• SEBELAS *

1013 Kata
Seattle Departments Police. Jam di dinding ruangan Noel telah menunjuk ke angka sepuluh, yang artinya detektif itu sudah duduk merenung di sana selama dua puluh menit bersama rekannya, Smith. Keduanya tengah mempertimbangkan beberapa kemungkinan saksi atau tersangka yang bisa saja terlibat dalam kasus kematian Louis. Bahkan mereka juga memikirkan adanya kemungkinan kaki tangan atau pengalihan di dalam kasus ini. Namun suara ketukan yang keras dan mendesak tiba-tiba terdengar dari arah pintu saat Noel dan Smith sedang melanjutkan diskusi mereka berdua mengenai penyelidikan kasus kematian Louis di ruangannya. Noel bertanya pada Smith, siapakah kira-kira tamu yang mengunjunginya sepagi ini. Karena seingatnya, Noel tidak sedang memiliki janji pertemuan dengan siapapun hari itu. Kalaupun iya, pastilah Noel tidak akan lupa dengan janji temunya sendiri. Smith lalu berinisiatif bergerak untuk membukakan pintu dan pria berusia 28 tahun itu langsung terkejut ketika menemukan Alexandra berdiri di ambang pintu bersama sang manajer, Charlie. "N--nona Morran?" Smith tergagap ketika menemukan sosok yang tidak terduga muncul di hadapannya dan pria erusia 28 tahun itu pun segera melihat wanita di hadapannya dari ujung kaki sampai ujung kepalanya dengan tatapan bingung bercampur tak percaya. Ia lalu melirik Noel sesaat sebelum kembali pada Alexandra. "Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Alexandra menggunakan kaus polos pendek berwarna putih dengan model turtle neck yang serasi saat dipadukan dengan rok jeans pendek. Sedangkan Charlie menggunakan kemeja pendek bermotif bunga-bunga lengkap dengan kacamata model terbaru dengan merk ternama. "Menurutmu, apa?" Alexandra tersenyum lebar dan mendorong bahu Smith hingga ia menyingkir ke sisi pintu. Membuat pria itu terpegun takjub karena pesonanya yang tidak terbantahkan. Kemudian Alexandra berjalan melewati Smtih untuk menghampiri Noel yang duduk di sofa. Sementara Charlie, sang manajer ikut mengekor di belakang Alexandra dengan beberapa kantung belanjaan yang memenuhi kedua tangannya. Ia bahkan tampak kerepotan saat membawa kantung-kantung belanjaan itu melewati tubuh Smith. Beberapa kantung tersebut bahkan tidak sengaja menyenggol tubuh Smith hingga ia kembali terhuyung mundur beberapa langkah dari tempatnya dan punggungnya menabrak dinding sebelum membuatnya mencebik kesal dan ia pun buru-buru berlari menghampiri Noel di sofa. Noel berekspresi datar sementara Alexandra duduk di hadapannya dengan senyum yang begitu ceria. Ia menyilang kakinya dan mengamati ruangan berdominan putih tersebut dengan santai. "Omong-omong, ini kali pertama aku berkunjung ke kantor polisi dan rasanya sangat menakjubkan." Alexandra lalu beralih pada Charlie yang juga ikut duduk di sebelahnya setelah meletakkan semua kantung belanjaan mereka di atas meja--depan sofa. "Bukan begitu, Charlie?" Charlie tersenyum kikuk dan mengangguk pasrah saat Noel dan Smith menatapnya. Sejatinya ia merasa risih dan tidak nyaman melakukan semua hal ini, tapi permintaan Alexandra bukanlah sesuatu yang mudah untuk dibantah. Ia juga tidak bisa membuat penolakan atau Alexandra akan mengancam, melaporkannya pada atasan Charlie--ibu kandung Alexandra--bahwa sebenarnya Charlie tidak menyukai wanita. "Ah, ya, aku hampir lupa! Aku tidak datang ke sini dengan tangan kosong." Wanita berusia 25 tahun itu lalu membuka kedua tangannya di udara dan berseru, "Semua barang-barang ini kubawakan khusus untuk kalian. Aku juga membeli beberapa makanan untuk makan siang kalian hari ini." Mata birunya yang teduh menatap Noel dan Smith bergantian. "Silakan." Smith berdecak kagum dan langsung duduk di sebelah Noel. "Anda luar biasa, Nona!" Ia hendak mengambil kantung--yang katanya--berisi makanan untuk mereka berdua sebelum Noel tiba-tiba menepuk punggung tangan Smith dengan keras hingga ia mengurungkan niatnya tersebut dan berkata, "Tapi tiba-tiba perutku terasa kenyang." karena merasa tidak enak pada Noel. Padahal jauh di dalam perutnya, Smith benar-benar sedang ingin makan sesuatu berbahan ayam. Senyum di kedua sudut bibir Alexandra meredup seketika dan tatapannya yang ramah kini berubah menjadi sangat sinis. Ia telah kembali menjadi Alexandra yang sebenarnya. Netra birunya yang redup menatap Noel dingin sekarang. "Apa yang kau inginkan dari ini semua?" tanya Noel ketus. "Orang sepertimu tidak mungkin repot-repot datang ke kantor polisi hanya untuk cuma cuma. Bukankah aku benar, Nona Morran?" "Ini hanya makanan," jawab Alexandra singkat. Ia kemudian melipat kedua tangannya di d**a dan menghela napas pendek. "Baiklah, aku tidak akan berbasa-basi lagi. Aku ingin membawa Jeff dalam penyelidikan ini juga." Detektif berkulit putih itu pun terkekeh pendek. "Kau bahkan memberi tahu orang lain tanpa seizinku. Kau pikir penyelidikan ini adalah taman bermainmu?!" Ia mengangkat kedua alis dan mencondongkan wajahnya ke arah Alexandra. "Kau sebaiknya berhenti sebelum membuat lebih banyak kekacauan di sini, Gadis Manja." "Kau tidak berhak menilai diriku asal kau tahu," tandas Alexandra tak terima. "Kau bahkan tidak bisa menyelamatkan Louis malam itu." Noel agaknya terkesiap ketika Alexandra mengatakan hal itu padanya. Berlaku juga untuk Smith dan Charlie yang langsung berekspresi kaget lalu melihat wanita itu bingung. "Bukankah jarak antara kantor polisi dengan lokasi kecelakaan kekasihku itu tidaklah jauh?" tanya Alexandra sedih. Matanya yang biru tampak memanas dan pipinya yang tirus mulai terlihat memerah karena berusaha menahan marah. "Jika saja kalian datang lebih cepat ke terowongan Metro, bukankah dia pasti masih hidup sekarang?! Kami seharusnya sudah menjadi suami istri dan hidup dengan akhir yang bahagia, tapi yang terjadi justru--"Alexandra tidak sanggup melanjutkan kalimat yang hendak meluncur deras dari mulutnya karena dadanya yang tiba-tiba terasa sesak ketika mengingat kejadian buruk yang menimpa kekasih--calon suaminya itu. Charlie kemudian berusaha menenangkan keponakannya yang tampak berusaha mati-matian untuk terlihat tegar di hadapan kedua detektif itu dan memegang satu lengan Alexandra. Ia kemudian meremas kuat telapak tangan wanita itu dan menatapnya dengan tatapan kau akan baik baik saja Alexandra. Menahannya agar wanita itu tidak benar-benar lepas kendali dan meluapkan semua emosinya di tempat yang tidak seharusnya. Ia sungguh tidak ingin Alexandra melakukan kesalahan dan membuat kekacauan di kantor polisi. Selain tidak baik untuk reputasinya di industri hiburan, juga akan menyebabkan masalah lain tentunya jika orang lain--terutama papparazi--melihatnya. "Alex, tenanglah. Kendalikan perasaanmu seakrang." Alex menoleh cepat ke arah Charlie dan mulai meneteskan air matanya. "Orang ini sudah keterlaluan, Charlie. Dia memperlakukanku seolah aku ini tidak berharga sama sekali," tandasnya berapi-api. Lalu netra birunya beralih dan melihat Noel dengan tatapan tajam. "Kau seharusnya bekerja dengan benar malam itu. Kau seharusnya menyelamatkan kekasihku asal kau tahu!" Smith pun menyela. "Maaf, Nona. Kami sudah berusaha melakukan yang terbaik. Tapi malam it--" "Lalu apa?" Noel memotong pembicaraan Smith bahkan sebelum ia sempat menyelesaikannya dengan benar daniris cokelatnya yang gelap balas memandang Alexandra dengan sorot sedingin es. Pandangan yang juga sulit diartikan oleh siapapun yang ada di ruangan itu. "Kekasihmu sudah tiada karena dibunuh oleh seseorang. Apakah dengan membuat keributan di sini, kau akhirnya dapat menghidupkannya kembali?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN