Tidur dengan Pria Asing

1175 Kata
Aku menghiraukannya pesan dari Virto, turun ke lantai dansa, efek minum dua gelas membuatku tidak bisa mengendalikan diri. Meliukkan tubuh mengikuti alunan irama musik yang menggema di dalam ruangan klup malam yang kami datangi. Rasi menarikku ke bagian tengah berbaur dengan pengunjung yang di dominan lelaki muda, melihat Rasi membuka belezer miliknya, para lelaki muda itu mengerumuni kami berdua. Meminta Rasi naik ke atas meja dan menyelipkan lembaran-lembaran uang lima puluh ribuan ke dalam bra, ia semakin menari dengan lincah memperlihatkan keindahan tubuhnya. Aku memilih melenggok mengikuti irama musik, tidak menghiraukan ajakan mereka yang meminta menemani para tamu. “Ayo Neng temani Om minum,” ajak seorang lelaki berbadan tambun. “Tidak Om, aku ingin dabing, sampai pagi,” ujar ku menolak ajakannya, aku lihat dari stelan pakaiannya, ia lelaki yang banyak duit, bandot tua itu meninggalkanku, setelah aku menolak. Sebenarnya di klup malam itu untuk seorang wanita cantik sepertiku gampang mendapatkan uang , hanya diajak menemani untuk minum juga sudah mendapatkan uang , kalau di pakai beda lagi. Tetapi kali ini, niatku tidak untuk mencari uang, apalagi mencari kehangatan. Aku hanya ingin membuang beban pikiran yang menumpuk. Melihat istri Mas Virto membagikan momen bahagia mereka di media sosial selama liburan membuatku marah, padahal aku tidak seharusnya marah dan tidak berhak untuk marah. Tetapi belakangan ini hatiku mulai berontak, hati ini mulai jenuh. Lima tahun menjadi pemuas hasrat Mas Virto, selama itu aku merasa enjoy karena semua kebutuhanku di penuhi dan di cukupkan, tetapi hati ini mulai merasa lelah. Puncaknya lima bulan yang lalu, istrinya Mas Virto mendatangi apartemenku, sebuah apartemen yang ia berikan Mas Virto untukku. Wanita itu datang membawa beberapa pria, istrinya memukuli dan mengusirku dari apartemen yang dulu aku pikir sudah milikku, ternyata semuanya tidak bisa menjadi milikku, kata-katanya masih membekas di hati. “Dengar wanita hina …! kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan apapun dari suamiku, selain miliknya yang besar itu, tenang saja, aku rela membaginya untukmu,” ujar istri Mas Virto dengan lantang malam itu. “Aku tidak memintanya jadi milikku,” ujarku menatapnya dengan berani. “Kalau kamu tidak ingin memilikinya, tidak mungkin kamu mau bertahan dengan dengannya, padahal jelas-jelas kamu sudah tahu kalau dia sudah punya anak dan istri.” “Dia yang selalu mengejarku bahkan tidak mau melepaskan ku.” “Dia yang tidak mau? atau kamu yang tidak mau melepaskannya karena milik yang besar itu?” Melihat wanita itu marah besar, dan belum lagi ia membawa preman, aku hanya diam dan pasrah, wanita itu menjambak dan memukulku. Beruntung seorang teman datang menolong saat itu, makanya aku selamat. Sejak saat itu hatiku mulai merasa jenuh dan ingin lepas dari lelaki berbadan kekar itu, menjadi simpanannya sesuatu hal yang sangat buruk, saat ini aku hanya menempati kontrakan kecil yang jauh dari jangkauan istrinya. Lalu untuk apa bertahan? Maka saat teman mengajak dugem aku langsung setuju, anak-anak aman karena ada sama ayah mereka. Aku ingin berhenti menjadi peliharaan Mas Virto, aku ingin bebas. Bunyi getaran ponsel yang aku letakkan di atas meja, ini sudah getaran yang kesekian kalinya, tetapi aku memilih menghiraukan. Kuraih benda berisik dan pengganggu itu dan kumasukkan ke dalam tas tangan milikku, setelah menegak satu botol, aku turun lagi ke lantai dansa, lanjut bergoyang mengikuti alunan musik yang menggelegar, Iren menarikku lingkaran paling tengah dan bergoyang dan berjingkrak-jingkrak sampai kaki lemas. "Aku sudah tidak kuat lagi!" teriakku ke kuping Irena . Wanita cantik berkulit putih itu mendekatkan kupingnya. "Apa?" "Aku sudah tidak kuat!" teriakku untuk kedua kalinya. "Sebentar lagi, belum juga pagi, ayo kita dubing sampai pagi, biar aku yang traktir!" teriaknya ke kupingku, suara keras itu walau teriak hanya aku yang bisa mendengar. "Aku takut ada teman Virto yang ke sini nanti,” ucapku. "Tenang, tidak ada, gue kenal semua orang-orang di sini dan kenal dengan semua tamu yang datang,” balas Iren, aku percaya padanya bahkan terlalu percaya pada Iren. "Ok, jagain gue jangan sampai over, ya!" "Ok," ucapnya dengan membentuk jari-jarinya bentuk 'O' Lanjut bergoyang meliuk-liuk kan tubuhnya yang seksi, dan sesekali ia meliuk manja, membusungkan dadanya dengan gerakkan nakal ke arah pria-pria yang mengerumuni nya. Kakiku sudah mulai tidak berdaya, seorang pria jumawan mendekat mengajakku menemaninya berjoget. Namun, aku menolaknya dengan halus, aku tidak ingin menemani ataupun ingin menghibur siapapun. Aku hanya ingin meluapkan semua beban dalam hati ini. Karena kaki tidak tahan lagi sebab berjoget sampai pagi, aku memilih duduk di sofa di samping seorang wanita paruh baya bertubuh tambun, dia kami panggil mami. wanita-wanita seksi yang berkeliaran di bar itu anak-anak asuhannya, dia seorang g***o. "Kok semua di tolak, Neng? lu sudah punya banyak duit ya,” ucap wanita bertubuh tambun itu padaku. "Lagi pusing Mi," ujar ku meletakkan kepala di atas meja, mataku terasa sangat ngantuk berat, setelah minum gelas yang disodorkan Iren padaku tadi, hingga akhirnya aku tertidur dengan pulas. ** Sinar mentari pagi memantul tepat di wajahku membuatku terbangun, tubuhku terasa sangat sakit, saat aku menoleh ke samping. Jantungku berdetak sangat kuat, menatap sosok tubuh seorang lelaki yang berbaring di sampingku, seorang lelaki berotot keras tidak mengenakan pakaian tertidur Telungkup di sampingku, aku semakin panik saat mengintip bagian bawahku yang tertutup selimut. "Oh dasar jalang sialan kamu Ririn" makiku dengan kesal pada diri sendiri. Aku memungut pakaianku satu-satu persatu yang berserak di lantai, entah kejadian apa yang telah terjadi antara kami tadi malam dengan lelaki asing itu, aku belum bisa mengingatnya, aku hanya merasa badanku bagai ditimpa balok beton dan kepala masih pusing. 'Oh, aku harus keluar dari sini sebelum pria ini terbangun' Dengan sikap hati-hati aku mengenakan pakaian dan keluar dari kamar pria asing yang telah membawaku malam ini. Aku tidak tidak ingin ia bangun dan tidak ingin ia melihatku, aku juga tidak perlu tahu siapa ia, aku berharap dia amnesia selamanya dan melupakan ku. Aku keluar dari ruangan itu dengan diam-diam, bahkan saat turun di dalam lift orang -orang menatapku dengan tatapan intimidasi, aku tidak perduli dengan tatapan mereka, yang aku perduli kan nasip ku yang malang. Bagaimana kalau Mas Virto sampai tahu akan hal ini, maka kelar sudah hidupku. Hal permata yang aku cari saat turun ke lantai dasar adalah kamar mandi, saat menatap pantulan kaca, bukan hanya aku yang kaget dengan penampilan sendiri, bahkan kuntilanak sekalipun pasti akan terkejut dengan wujud ku yang berantakan. Maskara yang luncur membuat garis-garis hitam di area mata, dan saat ini bukan bibirku yang merah, melainkan wajahku yang penuh dengan caoretan-coretan lipstik berwarna merah. "Apa yang di lakukan lelaki k*****t itu padaku sih?"ujar ku membasuh wajah dengan air kamar mandi. Hal selanjutnya yang aku khawatirkan adalah ponselku, ku rogoh tas kecil itu mendapatkan benda pipih persegi empat itu, ku usap layarnya dan mata ini melotot tajam karena panik Ada banyak pesan masuk, dan puluhan panggilan yang tidak terjawab, yang pemanggilnya tidak usah di tanya lagi sudah pasti'Mas Virto. Aku panik, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku malam itu, aku tidak bisa mengingatnya, aku juga tidak tahu siapa lagi pria yang tidur bersamaku tadi malam. Masalah dengan mantan suamiku belum selesai, sekarang aku juga tidur dengan pria lain. Aku punya Virasat kalau Virto akan menghajarku sampai mati. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN