5. Bahagia di Atas Luka

1470 Kata
Menjalani masa pendekatan selama kurang lebih satu bulan dengan Sandra, kini Kenzo mulai merasakan ketertarikan. Dari segi fisik Sandra memang jauh lebih cantik dan lebih menarik dibandingkan dengan Alita. Gayanya yang seksi dan s*****l selalu lebih menarik di mata laki-laki, termasuk Rangga. Apalagi pakaian yang dikenakan Sandra selalu menonjolkan bagian-bagian tubuhnya. Itulah yang memudahkan Sandra untuk merebuat hati Kenzo dari wanita yang dicintainya itu. Berbeda dengan Kenzo yang awalnya menolak perjodohannya dengan Sandra, Sandra justru langsung jatuh hati pada Kenzo begitu melihat paras Kenzo dalam foto yang ditunjukkan oleh orang tua Kenzo. Wanita mana yang tidak tertarik melihat pria setampan Kenzo. Kulit yang putih, alis tebal, dan rahang yang tegas, selalu memberi nilai plus dari seorang pria. Terlebih saat Sandra bertemu langsung dengan nya ternyata kenzo jauh lebih menarik dibandingkan apa yang ia lihat di dalam foto postur tinggi d**a bidang dan sedikit sixpack di bagian perutnya membuat sandra benar-benar jatuh hati dan tidak akan pernah menyesal untuk menerima perjodohan itu Dan hari ini adalah hari yang berkaitan pernikahan mereka bertepatan dengan kembalinya kesadaran Alita. Upacara pemberkatan pernikahan mereka dilaksanakan di salah satu gereja di Belanda Upacara pemberkatan tak Ayal nya seperti prosesi akad nikah dalam Islam yang dihadiri oleh pihak keluarga kedua mempelai dan Jemaat gereja sengaja Mereka melaksanakan pemberkatan pernikahan itu di Belanda sesuai dengan permintaan Amanda ibunda Sandra yang seorang blasteran an Indonesia dan Belanda karena keluarga besarnya yang sebagian besar menetap di Belanda setelah pertemuan terakhir persamaan Lita malam itu kentut sama sekali tidak pernah mencoba menghubungi Harita ia seolah hilang ditelan bumi Ia pun sama sekali tidak tahu tentang kecelakaan yang menimpa Alita malam itu demi segala kemewahan harta dan ahli waris kan sore alam mempertaruhkan cintanya kepada alita tidak bukan cinta namanya juga iya begitu mudahnya melupakan wanita yang sudah bersamanya selama lebih dari 3 tahun lalu apa entahlah hanya kamu yang tahu dan mengartikan semua kebersamaan mereka selama ini Sandra dengan gaun pengantin backless (gaun dengan bagian punggung yang terbuka) berwarna putih yang dihiasi dengan taburan brilliant di bagian dadanya terlihat gitu anggun gaun pengantin mewah itu memang tak pernah gagal menjadi pusat perhatian banyak orang apalagi dikenakan oleh oleh gadis secantik Sandra terlihat sangat sempurna Sandra berjalan dengan Anggun di atas karpet merah dengan taburan kelopak bunga mawar putih memasuki altar pernikahan dengan menggandeng tangan Priambodo Ayah kandungnya seorang konglomerat paling berpengaruh di daerah Jakarta Selatan bisnisnya yang menjamur dimana-mana membuat kolega dan rekan bisnisnya juga dari kalangan orang-orang atas termasuk triawan Aditama ayah. sementara Kenzo berdiri Menanti kedatangan bidadarinya itu dengan setelan jas berwarna putih pulang dan sebuah bunga kecil yang disematkan di bagian saku jasnya Iya tak berhenti menatap wanita yang tengah berjalan mendekatinya dengan keindahan yang yang ada di hadapannya itu membuat Kenzo sekejap melupakan Alita tak bisa dibohongi