>>CHAPTER: 3
~Dua Garis Merah~
>>>>>>>>>>>>>>
Aku takut kau akan
Membunuh nya karena dendam
~Dua Garis Merah~
Amira hanya bisa menatap nanar hasil dua garis merah di testpack yang ia pegang rasanya ia ingin lenyap saja saat tahu ia tengah berbadan dua.
Beberapa hari ini Amira sering mual-mual, pusing, dan menginginkan ini itu maka Amira mencoba mengecek apakah perkiraan nya benar atau tidak.
Amira hanya bisa duduk menangis di dingin nya lantai kamar mandi.
Ia tak ingin anak ini.
Ia benci anak ini dan ayah dari anak ini.
Lagi pula bara pasti akan meminta nya menggugurkan bayi nya karena kebencian bara pada nya dan sudah dua Minggu bara tidak pulang membuktikan bahwa bara tak peduli ia hidup atau mati.
"Kenapa kau harus ada", teriak Amira memukul perut rata nya tak peduli meskipun bayi nya terluka malah bagus.
"Aku tak menginginkan mu"
"Kau harus mati"
Amira terus berteriak ingin membunuh janin nya namun ia tak akan mampu melakukan itu karena ia terlalu lemah untuk membunuh janin tak berdosa itu.
Amira mengisi bak mandi nya dengan air hangat dan tak lupa sabun mandi nya.
Hari ini Amira akan menjadi pembunuh dari janin nya.
Kata orang kalau berendam di dalam air hangat berjam-jam dapat menggugurkan kandungan apalagi usia nya masih muda.
Amira memasuki bak mandi nya dan berusaha serileks mungkin sampai ia terlelap.
~Dua Garis Merah~
Bara memasuki mansion mewah nan megah dengan malas sebenarnya ia kesini hanya untuk memberikan surat perceraian kepada Amira.
Bilang lah bara gila bahkan umur pernikahan mereka baru satu bulan namun bagaimana lagi ia tak sanggup menjalani nya apalagi berusaha menyakiti Amira.
Saat memasuki kamar nya dan Amira bara tak melihat Amira membuat nya bertanya-tanya ke mana wanita itu di jam sembilan malam.
Saat bara melihat kabar mandi begitu terkejut nya melihat Amira berendam dan ada air yang sudah bercampur darah.
Secepat kilat bara menggendong Amira keluar dari bak mandi dan memakaikan baju tidur pada Amira tak lupa memanggil dokter untuk mengecek kondisi Amira.
Saat bara masuk ke kamar mandi mencari tahu apa motif istri nya itu bunuh diri bara melihat testpack tergeletak di lantai.
Amira hamil.
~Dua Garis Merah~
"Kau ingin menjadi pembunuh?", Tanya bara dingin menatap tajam Amira yang sedang berbaring.
"Aku tak menginginkan anak ini" jawab Amira menatap ke depan enggan menatap bara yang sedang menatap nya tajam.
"Yang aku tahu kau wanita berpendidikan dan memiliki ilmu agama yang tinggi namun yang kau lakukan tak mencerminkan diri mu"
"Jangan merasa sudah mengenal ku dalam karena kau bahkan tak tahu apa pun tentang ku"
"Janin itu masih hidup", ucap bara membuat Amira refleks menatap bara.
Bara dapat melihat sekilas sirat kebahagiaan di manik mata hitam legam milik Amira.
"Aku akan menggugurkannya dan seperti nya pun kau sudah ingin bercerai dengan ku jadi kita tak ada hubungan lagi", ucap Amira saat melihat surat perceraian tergeletak di atas meja.
"Seterah diri mu", ucap bara berlalu pergi membawa surat perceraian itu sedangkan Amira hanya diam dalam tangis nya.
"Apa ini akhir dari pernikahan ini yaitu perceraian dewa", tangis Amira.
Bara pergi dengan perasaan bercampur aduk, ia ingin anak dalam kandungan Amira bertahan namun melihat usaha gigih Amira membunuh anak itu membuat ego bara tak mau melarang Amira.
~Dua Garis Merah~
"Hoek Hoek Hoek"
Sedari tadi Amira terus saja muntah ditambah kepala nya yang pusing dan berkunang-kunang.
"Kau bisa tidak jangan menyusahkan ku", teriak Amira memukul perut rata nya.
Amira berjalan menuruni tangga saat sudah sampai di ruang makan, ia melihat bara sedang sarapan dengan sandwich nanas.
Entah mengapa Amira ingin sekali Sandwich nanas yang sudah setengah dimakan bara.
Amira duduk di kursi meja makan namun pandangan nya terus tertuju pada Sandwich nanas itu.
"Apa lihat-lihat", ketus bara yang sedari tadi menyadari diperhatikan oleh Amira.
"Sandwich nya enak ya", ucap Amira basa-basi.
"To the point aja", ucap bara malas meladeni nya.
"Mau Sandwich nya", pinta Amira dengan wajah memelas.
"Itu banyak tinggal dioles", jawab bara malas.
"Mau nya yang Lo makan", ucap Amira lagi.
"Nih ambil aja, gue juga engga butuh", ucap bara berlalu pergi sedangkan Amira langsung mencomot Sandwich bekas bara.
~Dua Garis Merah~
"Apaan ini ayah", teriak Amira saat melihat ayah nya mendorong kakak laki-laki nya, Varun Delrata Raksa.
"Mau apa kau kesini, setelah membuat Avira batal menikah kau masih punya muka untuk memasuki rumah ini", teriak Salim Delsata Raksa- ayah nya.
"Apa anak kesayangan mu itu tak memberitahu mu bahwa ia yang kabur dari pernikahan bukan aku yang membatalkan pernikahan nya", ejek Amira pada ayah nya.
"Pergi dari rumah ku w************n", teriak Salma ibu nya.
"Aku akan pergi tapi mengapa kalian mengusir kak Varun?", Tanya Amira memeluk kakak nya yang terus saja berteriak dan berontak.
"Kau dan dia hanya bisa menyusahkan ku, kau pikir aku mau membiayai perawatan kakak cacat mu itu", teriak Salim meskipun kenyataan nya kekayaan nya tak akan habis hanya untuk merawat putra kandung nya.
"Kakak begini juga karena ayah coba saja ayah merestui hubungan kakak dan kak Sonam pasti sekarang kakak dan kak Sonam hidup bahagia", teriak Amira menunjuk ayah nya.
Amira ingat bagaimana Varun memperjuangkan hubungan nya dengan Sonam namun ayah nya menolak menerima hubungan mereka sampai ayah nya menyuruh anak buah nya untuk menabrak Sonam, Varun berusaha menolong Sonam namun naas Sonam telah meninggal dunia, Varun yang sempat terpental kepala nya membuat ia gila dan terus memikirkan Sonam yang telah pergi selama nya.
"Aku tak mau mendengar penjelasan dari kalian berdua anak kurang ajar", ucap Salma menutup pintu rumah megah nya.
"Sonam Sonam akan kembali", racau Varun saat Amira memasukkan nya ke dalam mobil.
"Aku tak mau pergi Sonam akan datang kesini dan kita akan bahagia", teriak Varun memukul kaca mobil Amira saat Amira menjalankan mobil nya.
"Aku akan menjaga mu kak", ucap Amira menatap kakak nya yang sudah ia beri obat penenang.
"Sonam", lirih Varun lalu tertidur.
~Dua Garis Merah~
"Kakak ayo makan", ucap Amira menyuapi Varun namun Varun malah melempar sendok berisi makanan itu
"Aku mau Sonam, Sonam di mana"
"Kakak Sonam pasti kembali kak tenang saja", ucap Amira namun Varun bertambah berontak.
Tanpa Varun sadar dia melukai adik nya dengan cakaran-cakaran nya di lengan, bahu, dan punggung Amira bahkan baju tidur Amira robek sedikit namun tak membuat Amira berhenti memeluk dan menenangkan kakak nya.
"Kakak cukup hiks hiks", tangis amira membuat Varun terdiam.
"Aku menyakiti mu Amira", ucap Varun membuat Amira langsung memeluk kakak nya lebih erat seakan takut kehilangan kakak nya.
Amira senang ini pertama kali nya Varun dapat menyebut nama nya setelah kematian Sonam.
Tanpa Amira dan Varun sadari bara melihat semua nya kalau saja ia tak tahu bahwa Varun kakak nya Amira pasti ia akan mengira bahwa Amira selingkuh melihat kesabaran Amira merawat Varun.
~Dua Garis Merah~
"Buggghhh"
"Buggghhh"
"Buggghhh"
Bara terus saja memukuli Varun tak peduli Varun sudah babak belur bahkan hampir mati.
"STOP BARA", teriak Amira dengan air mata yang sudah bercucuran, rambut berantakan, dan sari yang robek.
Amira memeluk tubuh Varun dengan air mata yang mengalir deras.
"Kau membela nya biar aku beritahu pada mu mungkin kau sudah lupa beberapa menit yang lalu pria ini berusaha memperkosa mu Amira Delvata Raksa", bentak bara menunjuk Varun.
