Saking lemahnya tubuh Eloise, dia langsung terjatuh ketika pintu lemari terbuka. Kepala mendongkak melihat Giorgia yang menatap marah padanya. “C-cat nya habis, aku tidak bisa menggambar lagi. Karya… ini sedikit sulit, harus mendapatkan cat yang sesuai.” Buru-buru memberi alasan. Sebab semalam yang terjadi adalah,
“Nyaman sekali tidurmu di dalam sana saat kekasihku meregang nyawa, bahkan belum sadarkan diri sampai sekarang!” Niccolo membuka salah satu lemari kosong, melempar Eloise kesana dan menguncinya dari luar. “Harusnya kau berada disana, pembawa sial.”
“Tolong! Lepaskan aku dari sini! Tolong!”
Memory kelam di kediaman De Monfort berputar, saat dirinya dikurung diruang bawah tanah, di gudang bahkan sampai di kendang kuda. Semua kurungan itu didasari satu alasan yang sama, Miranda De Monfort.
“Kau seharusnya tidak memakan kue milik Miranda, Anak Haram. Tidak ada makanan untuk tiga hari!”
“Tempatmu di kendang kuda sejak awal. Berani sekali merusak gaun Miranda.”
“Cucu kesayanganku jatuh karenamu, Eloise! Semoga kau tidak bernafas esok hari!”
Dan sekarang, “Perempuan pembawa sial, Mirandaku yang cantik menderita gara-gara dirimu.”
Padahal, Eloise dipaksa menghabiskan kue oleh sepupunya.
Padahal, Eloise diminta untuk menjemur gaun di dekat kandanng.
Padahal, Miranda sendiri yang mengabaikan peringatan Eloise untuk tidak memanjat.
Bukan salahnya saat Miranda ingin bertukar mobil.
Perempuan 26 tahun yang seharusnya menjadi figur Kakak, malah menjadi alasan semua rasa sakitnya.
“Ck, aku tahu. Orang-orangku sudah membawakannya yang baru. Cepat kau periksa disana,” ucapan Giorgia menariknya dalam realita, ingatan semalam sebisa mungkin dilupakan.
Kakak beradik itu selalu membuat Eloise takut, melangkah cepat meskipun harus menahan pada rak buku sepanjangnya. Sementara Giorgia keluar dari perpustakaan, menuju kamar yang ada di dekat tangga. “Bagaimana perkembangannya?” bertanya pada sosok dokter yang selesai memeriksa.
“Nona Miranda tidak memberikan respon. Saya akan pergi ke Brazil untuk mengambil obat yang baru.” Kalimat itu menyebabkan wajah sendu Niccolo semakin jelas, pria itu mendekat memberikan genggaman pada tangan kekasihnya.
“Aku tidak menyukainya, Giorgia. Keberadaannya hanya membuatku menguras tenaga.”
“Tenanglah, lukisan yang dia buat cukup bagus. Papa juga akan marah kalau kau sampai membunuhnya.”
“Persetan dengan si pengkhianat itu, aku tidak akan mengikuti jejaknya.”
“Keadaan yang membuatmu seperti ini. Kau tidak mengkhianati Miranda.” Sebuah usapan diberikan pada punggung adiknya. “Kau tidak seperti Papa. Berhenti menakuti gadis itu, dia lumayan berharga.”
Tapi kalimat itu tidak berguna. Eloise lebih peka ketika seseorang mendekat. “Catnya tidak sesuai, tidak akan sama dengan ini,” ucapnya sebelum Giorgia protes. “Semuanya… tidak ada yang cocok.”
“Yasudah, kau akan keluar memilih catnya sendiri.” Keputusan Giorgia cukup membuatnya kaget. “Tapi jangan harap kau bisa kabur. Lima meter saja menjauh dari penjaga, kau akan ditembak.”
Berangkat bersama dengan pelayan yang biasa mengantarkan makanan untuk Eloise pula. “Tolong jangan kabur ya, Eloise. Aku takut mati,” ucapnya sambil membantu Eloise melangkah. Melewati sebuah kamar yang terbuka, Eloise menoleh mendapati Miranda yang terbaring dengan pelayan yang melayaninya dengan baik.
Juga sosok suami Eloise yang menatapnya penuh kasih sayang.
Helaan napas lega begitu mobil keluar dari gerbang, menuju keramaian pusat Sicillia. Dua orang yang mengantar Eloise masuk ke dalam toko. Tidak lepas pengawasan setiap Eloise melangkah, bahkan sosok penjaga toko pun dianggap ancaman. “Tidak apa, dia pasti bisa membantuku,” ucap Eloise pada penjaga yang hendak menghentikan. Beralih pada penjaga toko, bertanya cat yang dibutuhkannya.
“Ada di gudang bawah. Aku tidak bisa mengambil semuanya, kau bisa memilih disana. Mereka berdua bisa ikut juga,” ucap Nenek tua memimpin jalan.
Ketika keempat orang itu sudah menuruni tangga ruang bawah tanah, tiba-tiba saja pintu tertutup. Sosok yang sedari tadi bersembunyi dibalik pintu langsung menembakan senapan pada pelayan dan juga penjaga. Jeritan ketakutan Eloise memenuhi ruangan, tapi dia juga tidak mendapatkan kesempatan melindungi diri. Saat berbalik, nenek tua itu memukulkan kayu pada kepalanya hingga Eloise jatuh seketika.
Sebelum kesadaran benar-benar merengutnya, Eloise mendengar suara Nenek tua itu berucap, “Pengantin Niccolo Terranova sudah tumbang. Kemana kita akan membawanya?”
***
“Nicc! Dia diculik oleh mafia lokal yang memiliki dendam pada keluarga kita!”
“Biarkan saja dia mati, aku tidak mau melihat wajahnya.” Pemilik nama Niccolo itu dengan santainya menyiapkan senapan untuk berburu. “Fabio, siapkan kudaku.”
“Baik, Signore.”
Giorgia kesal. “Akan aku beritahu kau pada Papa,” ancamnya sebelum melangkah menjauh. Pintu gerbang terbuka, Ferarri biru yang dikenali Giorgia itu masuk. “Bantu aku menyelamatkan istri Niccolo.” Pada si pemilik mobil: Enrico LaRocca, sepupu yang terlahir dari adik perempuan William Terranova.
“Hei, aku baru saja tiba.” Enrico dipaksa kembali masuk ke dalam mobil. Diikuti Gorgia yang duduk disampingnya. “Sist, aku harus mendiskusikan perusahaan dengan Nicc.”
“Diamlah, Eloise diculik oleh mafia lokal. Kau sudah lama tidak menembaki kepala manusia bukan?”
“Woah, ide yang bagus.”
Menuju landasan helicopter dari puncak gunung, dimana senjata sekalian bisa mereka pilih. Sementara itu disisi lain, Eloise diberikan suntikan yang membuat penglihatannya tidak fokus. Dibawa masuk ke kapal pesiar, tubuhnya tidak berdaya ketika orang-orang itu menggantikan pakaian dengan yang lebih minim, kemudian merantai kedua kaki Eloise.
“Beruntung kau perawan, jadi tidak langsung dibunuh. Boss kami ingin mencicipimu dulu.”
Eloise meludahi pria yang mencengkram dagunya. “Sialaannn! Kau mau aku tampar ya?!”
“Berhenti menyakitinya! Sebuah helicopter mendekat. Sepertinya itu boss kita.” Pria lain menghentikan Eloise yang hampir dipukul. Tubuhnya dihempaskan ke atas ranjang, ditinggalkan sendirian.
Walau kesadarannya hampir hilang, Eloise bisa mendengar teriakan dan tembakan. Yang datang bukanlah boss mereka, melainkan orang-orang dari Terranova. Sampai pintu kembali terbuka, Eloise menghela napas lega mendengar suara yang tidak asing. “Mereka menginjeksi heroin padamu?”
Itu Giorgia.
“Damn, dia sangat cantik Giorgia. Melebihi Miranda, tidakkah kau sadar itu?”
“Sangat sadar.” Giorgia duduk di bibir ranjang. “Menurutmu Niccolo tidak suka melihatnya karena dia terlalu cantik? Dia takut berpaling?”
Tawa keduanya mengudara, kemudian terdiam saat mendengar helicopter lain mendarat. “Itu Niccolo?” tanya Enrico. “Ya, itu dia. Sepertinya dia habis dimarahi oleh Paman Will.” Menjawab sendiri.
“Hei, aku punya rencana,” ucap Giorgia membisikan Enrico hingga tawa kembali terdengar. Kemudian mereka menarik tubuh Eloise untuk berdiri. Pikir si gadis, dirinya akan ditolong. Ternyata tidak, Giorgia menggantinya dengan pakaian yang lebih terbuka, menidurkannya lagi di atas ranjang dengan posisi kedua tangan dan kaki terikat di setiap tiang ranjang.
“Mari kita uji ketahanan Niccolo.” Enrico keluar lebih dulu, berhadapan langsung dengan sang sepupu. “Nicc, aku baru tahu istrimu sangat cantik. Dang! Dia sungguh menawan, dan tidak apa sesekali bermain dengannya.”
Disusul Giorgia yang tersenyum penuh makna. “Kau yang membawanya ya. Enrico akan pergi denganku.”
Niccolo masuk setelah kepergian dua orang itu. Mendapati Eloise dengan posisi yang tidak pantas, dengan tubuh yang menggeliat hingga kain minim tersingkab memperlihatkan kulit putihnya yang begitu halus.
Layaknya s**u yang menggoda, membuat Niccolo tanpa sadar menelan salivanya kasar.
“Nicc! Dia masih perawan!” teriak Giorgia yang sudah di atap kapal. “Nikmati dia. Kau bilang harus memanfaatkan manusia dengan baik!”
Tawa Enrico dan Giorgia mengudara, meninggalkan Niccolo yang berperang dengan dirinya sendiri. Menatap Eloise yang semakin tidak bisa mengontrol dirinya, “Tol…. Tolong,” pintanya dengan tubuh menggeliat, liur mengalir dari mulut memberikan kesan polos dan seksi.
Siallan sekali Enrico dan Giorgia! Niccolo bisa melihat belahan diantara paha Eloise itu meneteskan cairan lengket bening, memberikan tanda kalau perempuan itu tengah b*******h ingin disentuh. Niccolo laki-laki normal, melangkah mendekat dengan tangan yang tidak bisa dikendalikan untuk mengelus liquid itu dari belahan milik Eloise. "Ahhhh!" sampai perempuan itu mendesah kuat merasa nikmat.
Niccolo kemudian memasukan jemarinya ke mulut, merasakan rasa cairan itu. "f**k!" its f*****g sweet! How can?!