Satu bulan kemudian
___________________
Golden Smart School
Melbourne – Australia
01.32 pm
~~~~~~~~
Jam istirahat merupakan waktu yang ditunggu-tunggu oleh sebagian murid, tapi semua itu sepertinya tak berlaku untuk seorang gadis bernama Park Yiseo. Wajahnya seperti ditekuk saat Nicholas memaksanya untuk makan siang bersama di kantin.
Suasana hatinya berubah drastis sewaktu Ms. Thania mengumumkan jika mulai hari ini sampai seminggu ke depan tim Golden Talent akan sangat disibukan dengan latihan. Bahkan jadwal pelajaran reguler dan kurikuler mereka akan dikurangi. Para peserta Golden Talent adalah murid pilihan yang akan memberikan pertunjukan terbaik untuk sekolah mereka.
Park Yiseo menerima permintaan Ms. Thania untuk mengisi permainan piano tunggal di panggung nantinya. Bahkan, Ms. Thania telah memasukkan nama Park Yiseo pada panitia untuk membuatkan show khusus bagi gadis Asia itu di hari ulang tahun sekolah mereka yang tinggal sepuluh hari lagi.
“Damn it! Aku butuh banyak tenaga untuk bermain drum selama sepuluh hari ke depan,” ujar Nick. Lelaki itu akan tampil bersama The Nudes. Nama band mereka.
Sementara anak-anak yang lain akan mengisi paduan suara. Bersama Choi Yong Do. Oh, astaga! Lelaki Choi itu tak menyangka jika dia akan ditunjuk menjadi anggota paduan suara. Mau bagaimana lagi, semua siswa harus melakukan tes suara dan siapa sangka jika pria Korea Selatan itu ternyata memiliki suara tenor yang begitu indah. Nyaris sempurna. Ms. Thania terkejut saat mendengar Choi Yong Do bernyanyi. Bahkan hanya untuk nada dasar seperti do re mi dan seterusnya.
Choi Yong Do dan Cardi mendapat bagian untuk bernyanyi solo. Apakah Choi Yong Do menolak? Tentu saja. Lelaki itu tak pernah menampilkan bakatnya pada orang lain termasuk kedua orang tuanya. Bahkan bisa dibilang, Choi Yong Do tak pernah terdengar bernyanyi. Hanya saja dia berhasil mengeksekusi nada yang diberikan Ms. Thania sehingga ia langsung terpilih dalam anggota paduan suara. Ingin menolak, tetapi wajah Ms. Thania yang terlihat seperti seekor anak kelinci yang memohon dengan tatapan berbinar membuat Choi Yong Do tak mendapat pilihan lain. Walaupun bersungut-sungut, ia tetap menerima permintaan Ms. Thania.
Sementara Lucy Bennett menjadi pemain piano untuk paduan suara Golden Talent. Tentu saja Lucy merasa iri pada Park Yiseo yang bisa-bisanya mendapat slot tambahan untuk pertunjukan. Apalagi dibuatkan panggung khusus. Park Yiseo pasti akan menjadi bintang pertunjukan malam itu.
Namun, Lucy Banett tidak dalam posisi bagus di mana ia bisa melawan Ms. Thania sebab Nicholas yang merupakan penguasa di sekolah ini berada di belakang Park Yiseo. Dia menjadi satu-satunya pendukung untuk gadis itu di sekolah ini. Padahal, mereka tak punya hubungan sepesial. Sejauh ini mereka masih terlihat seperti teman biasa. Walaupun dengan segala perhatian yang diberikan Nicholas padanya. Park Yiseo tetap tak sedikit pun memiliki hati pada pria Australia tersebut.
Park Yiseo mengernyit saat melihat salad dalam kemasan kini berada tepat di depannya. Gadis itu mulai memutar wajah. Didapatinya senyum Nicholas yang melebar menguasai wajahnya. Park Yiseo tersenyum lalu mengambil benda itu dari tangan Nick.
“Thanks,” ucap Yiseo.
“Anytime.” Nicholas duduk di samping Yiseo. Dia juga membawa makan siang untuk dirinya sendiri.
Sejurus kemudian Nick mengerutkan dahi saat melihat menu makanan di depannya. Lelaki muda Hamilton itu mengangkat pandangannya lambat-lambat.
“Dude,” panggil Nick.
Justin memasukkan sendok ke dalam mulut lalu mengarahkan pandangannya pada Nicholas. “Hem?” gumam Justin. Ia menarik kedua alisnya ke atas. Mulutnya sempat terhenti mengunyah selama beberapa detik ketika matanya menatap manik biru milik Nick.
Mulut Nicholas terbuka melepaskan desahan kasar. Lelaki itu mendelikkan matanya ke atas kemudian bergumam, “Are you kidding me?”
“Ada apa?” tanya Justin.
Nicholas mendengkus dan memberikan tatapan tajam pada Justin. “Kau itu vokalis. Demi apa, makananmu,” ucap Nick sambil menunjuk piring Justin. Smokey burger dengan kentang goreng, nugget dan minuman bersoda.
“God ….” Nicholas kembali bergumam sambil melayangkan kedua tangannya. Nafsu makannya tiba-tiba hilang saat melihat menu makanan Justin.
Sementara Justin tampak bingung. Ia memutar pandangannya ke kiri dan kanan meminta pendapat orang-orang di sekitarnya.
“Why?” Justin kembali bertanya.
“Makananmu, Justin. Demi apa! Kau itu vokalis. Harus berapa kali kuingatkan supaya kau menjaga pola makanmu. Oh, astaga!” Nicholas berdecak kesal. “Damian,” panggilnya.
Pria muda yang duduk di samping Justin langsung berdiri. “Ya, Bos!” ucapnya lantang. Damian menelan makanannya susah payah.
Nick belum berucap apa-apa. Hanya mendelikkan kepala menunjuk showcase yang terletak tak jauh dari mereka. Damian menunjuk da’danya lalu menunjuk showcase tersebut. Nick mendengkus kemudian mengangguk.
“Ambilkan dua porsi salad.”
“Siap, Bos!” kata Damian sekali lagi.
Seketika mata Justin terbelalak. “Wait!” Manik cokelat itu langsung memutar pandangan. Mengikuti arah Damian. Dengan cepat Damian mengambil dua buah tupper berisi salad buah dan sayur lalu melesat kembali ke tempat duduk. Dengan gerakan sopan ia menaruh benda itu di meja.
“Berikan pada Justin,” perintah Nick.
“Apa?!” pekik Justin.
Ada senyum mengejek yang baru saja tersungging di wajah Damian. “Lalu bagaimana dengan makanannya, Bos?”
“Kau yang habiskan.”
“Copy that,” ucap Demian dengan sangat antusias. “Hahaha.”
Justin menggeleng dan seketika tatapannya membesar. “Tidak. Tidak,” gumam pria itu. Tangannya terangkat hendak mengambil kembali piringnya yang telah diambil Damian.
“Oh, come on, Dude! Hanya untuk seminggu ini. Setelah pertunjukan selesai kau bebas makan apa pun yang kau inginkan,” kata Nicholas.
Justin mendesah sampai bahunya merosot. Nafsu makannya mendadak hilang saat melihat makanan di depannya.
“Hei, Justin,” panggil Nick. Dengan wajah cemberut pria itu kembali menatap Nicholas. “ayolah. Ini tak seburuk yang kau pikirkan.”
“Tapi aku benci sayuran, Nick!” protes Justin dengan wajah cemberut.
Nicholas mendengkus. Ia kembali memutar bola mata jengah. “Sesekali contohlah Park Yiseo. Lihat bagaimana gadis ini sangat cerdas karena dia mampu mengontrol makanannya,” ujar Nick.
Justin membolakan matanya pada gadis Asia yang duduk di samping Nicholas. Gadis itu menatap Justin sambil menyuapi mulutnya dengan salad. Park Yiseo mengedikkan bahu kirinya sambil melebarkan mata. Seakan-akan ingin bertanya, ‘Kenapa dengan kau?’
Bahkan gadis itu sengaja menarik sudut bibirnya ke atas. Mengejek Justin dengan senyum iblisnya. Membuat lelaki itu mendengkus kesal.
“Ayolah, Bung. Ini tidak buruk,” kata Damian. Lelaki itu berucap sambil mengunyah smokey burger milik Justin.
“Fu’ck off!” desis Justin.
Saat hendak menyuapi makanan ke mulutnya, tiba-tiba perhatian Park Yiseo teralihkan pada presensi seorang pria muda Asia yang baru saja mengambil makanannya dari showcase. Entah mengapa Park Yiseo tak bisa memindahkan atensinya dari pria itu. Manik hitamnya mengawasi sampai sang pria duduk pada kursi ketiga setelah tempatnya.
Tiba-tiba saja alam bawah Park Yiseo menyadari jika sudah sebulan lebih mereka bertindak bagai dua orang asing yang benar-benar tak saling kenal. Lelaki itu sama sekali tak pernah terlihat. Selain di sekolah. Park Yiseo sendiri heran bagaimana cara pria itu keluar dari apartemen Claver Rose.
Semenjak pertengkaran mereka terakhir kali, Choi Yong Do seperti menghilang dari pandangan Yiseo. Bahkan saat di sekolah, pria itu hanya terlihat di dalam kelas. Baru kali ini Yiseo melihatnya makan di kantin. Tatapan Yiseo turun pada menu makanan Choi Yong Do dan seketika ia mengerutkan dahi. Gadis itu menunduk. Menatap makanan yang saat ini sedang dia santap.
Entah mengapa dia jadi tergelak ironi. “It’s ridiculous,” gumamnya.
“Apanya?”
Park Yiseo memutar wajahnya ke samping. Seketika matanya membesar. “Hem?” gumam Yiseo.
“Apanya yang konyol?” tanya Nick. Kembali menyuap makanan ke mulutnya.
“Tidak ada,” gumam Yiseo dengan wajah tanpa ekspresi. Gadis itu menunduk. Menyendok saladnya.
Sementara Nicholas masih mencari-cari sebab perkataan Park Yiseo barusan. Lelaki itu menyipitkan matanya sewaktu penangkap pemandangan pada meja di depannya. Untuk beberapa saat Nicholas terdiam. Namun, ketika ia menurunkan tatapan, Nicholas menemukan sesuatu yang membuatnya menatap ke arah Yiseo. Manik birunya turun menatap makanan yang hampir tandas di tupper Yiseo. Seketika sudut bibir Nicholas berkedut dan naik, membentuk seringaian.
“Well, apa orang Asia punya selera makan yang sama?”
Park Yiseo kembali membulatkan matanya. Wajahnya bergerak cepat, memutar pandangannya kepada Nicholas. “Hem?” gumam Yiseo.
Nicholas merengut. “Tidak,” gumamnya. “lanjutkan makananmu.” Nicholas mengalihkan pandangannya dengan menunduk dan mengambil makanannya kembali.
Namun, ada sesuatu yang terus terbesit di dalam pikiran Nicholas. Sudah beberapa kali Nicholas melihat dua orang Asia itu seperti punya banyak kesamaan. Dari cara mereka memilih minuman, Nicholas pernah melihat jika lelaki bernama Choi Yong Do yang sedang duduk di seberang mereka itu beberapa kali mengambil minuman dengan rasa strawberry di mana Park Yiseo juga sering meminum minuman yang sama bahkan dengan merek yang sama.
Bukan hanya itu. Lupakan soal menu makanan yang kerap kali sama. Namun, satu hal yang sangat mengejutkan adalah … mereka pernah berangkat ke sekolah dengan jaket yang sama. Sempat Park Yiseo bertanya apakah dia punya hubungan dengan Choi Yong Do, tetapi Park Yiseo hanya menanggapinya dengan lelucon sarkasme.
‘Lalu apakah mereka hanya punya selera yang sama? Tapi, kenapa belakangan ini mereka terlihat acuh tak acuh? Seperti tak pernah kenal. Padahal sebelumnya mereka terlihat sering berbicara,’ gumam Nicholas di dalam hatinya.
Sekali lagi memandang Park Yiseo dan beralih memandang Yongdo, Nicholas kembali dibuat terkejut. Cara mereka makan. Bagaimana mereka makan dengan cara yang sama? Maksudnya waktu menyuap dan bahkan menurunkan sendok terlihat bersama. Keterkejutan Nicholas semakin bertambah saat keduanya mengeluarkan ponsel bersamaan.
“Damn it!” gumam Nicholas dengan mata nyalang. “H- ho- how come?”
Tatapan Nicholas berubah horor. Berulang kali menatap Park Yiseo dan Choi Yong Do. Sebenarnya ada apa dengan dua orang itu?
_______________