Amira tahu itu, ia pun tak menyangka Varun hampir saja memperkosa nya kalau saja bara tak menyelamatkan nya.
Flashback On
Amira memasuki kamar Varun membawa s**u dan obat-obatan untuk Varun.
"Sonam", panggil Varun saat Amira masuk, Amira langsung menaruh s**u dan obat Varun.
"Kakak kau baik-baik saja", ucap Amira yang merasa Varun semakin sakit sampai menyebut nya Sonam.
Namun siapa sangka Varun mendorong nya ke tempat tidur dan menindih tubuh mungil nya.
"Kakak apa yang kau lakukan?"
Amira terus meronta minta dilepaskan namun tenaga Varun lebih besar dari nya.
"TOLONG TOLONG KAKAK HENTIKAN HIKS HIKS", TANGIS AMIRA SAAT VARUN MEROBEK SARI NYA DAN......
"BRAKKK"
BARA YANG MELIHAT VARUN BERUSAHA MEMPERKOSA AMIRA LANGSUNG MEMUKUL PRIA KURANG WARAS ITU HINGGA BABAK BELUR.
Flashback Of
"Sekali lagi kau memukul kakak ku pisau ini akan menancap di jantung mu", ancam Amira memegang pisau tajam yang tadi nya untuk memotong buah untuk Varun kakak nya.
"Sonam Sonam pria itu jahat", racau Varun memeluk Amira erat dengan menunjuk bara yang menatap Amira sengit.
"Akan ku buat kau tak bisa bertemu dengan kakak mu lagi", ucap bara sambil memanggil Hans, orang kepercayaan nya.
Hans datang ke dalam kamar itu dan kaget melihat kondisi Amira yang memakai sari robek dan rambut acak-acakan.
Bara yang melihat Hans menatap Amira terus ingin menegur nya namun
"Jauhi mata mu dia Sonam ku", ucap Varun mengambil selimut dan menutupi tubuh Amira.
Rahang bara mengeras melihat perlakuan Varun dan Amira yang selalu tersenyum pada Varun.
"Hans bawa pria gila ini jauh dari rumah ku", perintah bara membuat Amira langsung memeluk Varun erat.
"Tidak jangan berani bergerak", teriak Amira memeluk kakak erat ia menatap mohon pada bara berusaha agar bara tidak membawa kakak nya pergi dari nya namun bara tetap lah bara, apa yang dikatakan oleh bara tak akan ditarik lagi oleh bara.
Hans berusaha menarik Amira dari Hans namun kesulitan karena Amira terus memeluk erat Varun dan Hans tidak boleh menyentuh tangan Amira karena bara melarang lalu bagaimana ia memisahkan Amira dengan Varun.
Bara yang melihat Hans kesulitan mulai berjalan menarik tubuh Amira ke dekapan nya dengan mudah mengingat tenaga bara yang jauh lebih besar dari tubuh mungil Amira.
"Lepaskan bara lepaskan jangan bawa kakak pergi jangan KAKAK JANGAN PERGI JANGAN BAWA KAKAK KU b******n hiks hiks", teriak Amira meronta-ronta di dekapan bara berusaha melepaskan diri dari dekapan bara.
"Kakak jangan pergi hiks hiks", tangis Amira saat Hans membawa Varun keluar dari kamar.
"Amira tolong Amira ada yang mau culik aku Amira", teriak Varun berusaha meraih Amira namun tak bisa.
"Kakak kak Varun hiks hiks", tangis Amira saat kakak nya sudah menghilang dari kamar meninggalkan ia dan bara yang terus memeluk nya erat.
"Kakak Amira sayang kakak jangan tinggalin Amira", ucap Amira pelan lalu tertidur membuat bara menatap kasihan pada Amira ia harus melakukan ini demi kebaikan Amira dan Varun sendiri karena Varun akan selalu menganggap Amira sebagai kekasih nya yang sudah meninggal.
Kau iblis bahkan
Satu-satunya kebahagiaan
ku kau ambil
~Dua Garis Merah~
Amira terus saja menangis dan berteriak sendirian di kamar nya yang sepi dan gelap.
Tiga jam lalu ia terbangun dari pingsan nya dan mengingat perbuatan jahat b******n bara membuat nya menangis takut bara melukai kakak nya Varun apalagi melihat sifat bara yang tak segan-segan melukai nya walaupun ia wanita apalagi Varun.
Amira tak peduli ia takut kegelapan atau sendirian yang ia takutkan sekarang adalah bara yang akan menyakiti Varun.
Mata indah itu pun sudah merah dan bengkak karena sudah lama menangis bahkan air mata nya sudah tidak bisa keluar seakan sudah lelah mengalir di pipi tirus nya.
"Cklek"
Bunyi pintu dibuka tak membuat Amira melihat ke arah pintu karena ia sudah tahu bahwa itu bara karena wangi maskulin pria itu.
"Kau sudah bangun?, Kenapa tidak dihidupkan lampu nya", ucap bara menghidupkan lampu di ruangan gelap itu.
Saat lampu menyala bara dapat melihat jelas penampilan Amira yang sangat kacau, dan tatapan kosong Amira ke arah depan televisi padahal tv itu mati.
"Kau tak apa?", Tanya bara khawatir menyentuh pundak telanjang Amira mengingat sari Amira yang dirobek Varun membuat bara geram.
"Jauhkan tangan kotor mu dari ku b******k", ucap Amira tajam membuat bara geram.
Bara memang tak boleh bersikap lembut pada wanita itu karena istri nya yang arogan ini akan besar kepala.
"Kau tau aku berusaha baik pada mu karena anak yang kau kandung yang tak lain tak bukan adalah anak ku jadi kau jangan besar kepala jalang", ucap bara menarik rambut Amira kuat membuat Amira kesakitan namun Amira tak mau terlihat lemah di depan pria ini.
"JAWAB AKU AMIRA DELVATA RAKSA", teriak bara geram dengan sikap diam Amira yang malah lebih membuat nya marah dari pada mendengar jawaban pedas Amira.
Amira tetap diam tak bagai patung bahkan orang yang melihat tatapan kosong nya yang hampa bagai mayat hidup.
Kehidupan ini seakan perlahan-lahan membunuh Amira bahkan lebih sakit dari penyakit mematikan dalam tubuh nya.
Amira dan Avira kembar namun fisik mereka berbeda.
Sejak lahir Amira mengalami kebocoran jantung, jantung nya tidak dapat bekerja dengan benar sehingga ia mengalami anemia akut, kekurangan darah tak cukup penyakit kebocoran gas jantung yang Amira alami dari lahir, Amira pun divonis menderita penyakit gagal ginjal saat usia nya sepuluh tahun, hidup dengan kedua ginjal yang tak berfungsi dengan baik mengajarkan Amira untuk menghargai kehidupan nya yang hanya sementara.
Saat usia lima belas tahun, rumah sakit baru dapat menemukan ginjal yang cocok untuk Amira tetapi hanya satu, tapi setidaknya itu lebih baik dari pada hidup dengan dua ginjal rusak.
Saat umur nya dua puluh tahun baru Amira bisa merasakan kehidupan dengan kedua ginjal yang berfungsi dengan baik namun tetap saja Amira tak boleh kelelahan, berlari sedikit saja ia sudah sesak nafas, tubuh pucat, lalu pingsan dan dirawat selama dua Minggu.
Tak cukup tuhan memberi begitu banyak penyakit mematikan bagi Amira, bahkan tuhan membuat Amira mengetahui Fakta bahwa Sidharth pria yang ia cintai malah mencintai kakak nya dan ia harus menikah dengan pria yang akan membuat nya lebih menderita, lalu Varun kakak satu-satu nya orang yang peduli akan penyakit nya karena orang tua nya bahkan tak mau peduli dengan Amira dibawa paksa oleh bara, kapan tuhan memberikan Amira kebahagiaan sebelum kematian menjemput?.
Diamnya Amira membuat bara khawatir dan takut.
"JANGAN BESAR KEPALA KAU JALANG BERANI NYA KAU TIDAK MENJAWAB PERTANYAAN KU KAU KIRA KAU SIAPA?", bentak bara namun Amira tetap diam membuat bara bertambah khawatir namun ego nya tak mau bersikap lembut pada istri arogan nya ini.
"Hhhhhhhh"
Bara yang melihat Amira sesak nafas langsung mengambil obat pada Amira namun wanita itu menolak membuat bara kesal dan langsung memaksa Amira membuat mulut dengan cara mencekik leher Amira dan benar cara itu berhasil namun tak membuat keadaan Amira membaik.
Amira merasakan kesakitan ini setelah satu bulan berusaha kuat dan tegar menghadapi bara yang selalu menyiksa nya membuat Amira tak mau kemoterapi dan cuci darah setiap seminggu sekali karena Amira pun tak punya uang diberi makan dan tempat tinggal oleh bara saja sudah syukur.
Bara tak tahu harus melakukan apa saat melihat tubuh Amira mendadak pucat seperti mayat, bibir merah muda nya pun menjadi pucat pasi, keringat dingin lmembasahi tubuh Amira membuat Amira langsung menggendong Amira ke mobil membawa nya ke dokter setelah menyuruh dokter di rumah sakit ternama milik nya untuk mempersiapkan ruang operasi untuk Amira.
Bara mengemudikan mobil sport terbaru nya dengan kecepatan tinggi tak peduli akan menabrak tiang atau pejalan kaki yang menyeberang karena sekarang ia sangat khawatir dan takut melihat kondisi Amira yang tiba-tiba drop.
"Tak perlu membawa ku bero....bat karena aku ini juga akan mati sebe.....sebentar lagi", ucap Amira pelan dengan rintihan kesakitan lalu pingsan membuat bara bertambah khawatir.
Bara langsung menggendong Amira ala bridal style ke dalam rumah sakit besar dan mewah milik nya dan di dalam sudah ada dokter ahli bedah dan para suster menunggu kedatangan nya dan Amira.
"Bertahanlah, hiduplah demi diri ku Amira", ucap bara tulus mengesampingkan ego nya.
Bara ingin Amira dan anak nya selamat dan tetap disisi nya walau nanti ia kembali menyakiti kedua nya secara tidak langsung.
~Dua Garis Merah~
Bara menggenggam tangan wanita yang menjadi istri nya ini yang sudah koma sebulan.
Bara tak percaya dibalik sikap arogan dan tegar Amira, wanita itu menyimpan penyakit mematikan dari lahir ditambah ia baru operasi ginjal.
Kebocoran jantung, asma akut, maag kronis, gagal ginjal, dan anemia akut.
Amira memborong penyakit mematikan itu di dalam tubuh nya sendiri tak mau orang asing mengetahui kelemahan dibalik kekuatan dan keceriaan wanita ini.
Amira bahkan masih bisa menjaga janin dalam kandungan nya dengan baik meskipun ia sedang koma walaupun hanya diberi pil penguat kandungan dan pil lain nya demi kesehatan Amira dan anak nya.
Bara akui Amira adalah wanita paling kuat yang pernah ia temui selama tiga puluh tahun hidup nya.
"Kau pasti tidak mau bangun karena takut aku akan melukai mu dan janin mu kan?", Tanya bara pada tubuh kaku di samping nya.
"Tapi, kau salah aku tak akan menyakiti mu dan janin mu, maafkan aku yang sudah melukai mu baik fisik maupun batin, maafkan aku Amira maafkan aku hiks hiks"
Untuk pertama kali nya ia menangis dan itu demi Amira wanita kuat dan tak kenal sakit.
Bara ingin mata indah yang selalu terlihat kuat itu menatap nya dan bibir ranum itu mengucap nama nya.
~Dua Garis Merah~
5 bulan kemudian
Bara membawa bunga mawar putih kesukaan amira, istri nya.
Sudah enam bulan Amira koma tak sadarkan diri dan usia kandungan Amira sudah tujuh bulan entah mukjizat atau apa, tapi janin Amira tak terpengaruh obat-obat yang masuk dalam tubuh Amira.
"Hei aku membawa bunga mawar putih untuk mu, istri ku Amira delvata raksa", ucap bara lembut pada tubuh yang terbalut lemah di samping nya.
"Apa kau tak lelah tidur selama enam bulan, aku tahu kau mendengar, aku tahu kau membenci ku namun bangunlah jangan seperti ini diam dan tak menjawab ku", ucap bara parau menahan air mata yang sudah di ujung.
Selama enam bulan ini bara menunggu Amira sadar berkunjung setiap hari di sela kesibukan nya sebagai pengusaha terkaya di Asia.
"Kau tahu, anak kita kembar berbeda jenis kelamin cowok dan cewek dokter memberitahu ku, saat itu aku senang sekali karena anak-anak kita akan lahir dua bulan lagi, tapi sedih di saat bersamaan mengingat kau yang belum siuman", ucap bara mengingat perkataan dokter bahwa Amira akan melahirkan sesar apabila wanita itu belum siuman saat hari persalinan.
"Tuhan bangunkan lah Amira selamatkan lah ia mungkin aku pembawa sial dalam hidup nya maka dari itu aku akan menjauhi Amira saat Amira siuman", janji bara sudah putus asa melihat keadaan Amira.
Bara merasakan itu tangan yang ia genggam mulai bergerak perlahan dan bara yakin ia tak salah lihat mata indah itu terbuka perlahan.
"Bara"
>>>>>>>>>>>>>>