Berawal dari Suami Selingkuh dengan Sahabat

1019 Kata
Kami masih di mall, Dimas, menawarkan ini-itu padaku tetapi, aku tidak mau menerimanya, cukup kebutuhan anak- anak terpenuhi, paling utama kebutuhan sekolah mereka berdua. Buat ku saat itu, hal yang paling penting karena memang itu tanggung jawab Dimas sebagai ayah anak-anak, terkadang merasa tidak nyaman saat Virto membelikan kebutuhan sekolah anak-anakku. Tetapi, bagaimana mana lagi untuk bisa bertahan di dunia yang keras ini, aku harus membuang gengsi dan rasa malu. “Jeny lapar, makan dulu ayo,” bujuk Jeny saat kami mau pulang, tangan kedua di penuhi barang-barang belanjaa. “Aku juga lapar,” ucap si sulung, ikut memegangi perut. “Baiklah, kita makan dulu, kita makan di mana?” tanya Dimas menatap Damar dan Jeny bergantian, kalau menatapku aku tidak ingin bicara, biarkan anak-anak yang memilih, di mana mereka makan. “Itu." Damar menunjuk tempat makan dengan makanan cepat saji dengan logo orang tua. Kebersamaan kami dengan anak-anak dan ayah mereka membuatku melupakan pesan chating Mas Virto yang belum aku balas, aku tidak ingin merusak hari senang mereka, aku menghiraukan ponsel yang ada di dalam tas, paling sialnya ponselnya mati karena lowbet tidak menyadari karena terlalu larut dalam kesenangan anak-anak. Melihat mereka bergembira entah kenapa hati ini begitu sedih, karena aku dan Dimas merasa merebut kebahagian keduanya, apa yang aku rasakan saat anak-anak, kini di alami anakku. Dulu, aku masih kecil, aku melihat ibuku menjadi simpanan lelaki beristri, dan kini anak-anak itu harus melihatku seperti itu dan merasakan apa yang aku rasakan dulu. Terkadang aku bertanya dalam hati; 'Apakah takdir buruk itu juga keturunan?' Karena ibuku bercerita ia juga korban dari broken home, aku selalu berharap anak-anakku tidak mengalami nasib hidup yang aku alami, saat melihat si cantik Jeny. ‘Apakah jeny juga nanti akan sepertiku? Aku berharap tidak lagi, aku berharap putri cantikku mendapat kehidupan yang lebih baik’ ucapku dalam hati. Melihat mereka berdua tampak bahagia karena kami ber empat bisa berkumpul, mengingatkan ku untuk ajakan Dimas untuk rujuk kembali dengan alasan demi anak-anak. Namun , hati ini belum bisa memaafkan apa yang diperbuat Dimas saat itu, ia berselingkuh dengan sehabat baikku, sahabat yang sudah aku anggap sebagai adik sendiri. Aku kasih makan dan aku biarkan ia tinggal di rumah kami saat itu dan aku bekerja sebagai SPG motor, semua kebutuhannya aku tanggung karena ia baru datang dari kampung dan belum memiliki penghasilan. Namun, kebaikan ku di balas dengan pengkhianatan. Wanita yang aku tolong, tidur dengan suamiku di ranjang kami. ‘Aku bagai menolong anjing yang ke jepit, saat di tolong, ia malah menggigit’ Flashback Tentang perselingkuhan suamiku dengan sahabatku. Saat itu aku baru pulang malam, sebenarnya aku di tugaskan sampai shift malam sampai pagi . Namun karena ada perubahan skedul aku batal shift malam, dan mungkin ini cara Allah untuk menunjukkan kebusukan sahabatku dan suamiku. Saat itu sudah larut malam, tidak ingin membangunkan anak-anak dan suami, jadi memutuskan membuka pintu belakang dengan pelan-pelan takut membangunkan anak-anak. Namun, saat aku hendak masuk kamar aku temanggung, suara desahan riuh dari kamar kami dengan Dimas. Dengan panik aku membuka pintu. Mata ini terbelalak kaget, Dimas sedang menindih tubuh wanita yang aku tolong, sahabatku, teman masa kecilku. “Oh! Apa yang kau lakukan?” aku berteriak marah saat itu. “A-a-a Teh.” Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. "Bu, kita pulang?" Jeny membangunkan ku dari lamunan panjang. Tetapi kali ini ia juga yang mendorongku ke dalam lumpur yang semakin dalam,aku depresi saat memikirkan perselingkuhan suamiku dan sahabatku, untuk bisa mengobati rasa sakit itu, aku kembali ke dunia malam ku, bahkan lebih buruk, dalam satu malam aku bisa melayani tiga p****************g dan menjajakan diri ke berbagai pria berduit. Tetapi kelasku tinggi, aku tidak mau berkencan dengan pria biasa yang hanya membayar hanya ratusan ribu booking satu malam. Tetapi aku memilih target yang tajir yang bisa mencukupi kehidupan ku dalam satu bulan hanya satu kencan. Setelah berbulan-bulan menjalani hidup dengan sangat gila dan bebas, Dimas akhirnya setuju berpisah. Hak asuh anak jatuh ke tanganku, tetapi ia akan memberi jatah tiap bulan, setelah berpisah bukannya membaik malah tambah parah, anak-anak jadi terlantar, untungnya ada ibu yang bersedia menjaga dan merawat kedua anak-anakku dengan baik. Terkadang aku lelah bertanya pada Tuhan, aku selalu bertanya kenapa hidupku selalu pahit dan tidak pernah bahagia sejak dari kecil sudah menderita, bahkan sudah tua juga tetap menderita. Tetapi siapa yang bisa menolak takdir, siapa yang tahu lelaki yang dulu aku bangga kan menjanjikan ku hanya sebatas wanita simpanan. Virto lelaki yang dulu sangat aku syukur mengenalnya, dia selalu ada saat aku butuhkan. Tetapi kali ini ku jenuh, aku bosan jadi pelayannya, aku ingin hidup yang normal, aku ingin hidup dengan orang yang mau menerima ku apa adanya dan menjadikan ku istri sah, bukan wanita penghibur. Aku hanya melamun dengan tatapan mata kosong, melihat pasangan yang muda saling berpegangan tangan dengan merasa . Mengingatkan ku dengan Dimas saat bersama dulu. Dimas melirikku seolah-olah ia tahu apa yang aku pikirkan, Malam semakin larut tetapi anak-anak tak kunjung mau di ajak untuk pulang, akhirnya satu harian aku habiskan bersama mantan suami dan anak-anakku di mall. “Jangan kebanyakan melamun, nanti kesambet kamu,”ujar Dimas menatapku dengan senyuman “Bukan urusan Aa,” ucapku balas, melihatnya terkadang membuatku terluka. “Kamu selalu menggemaskan saat lagi marah, ada apa sih dari tadi kayanya manyun terus’. “Uda ku bilang bukan urusan Aa, aku berdiri ingin ingin cari suasana, berada di dalam mall dari pagi sampai “Anak-anak masih ingin tinggal di rumah katanya, bagaimana?” “Baiklah.” “Apa kamu tidak ingin ikut tinggal di rumah juga?” “Jangan harap.” “Yakin? Entar kalau kamu tiba-tiba ingin tinggal kembali denganku bagaimana?” “Tidak akan,” ujar ku dengan tegas. Tidur dengan mantan suamiku adalah kesalahan besar dan kebodohan yang aku lakukan yang membuat hidupku mendapat masalah besar. Ting …! Bunyi notif ponsel milikku. Aku menghiraukannya karena seorang teman mengajakku turun ke lantai dance, efek minum dua gelas membuatku tidak bisa mengendalikan diri. Meliukkan tubuh mengikuti alunan irama musik yang menggema di dalam ruangan klup malam yang kami datangi, aku hanya ingin bersenang-senang lupakan semua beban pikiran, hari esok biarlah aku pikirkan hari esok juga. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN