Saat sendiri di dalam rumah, merasa ada yang mengawasi, tapi saat aku cek tidak ada. Kembali ke dalam Vill suasana hening dan sunyi, ada banyak perasaan yang berkecamuk dalam dadaku, keinginan untuk kabur kembali muncul di kepalaku. Aku berpikir menikah akan membuat hidupku akan seperti di neraka, karena baru hitungan minggu menikah dengan Farel, ia sudah mengaturku. "Apa yang akan terjadi selanjutnya?" Aku berdiri kembali di depan kaca, aku baru nyadar, selama ini, aku tidak pernah memperhatikan asupan gizi untuknya, janin di rahimku, tumbuh begitu saja tanpa aku pernah perhatikan dan tidak pernah memeriksa ke dokter. Hanya Farel yang selalu mengingatkan ku dan ia sendiri yang memeriksanya. Jika ia memeriksa aku akan sibuk main ponsel seolah-olah janin dalam rahimku hanya milik Farel.