masih ada nama Alita di dalam hati Kenzo yang berusaha ia kubur dalam-dalam Di ujung kanan triawan dan Liliana tersenyum puas melihat Putra bungsunya sebentar lagi akan menjadi suami dari Putri Tunggal keluarga Priambodo Iya yakin dengan penyapuan putra dan putri mereka akan membuat bisnis semakin berkembang pesat yang akan saling menguntungkan kedua belah pihak Sampai di altar pernikahan yang dipenuhi dengan hiasan bunga dan beberapa dekorasi lain yang memprcantik ruangan, Sandra disambut dengan senyuman Rangga. Keduanya pun berdiri di area depan atau mimbar sementara itu pihak keluarga baik dari pihak keluarga cansu maupun Sandra duduk paling depan di antara barisan para Jemaat Prosesi diawali dengan lantunan pujian bersama-sama pemberian firman Tuhan kemudian dilanjutkan dengan upacara Peneguhan nikah yang dipimpin langsung oleh Pendeta Tibalah pada prosesi pengucapan janji pernikahan diantara kedua mempelai yaitu pernyataan kesanggupan keduanya6 untuk menjadi pasangan suami dan istri gimana janji tersebut merupakan pertanggungjawaban keduanya umur hidup “saya mengambil engkau sebagai istri saya, untuk saling mrmiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maulun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan mengharga, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus.” Dengan lantang Kenzo mengucapkan janji pernikahan itu kepada sandra yang berdiri tepat di hadapannya. Setelah itu sandra pun mengucapkan janji yang sama dihadapan Kenzo, disaksikan oleh seluruh yang hadir di gereja Kruiskerk itu. Salah satu bangunan gereja termegah di sudut Kota Amsterdam dengan bangunan Menara yang menjulang tinggi serta gaya arsitektur yang indah. *** “Mah... Alita kan sudah sadar. Kata dokter kondisinya juga baik. Mamah bisa tenang kan sekarang?” kata Hardjono yang berdiri di samping Sarah. “Ya udah, mendingan mamah pulang dulu deh. Mamah istirahat di rumah. Kalo di rumah kan bisa lebih rileks. Kasian badannya... nanti kalo Mamah sakit gimana? Besok pagi-pagi kan bisa ke sini lagi,” bujuk Hardjono untuk kesekian kalinya. “Ngga papa kok Pah... di sini juga bisa istirahat kok.” Jawab Sarah yang terus duduk di kursi besi, di samping ranjang Alita. Sejak Alita membuka matamya siang tadi, ia justru semakin enggan untuk meninggalkannya. Ia tidak ingin melewatkan saat Alita membuka matanya lagi. Saat ini kondisi Alita stabil. Dokter pun sudah mengecek reflek spontan saat Alita membuka mata, juga respon verbal terhadap perintah. Dan semua dalam kondisi baik. “Mamah nih kalo dibilangin... Nanti kalau Mamah sakit, memangnya siapa yang repot nanti? kan kasihan Alita juga...” “Udah lah Pah, tenang aja. Papah ngga usah terlalu khawatir. Buktinya selama ini semua baik-baik aja kan? Rangga sama Nadine udah pulang Pah? “Udah tadi. Katanya sih besok bilangnya mau ke sini lagi. Kan mereka belum sempat ketemu Alita,” jawab Hardjono. Sejak Alita diperiksa Dokter, ia memang belum diizinkan menerima tamu. Bahkan Sarah dan Hardjono pun belum sempat berbicara atau pun berkomunikasi dengan Alita karena Alita tertidur setelah dokter memeriksanya cukup lama. Ndrett...!! Ndrett...!! Terdengar suara getar ponsel dari dalam saku Hardjono. Dengan cepat Hardjono pun mengambil ponselnya. Ia sudah bisa menebak siapa yang meneleponnya malam-malam begini. Siapa lagi kalau bukan Kevin. Ia pasti akan segera menelepon jika ayahnya belum juga pulang saat ia hendak tidur. Kevin memang sudah cukup besar. Ia sudah berusia sembilan tahun. Tapi sifat manjanya masih saja ada. Terlebih ia begitu dimanjakan oleh kakak perempuannya itu, yang kini baru sadar dari komanya. Bisa dibayangkan bagaimana rindu dan kesepiannya Kevin tanpa kehadiran Alita. Selama ia dirawat, Kevin hanya mengunjunginya dua kali. Itu pun hanya sebentar karena anak dibawah umur tidak diizinkan menjenguk pasien. “Hallo Vin?” sapa Hardjono. “Papah, kapan pulangnya Pah?” tanya pria kecil di ujung telepon. “Iya, ini Papah juga sebentar lagi mau pulang. Kamu udah makan kan?” tanya Hardjono lagi yang sedari tadi berbicara dengan nada rendah, takut membangunkan Alita yang masih harus banyak istirahat agar kondisinya semakin membaik. “Udah Pah... Kak Alita gimana Pah? Katanya udah sadar. Kevin mau ngomonh dong Pah sama Kak Alita. Kak Alita lagi ngapain Pah?” berondong Kevin dengan banyak pertanyaan, yang sepertinya sudah sangat ingin bertemu dengan Alita. Sekilas Hardjono menoleh ke arah Alita yang masih belum membuka matanya kembali. “Kamu sabar ya... Kak Alita masih harus banyak istirahat. Nanti kalau Kak alita udah bisa ngobrol pasti Papah sambungin ke kamu. Yang penting kamu berdoa ya buat kesembuhan Kakak kamu.” “Iya Pah... Ya udah Papah pulang sekarang,” rengek Kevin. “Iya, iya... ini Papah pulang sekarang.” Hardjono mematikan sambungan teleponnya dan memasukkan kembali ke dalam saku celananya. “Mamah ngga papa kan kalo Papah tinggal?” “Iya ngga papa Pah...” “Nanti kalau ada apa-apa, Mamah langsung pangil suster aja ya...” “Iya Pah...” Hardjono segera meraih kunci mobilnya di atas meja kecil, lalu mendekati Sarah dan mencium keningnya. Hal yang selalu ia lakukan sebelum pergi bekerja atau meninggalkan Sarah. Baru saja Hardjono berbalik dan berjalan beberapa langkah. Ia mendengar Sarah berbicara. “Alita...” panggil sarah lirih. Hardjono langsung mengumbar senyum ketika melihat Alita sudah membuka matanya kembali. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pergi. “Alita... ini Mamah sayang...” ucap Sarang sambil menggenggam tangan Alita. “Kamu sudah bangun?” Sementara Alita hanya diam karena memang suster masih memasangkan masker oksigen ke mulutnya. Kelopak matanya semakin melebar, tapi pandangannya sama sekali tidak menoleh ke arah Hardjono dan Sarah. Bola matanya bergerak ke sana ke mari seperti mencari seseorang. Cukup lama. Sarah pun menoleh ke arah Hardjono dengan tatapan cemas sekaligus takut. Mereka masih menunggu reaksi Alita. Keduanya pun kembali fokus pada padanya. “Kamu kenapa sayang? Kamu cari siapa?” tanya Sarah lembut, lalu mengikuti pandangan Alita, menelisik setiap sudut ruangan. Tapi tidak ada sesiatu atau siapa pun yang ia lihat. “Alita...” panggil Sarah lagi. “Kamu denger Mamah kan? Kamu cari siapa Sayang?” “Mamah, Mamah... udah Mah... jangan diajak banyak bicara dulu. Mamah inget kan kata Dokter,” tutur Hardjono. Kali ini Alita mulai memandang ke arah Hardjono dan Sarah bergantian. Ada sedikit senyum yang tersungging di bibirnya walaupun tidak begitu jelas terlihat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN