antara keduanya hanya beberapa senti saja sekarang. "Apa yang--" "Jangan pergi dan katakan semua yang kau ketahui kepada kami!" timpal Noel sebelum wanita itu sempat bertanya. Mereka beradu pandang dan Noel jelas melihat seringai penuh kemenangan di antara sudut-sudut bibir Alexandra yang merah muda. Ia sangat kesal tapi juga tak punya banyak pilihan. Namun jauh di dalam hatinya, ia merasa lega karena akhirnya kasus ini memiliki titik terang dan sedikit petunjuk. Noel pun melepaskan tangannya dari lengan Alexandra yang begitu kecil dan mengangkat kedua bahunya. "Aku hanya akan memberimu satu kesempatan untuk membantu penyelidikan ini. Jadi--" "Ya, tentu!" potong Alexandra antusias. Wanita bermata biru itu lalu menoleh ke arah Charlie yang sudah berada di dalam mobil dan mengedipkan satu matanya bangga sebelum kembali menghadap Noel. "Maria adalah asisten rumah tangga yang paling sering diberikan instruksi oleh Louis, setidaknya dia pasti tahu satu atau dua kata kunci yang akan membawamu pada kebenaran. Sementara Wayne, kudengar dia masih kerabat Maria yang tinggal di desa dan Maria membantunya masuk ke rumah Louis sebagai seorang tukang kebun, dia pasti tahu siapa saja tamu yang hadir malam itu. Sebagai para pekerja, mereka pasti mengetahui detil dari pestanya." "Bagaimana dengan yang satunya? Siapa tadi, Paul?" "Ooh, Paul? Dia adalah supir pribadi Louis," jawab Alexandra cepat. "Mungkin dia mengetahui sesuatu tentang Louis yang terkait akan tempat-tempat yang sering dikunjunginya belakangan, bukan? Aku tidak terlalu mengenal Paul karena kami hanya bertemu sesekali." Wanita itu menggaruk tengkuk lehernya yang sama sekali tidak gatal dan tersenyum tipis. "Maaf karena aku tidak bisa membantumu menanyakan hal-hal ini kepada mereka secara langsung. Setidaknya aku akan melakukan bagianku dengan baik dan menghargai pekerjaanmu." Noel tersentak. Bagaimana Alexandra bisa mengucapkan kata-kata yang begitu menyentuh hatinya dan membuatnya merasa bersalah dalam waktu bersamaan untuk kesekian kalinya. Ia mendecak kesal dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Tidak apa-apa." "Baiklah kalau begitu, aku akan pergi sekarang," kata Alexandra mengakhiri percakapan mereka. Wanita itu kemudian naik ke dalam mobilnya dan menggunakan sabuk pengamanan. Namun sebelum mobil yang dikendarai oleh Charlie benar-benar pergi meninggalkan kantor polisi Seattle, Alexandra dan Noel saling beradu tatap dan sudut bibir keduanya naik tanpa disadari. "Maaf dan terima kasih, Alexandra." Alexandra mengangguk lembut dan menutup pintu mobilnya dengan cepat. Mobil yang ia kendarai pun segera melaju pergi, sedangkan Noel masih berdiri di tempatnya sembari memandangi mobil Alexandra yang perlahan menghilang. Alexandra, siapakah sebenarnya dirimu? []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN