Tiga Dua

1504 Kata
Malam yang ditunggu-tunggu oleh Keinara akhirnya datang juga. Malam ini Keluarga Zaky bermaksud untuk mengundang keluarga Keinara untuk sekedar menghadiri makan malam bersama. Rafly sudah menceritakan pada Sukma jika Zaky telah memiliki seorang teman dekat. Diluar dugaan, ternyata justru Sukma menyambut baik cerita itu. Sukma justru sangat bersemangat untuk bisa bertemu sana Keinara. "Bun, buruan! Nanti telat kan nggak enak sama keluarga Zaky." seru Keinara yang sudah ada di lantai bawah. Sudah rapi dengan dandanan serba rapi. Sementara Sita masih berada di kamarnya. "Sabar, Kei!" serunya dari atas, seraya berjalan keluar kamar, lalu pelan-pelan menuruni anak tangga. Keinara sempat tercengang melihat penampilan sang Bunda yang dirasanya sangat berbeda. Mengenakan setelan celana panjang model kulot berwarna cream, lalu atasan kaos warna putih yang dimasukkan ke dalam celana, kemudian dibalut dengan blazer warna krem motif kotak-kotak tipis. Tak kalah ketinggalan, sang Bunda memilih menggunakan hells yang tidak terlalu tinggi. Dipadukan dengan riasan di wajahnya yang natural tidak terlalu mencolok. "Waawww! Bunda cantik banget!" puji Keinara yang masih menatap takjub pada sang Bunda. Sita memicingkan bibirnya. "Apaan sih! Biasa aja kali. Bunda kalau bepergian juga dandan gini kan?" timpalnya seraya berjalan melewati Keinara. Keinara mengekor di belakang sang Bunda. "Beneran, Bun. Bunda cantik buaangeeettt deh! Coba berdiri aja di depan cermin kalau nggak percaya mah! Udah mirip banget sama Ibu-ibu sosialita." celoteh keinara. "Kelamaan lah kalau ngaca dulu, keburu ditungguin sama keluarga Zaky nanti!" celetuknya seraya masuk ke dalam mobil. Sementara Keinara berlalu menuju ke pintu garasi yang masih tertutup. Keinara membukakan pintu itu untuk sang bunda. Berhubung malam ini yang mengundang makan malam adalah keluarga Zaky, sebisa mungkin Sita juga ingin sedikit mengimbangi penampilannya. Malam ini Sita sengaja pergi menggunakan mobil pribadinya. Walaupun bukan tipe mobil mahal, namun setidaknya bisa di sandingkan dengan jajaran mobil yang nantinya ada di parkiran restoran. Setelah mobil keluar dari garasi, Keinara kembali mengunci pintunya, segera ia berjalan cepat masuk ke dalam mobil. "Cepet, Bun. Ini udah jam tujuh lebih, undangannya kan jam delapan." seru Keinara seraya mengencangkan sabuk pengaman. "Iya! Iya, Kei. Hemmm, yang pengen ketemu sama calon mertuanya, hehehe." ledek Sita. "Apaan sih, Bun!" timpal Keinara dengan malu-malu. Sita menginjakkan pedal gas di kakinya. Malam ini dia akan dipertemukan dengan kedua orang tua Zaky. Yang konon kabarnya adalah seorang pengusaha sukses dari pulau Borneo. Sesampainya di restoran, Sita dan Keinara melangkahkan kaki mereka dengan penuh percaya diri. Keduanya terlihat saling melempar senyum satu sama lain. Terlihat dari kejauhan, sebuah meja yang terdiri dari tiga orang yang sudah duduk menunggunya disana. Ada Zaky, Mama, dan juga Papanya. Mereka bertiga kompak berdiri untuk menyambut kedatangan Keinara dan juga sang Bunda. Langkah Sita yang tadinya cepat, perlahan mulai terlihat pelan. Ada sesuatu yang janggal di penglihatannya. Sosok yang sudah ia anggap mati, kini seperti muncul di depan matanya. Kedua pasang mata saling memandang, tanpa berkedip sekalipun. Sita memasang netranya baik-baik, memastikan siapakah orang yang sedang berdiri di hadapannya kali ini. "Malam Om, Tante!" sapa Keinara dengan ramah. "Ini Keinara dan Bundanya, Ma, Pa!" imbuh Zaky. "Masya Allah, cantik sekali kamu, nak. Di foto udah cantik, ternyata aslinya jauh lebih cantik." ujar Sukma memuji Keinara, yang ternyata menerima baik kedatangan Keinara. "Tante bisa aja." ucap Keinara malu-malu. Keinara segera berinisiatif untuk menyalami Mama dan Papanya Zaky. Ingin rasanya saat itu Sita merobohkan tubuhnya. Ia merasa tubuhnya lemas serasa tak bertulang. Dadanya panas, desiran darah juga terasa mengalir dengan begitu deras. "Ya Rabb, siapa laki-laki yang ada di hadapanku saat ini? Apakah aku sedang bermimpi? Atau ini benar-benar nyata?" tanyanya dalam hati. Hati Sita kini benar-benar seperti sedang diuji. Begitu juga dengan Rafly. Ia hampir terjatuh saking kagetnya melihat pemandangan apa yang ada di hadapannya saat ini. "Sita!" batinnya. Sita mendadak membalikkan tubuhnya lalu berjalan keluar restoran. Semua orang yang ada disitu tercengang, kenapa tiba-tiba Sita bersikap aneh. "Kei, kenapa Bunda?" tanya Zaky. Keinara hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. "Bunda kamu kenapa, Kei? Apa ada sesuatu yang ketinggalan di luar sana? Atau apa?" Sukma ikut bertanya. "Emm, Kei juga nggak tahu tante. Tapi sebentar ya, Kei kejar Bunda dulu." Sukma mengangguk. Tanpa pikir panjang, Keinara segera menyusul langkah sang Bunda hingga ke tengah parkiran. "Bunda! Bunda tunggu!" seru Keinara berjalan cepat menuju ke arah Sita yang masih berdiri di samping pintu mobilnya. Sita menengok sang putri. Entah apa yang harus ia jelaskan saat ini, dama sekali tidak terpikirkan di kepalanya. "Bunda? Bunda kenapa tiba-tiba pergi begitu saja?" tanya Keinara seraya memperhatikan wajah sang Bunda yang terlihat pucat dan seperti sedang panik. "Bunda nggak apa-apa kan?" Sita menatap lekat ke arah Keinara. Ia masih bingung harus menjelaskan alasan apa yang layak ia sampaikan. "Nggak, Kei. Bunda nggak apa-apa!" "Beneran nggak ada apa-apa? Ya udah kalau gitu masuk lagi yuk, Bun! Kasihan orang-orang di dalam pada nungguin." pinta Keinara. "Sayang, kamu masuk sendiri aja ya. Bunda pulang aja." sahut Sita membuat Keinara semakin bingung. "Kok malah nyuruh Keinara yang masuk sendiri, kita berdua dong, Bun. Yuk!" Mendadak Sita memegangi kepalanya. Berpura-pura sempoyongan dan hampir ambruk menabrak menimpa pintu mobil. Untung saja Keinara dengan cekatan bisa menangkap tubuh sang Bunda. "Bunda!" serunya khawatir. "Bunda kenapa? Bunda sakit?" "Bunda nggak apa-apa, Kei! Cuma agak pusing sedikit. Bunda pulang aja ya? Takut kalau lanjutin ikut ke dalam, yang ada malah nanti suasananya nggak enak. Kamu aja yang masuk sendiri ya? Bilang aja mendadak Bunda nggak enak badan. OK sayang!" Keinara memanyunkan bibirnya. "Gagal dong, makan malamnya sama keluarga Zaky!" ucapnya dengan raut kecewa. "Iya sayang, maaf. Bunda beneran tiba-tiba nggak enak badan. Nanti sampaikan maaf Bunda sama Papa juga Mamanya Zaky ya." "Ya udah deh. Tapi ini Bunda yakin bisa bawa mobilnya sendiri? Atau kalau nggak Bunda naik taksi aja, biar mobilnya nanti Zaky yang bawa pulang. Gimana?" "Owh, nggak apa-apa, sayang. Bunda masih bisa kalau untuk bawa mobilnya. Udah sekarang kamu masuk ke dalam lagi ya! Kasihan mereka pasti udah menunggu. OK. Selamat makan malam ya, nak!" ucap Sita pura-pura memberikan semangat. "Ya udah kalau gitu, Kei masuk lagi ya. Bunda hati-hati pulangnya. Nanti jangan lupa kabarin kalau sampai di rumah." "Siap anak Bunda! Udah sana masuk!" "OK, Bun!" Akhirnya Keinara kembali masuk ke dalam restoran sendirian. "Lho, mana Bundanya, Kei? Kok nggak ikut?" todong Sukma. "Maaf Tante dan Om, Bunda kayanya lagi nggak enak badan deh. Soalnya tadi wajahnya pucet banget, terus katanya agak pusing. Makanya langsung pergi gitu aja. Takut ngerepotin. kalau disini. Jadi mohon maaf sekali ya, Bunda nggak bisa ikut makan malam." terang Keinara, kemudian ia ikut duduk di sebelah Zaky. "Owh, Bundanya lagi nggak enak badan? Ya udah lah, nggak apa-apa. Padahal Tante sama Om belum sempat berkenalan. Lain waktu kali ya, mudah-mudahan ada umur panjang bisa ketemu lagi." sahut Sukma. "Iya tante." timpal Keinara singkat. Makan malam dilanjutkan tanpa kehadiran Sita. Suasana terlihat begitu hangat. Apalagi Sukma terlihat sekali menyambut baik kehadiran Keinara. Namun tidak dengan Rafly, hatinya makin bergemuruh. Orang yang beberapa hari yang laku ia cari dan tidak ketemu, ternyata tanpa sengaja justru menemuinya dengan sendirinya. Zaky saat itu sadar dengan perubahan sikap sang Papa. Sikapnya tidak seperti biasa. Namun Zaky tidak ingin merusak suasana makan malam yang indah tersebut. Ia menahan segala pertanyaan yang asa di benaknya. *** Sita memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Pandangannya datar, hatinya kosong. Di tengah jalan ia menepikan mobilnya ke sisi jalan. "Kenapa kamu harus datang lagi. Laki-laki tidak punya hati! Laki-laki b***t! Kenapa!" teriaknya dari dalam mobil. Wajah Sita terlihat merah menganga, meluapkan amarahnya. Luka yang sudah tertutup rapat itu kini terbuka kembali. Bahkan luka itu rasanya lebih sakit dari pada rasa sakit hatinya saat ia di tinggalkan di stasiun kala itu. *** Makan malam berjalan dengan lancar. Namun tidak dengan Rafly. Batinnya sangat tidak tenang. Selama makan malam, tak hentinya ia selalu melirik ke arah Keinara. "Keinara anak Sita, apa itu berarti Keinara itu anakku? Darah dagingku?" batinnya makin tidak menentu. "Ya Allah, gadis di hadapanku ini adalah anakku?" batinnya terus merintih. "Eh, bentar. Coba deh, Ky, wajah Keinara ada mirip-miripnya ya sama Papa!" celetuk Sukma tiba-tiba. Sontak ia pandangi lekat-lekat wajah Keinara, lalu beralih ke suaminya, Rafly. "Tuh kan benar! Mirip banget!" imbuhnya. Zaky menegakkan pandangannya. Melihat ke arah Keinara kemudian berganti ke arah sang Papa. "Eh iya, ya, Mah! Ada mirip-miripnya. He he he. Berarti ini emang suatu pertanda jika Keinara bakalan jadi mantu Papa, he he he." gurau Rafly. "Apaan sih, Ky. Masak wajah aku mirip sama Om Rafly? Bisa aja kamu mah!" seru Keinara malu-malu. Yang lain saling bersahutan. Sedangkan Rafly memilih diam. Bahkan saat ini dia tidak tahu harus berbuat apa. Saking kagetnya atas pertemuannya dengan Sita kembaki. Rafly dengan berbagai cara, menahan segala perasaanya yang tengah bergejolak di dalam kalbunya. Ingin rasanya Rafly menghambur dan memeluk Keinara saat itu juga. Memeluk darah daging yang ia telantarkan selama ini. Namun itu tak mungkin ia lakukan, ada perasaan sang istri dan anaknya yang harus ia jaga saat itu. Hati Rafly semakin teriris perih ketika melihat dengan begitu jelas wajah anak yang dulu ia tinggalkan begitu saja. Terlebih ketika Sukma mengatakan jika ada kemiripan antara wajah Keinara dan wajahnya. Bagaimana tidak mirip? Karena pada kenyataannya, Keinara memang anak kandungnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN