Setelah melalui kejadian dramatis, akhirknya Park Yiseo berhasil menempati apartemen dengan unit duplex di lantai 101. Gadis Park itu tidak menunggu waktu lama untuk mendekorasi apartemen sesuai keinginannya.
Mudah baginya membeli semua furniture yang dia inginkan. Gadis remaja asal Korea itu telah menerima black card dari ayahnya sebelum kedua orang tuanya kembali ke Canberra. Seperti hidup yang dijalaninya selama ini, uang adalah satu-satunya hal yang bisa menghiburnya.
Selama ini dia tidak pernah kekurangan materi. Ya. Dia putri satu-satunya dari Park Yibeom dan Kim Hyun Ahn. Memberikan kartu kredit unlimited kepada anak semata wayang seperti memberikan boneka beruang yang harganya tak seberapa. Asalkan Park Yiseo bisa tersenyum.
Dan begitulah hari-hari Yiseo berlangsung di Melbourne. Dia hanya ditemani oleh Jangmi. Apartemen ini memang menyediakan sebuah tempat di lantai satu, dikhususkan bagi seluruh tamu yang memerlukan supir atau juga asisten pribadi. Tentu saja biayanya sudah ditangguhkan bersama biaya unit apartemen.
Hanya butuh tiga hari bagi Park Yiseo untuk menyulap apartemen duplex-nya menjadi sesuai dengan keinginannya.
Lalu, bagaimana dengan Choi Yong Do.
“Bitches!” Tentu saja lelaki itu tak bisa berhenti memaki saat melihat wajah Park Yiseo.
Keributan yang diciptakannya beberapa hari yang lalu membuat Choi Yong Do memasang tanda merah di dahi Yiseo.
“Asshole!” Tapi jangan salah juga. Bukan Park Yiseo namanya kalau tak bisa membuat musuhnya kalah.
“Hei!”
Langkah Yiseo terhenti saat ia hendak masuk ke ruangannya. Gadis muda itu menunda tangan yang hampir menyentuh gagang, lalu perlahan memutar pandangan. Menatap seseorang yang baru saja berteriak.
Tepat saat itu juga Choi Yong Do mengangkat jari tengahnya. “You mother F’ka!”
Park Yiseo hanya tersenyum kecut, lantas menggelengkan kepalanya. “Kecowa,” gumam gadis itu.
Choi Yong Do meracau kesal. Salahnya sendiri menegur Park Yiseo. Sudah bagus dia masuk saja ke ruangannya. Untuk apa dia memaki Yiseo. Lihat saja sendiri, sekarang dialah yang tersulut emosi.
“ARRRGGGGHHH ….” Yong Do berteriak setelah membanting pintu rumahnya dengan kasar.
Lelaki muda itu mendengkus dan wajahnya mulai berbubah merah padam. Sialan dengan gadis Park yang tidak tahu diri itu. Setelah pertemuan antar keluarga yang berlangsung dramatis tersebut, Choi Yong Do bersumpah akan membalas perbuatan keluarga Park pada kedua orang tuanya.
“Lihat saja nanti,” desis pria itu. Sekali lagi dia mendengkus. Choi Yong Do mengentakkan kaki menghampiri kulkas. Mengambil dua botol minuman bersoda dan melesat ke dalam ruangan pribadinya.
Bukan kamar. Ini sesuatu yang lebih privasi daripada kamar. Di sini dia bisa meluapkan emosinya. Di sini dia bisa berteriak sepuasnya dan di sini dia bisa memaki tanpa henti. Siapa yang peduli?
Itulah sebabnya mengapa Choi Yong Do memilih untuk tinggal di apartemen. Di sini dia bisa menciptakan sebuah ruangan dengan lima computer di dalamnya. Ruangan yang disebutnya RGB room. Oh, astaga. Kekanak-kanakan sekali. Tidak bisakah Choi Yong Do mencari nama lain selain–red green and blue–apakah karena lightning room yang berwarna sama dengan RGB sehingga terlihat cozy? Hampir menyerupai lantai dansa di kelab malam. Hanya saja di ruangan ini tidak ada lampu disko. Cahayanya lebih smooth.
Namun, ada satu lagi singkatan yang sengaja dibuat Choi Yong Do untuk merepresentasikan ruangan pribadinya ini –rough gaming and burning– di sini dia bisa berkomunikasi dengan orang lain tanpa saling menatap langsung.
Di sini dia berperan sebagai raja. Dia bisa mengontrol dunianya. Dia hanya duduk di atas kursi goyang warna merah. Memakai earphone untuk menyumbat telinganya dari segala kebisingan, lalu saat layar monitor menyala, maka Choi Yong Do akan merasa seperti seorang dewa dalam sebuah petualangan berbahaya.
“Welcome lord Ares.” Suara itu menggema dalam ruangan ini.
“Set the light,” titah lelaki yang duduk di kursi tersebut. Dia mengambil kaca mata tiga dimensi untuk membuat semua ini makin terasa nyata.
“Perintah diterima. Lampu akan diatur sesuai penerangan yang dibutuhkan oleh lord Ares.” Suara tersebut kembali menggema.
Jemarinya begitu lihai dan cepat bergerak di atas keyboard. Tak sampai lima detik, tampilan pada monitor utama pun terganti.
“Welcome to Castle of Titan.”
“Prepare all weapons,” ucapnya lagi.
“All the weapons are ready.”
“Now, invite all the soldiers.”
“Calling the soldiers in the three seconds.”
Sudut bibir lelaki itu terangkat membentuk seringaian. Di sisi lain, jantungnya mulai berdetak meningkat. Ada rasa antusiasme, adrenalin yang mengoyak dia dari dalam. Lelaki itu membuka laci. Jemari tangan kanannya mengetuk-ngetuk gaming mouse berperforma tinggi di samping keyboard-nya. Mouse yang dilengkapi side button yang banyak memudahkan lelaki muda itu mengaktifkan skill yang telah diinput sebelumnya.
“All the soldiers are here.” Ketika suara si wanita yang sejak tadi menggema dalam ruangan ini kembali terdengar, maka itu menjadi pertanda jika dia harus menyiapkan diri sebaik mungkin.
“Hai, Ares.”
“Hai, god of war.”
“Hello our king, it’s an honor to meet you again.”
“It’s good to see you again, guys.” Choi Yong Do menyapa dengan sangat ramah.
“But, by the way di mana kau beberapa hari ini? Kami hampir gila tak ada kau.” Suara seorang gadis muda terdengar. Mereka ada lima orang sudah termasuk Choi Yong Do. Dan mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Para remaja itu sedang mempersiakan diri untuk memasuki dunia mereka.
Choi Yong Do tertawa rikuh. “I’m sorry fellas, aku sibuk mengurusi kepindahanku ke apartemen.”
“Oh my God!” Gadis yang berbicara tadi tampak terkejut.
“Damn it! You got the penthouse, hah?” Seorang lelaki ikut menanggapi. Membuat Choi Yong Do kembali tertawa rikuh.
“Tak seberapa dengan mansionmu, Mason,” ucap Yong Do.
“Oh, Man … demi Tuhan, tinggal di mansion sendirian sangat tidak enak. Kadang kala aku tidur dengan hantu. Hahahahaha.”
“Oh, please ….” Salah satu dari mereka ikut bersuara. “Jangan membual, Mason. Kau punya banyak teman dan kalian sering pesta ganja.”
“Sialan!” maki Mason. “Kau gila Flynn! Aku masih dibawah umur. Astaga ….”
“Hei guys ….” Sapaan itu datang dari seorang gadis, tapi bukan dia yang bersuara di awal.
“Hai, Lisa.” Choi Yong Do menyapanya dengan wajah sumringah.
“Keep focus, gerbangnya akan dibuka.” Lisa memperingatkan kawan-kawannya.
“The gate will be opened in five … four … three ….”
Choi Yong Do menghela napas. Melakukan perenggangan kecil di leher dan memperbaiki posisi duduknya agar semuanya bisa berjalan dengan lancar.
“Set the weapons.” Choi Yong Do memberi perintah.
“Jadi, bagaimana kita akan menang malam ini, lord Ares? Kau punya rencana baru untuk menyusup ke istana tanpa terbunuh oleh para titan sialan?” tanya si gadis sarkas bernama Lisa.
Choi Yong Do menyeringai. “Sebelum kita lanjut, apa kalian sudah membeli senjata terbaru?”
“Aku beli sepuluh.”
“Yelena …,” panggil Mason. “You so damn maniac, tapi sayanganya aku beli dua puluh.”
“Oh astaga, seberapa banyak uang kalian, temans?” tanya Flynn.
“Bagaimana denganmu Flynn?” Giliran Yelena yang bertanya.
“Sialan. Kau pikir aku akan kalah, hah? Aku punya berlian dan semuanya kujual pada si gila Lordleaf,” ujar Flynn.
Mulut Yong Do terbuka. “Uhhh … sepertinya kita benar-benar sudah siap, hah? Tapi tunggu, kalian belum lihat ini.” Choi Yong Do menekan sesuatu di keyboardnya. Jemarinya bergerak sangat cepat. Hanya dalam sedetik dia telah siap dan sekejap menekan tombol ener untuk menginput.
“Hol* sh!t ….”
“Damn!”
“Son of a btch!”
Semua orang memaki saat melihat senjata yang dikeluarkan Choi Yong Do. Sebuah senjata premium keluaran terbaru dan hanya tersedia dalam dua menit di saat peluncuran pertama. Senjata yang diburuh oleh para gamers di berbagai penjuru. Senjata yang punya demage menakutkan. Dan sekarang Choi Yong Do memelikinya.
“Bung, katakan padaku. Apa kau punya kasino? Orang tuamu pasti punya kelab untuk prost*tusi, ‘kan?”
Choi Yong Do tertawa sinis. “Tidak. Aku yang punya situs prost!tusi,” ucap Choi Yong Do yang hanya dibalas dengan gelak tawa oleh dua teman lelakinya.
“Oke, oke.” Yelena menyergah. “Cukup saling pamernya. Sekarang bersiap. Mereka datang. Ares!”
“Oke,” jawab Yong Do. “Aku butuh Lisa untuk ikut bersamaku menuju gerbang utara sementara Mason dan Flynn akan berperang dengan para titan.”
“What about me?” sergah Yelena cepat.
“Kau seperti biasa.”
“Auuhh sh*t. Aku di sini untuk berperang, Ares bukan untuk jadi pela’cur!”
“Ayolah Yelena. Kau yang suka membuat karkatermu seperti model Victoria Secret, ‘kan? Nah ... sekarang kau akan menjadi model Victoria secret di kastil titan.” Ada nada candaan pada kalimat yang baru saja diucapkan Mason. Membuat Yelena geram.
“Shut the fu’ck up!” maki Yelena. “Aku tidak mau!” bantah gadis itu. “Aku baru beli senjata baru. Aku ingin berperang dengan titan daripada para penjaga istana. Lagi pula siapa yang buat game gila ini, kenapa para penjaga malah seperti pria mesum.”
“Sudah pasti itu karena mereka m***m,” kata Mason.
“Can you guys be quite and keep focus?!” Suara Lisa meninggi membuat ketiga temannya berhenti berdebat.
“Oke,” ucap Yong Do. Suaranya yang terdengar paling merdu di sini. “Sekarang kita lakukan misinya. Malam ini kita harus menang. Ingat dengan tumpukan berlian yang berada dalam istana ini. Jika kita bisa menang malam ini, maka kita bisa pindah di istana yang lebih besar.”
“Oke.” Teman-teman Yong Do menjawab serentak.
“Come on Lisa, aku mengandalkanmu.”
“Don’t worry. Aku berada di belakangmu dan aku selalu fokus.”
Mulailah para remaja yang itu menjalankan aksi mereka. Ini lebih seru daripada game yang marak di kalangan remaja. Di dalam permainan ini, para pemain dituntut untuk bisa berpikir keras. Mereka melalui tahap demi tahap. Dari istana yang hanya punya sepeti emas, sampai yang punya segudang emas dan minggu lalu, mereka berhasil menghancurkan istana emas yang dijaga anjing raksa dan naga yang besar. Sekarang mereka harus menghadapi para titan.
Castle ini menjadi istana yang tersulit. Mereka sudah mencoba membobolnya dalam lima kali uji coba dan selama itu, mereka selalu gagal. Strategi demi strategi dilakukan, tapi mereka selalu saja terbunuh dan akhirnya kehabisan waktu sebelum menemukan si raja. Jika mereka berhasil membunuh raja, maka otomatis seluruh penjaga akan mati dan mereka mendapatkan hadiah berlian.
“Opened fire!” Mason memberi kode.
“Tahan Mason,” ucap Flynn.
“Yelena, you okay?” tanya Yong Do. Dia paham betul siapa yang paling tertekan di sini.
“Ya, ya …,” jawab Yelena. Tampak remeh. “Tak perlu khawatirkan aku. Aku sedang menelanjangi diriku. Kalian nikmati saja. Oke, tak masalah.
“Don’t worry Yelena, akan kuberi setengah dari bagianku kalau kau menang,” ujar Mason.
“Tutup mulutmu, bedeb^h!” maki Yelena.
Suara tembakan mulai terdengar. Artinya para titan telah dilepas dan sekarang waktu berburu. Lisa menembak dengan cara paling cantik. Dia yang dijuluki Lady Death dalam permainan ini. Tembakannya benar-benar tak pernah meleset. Sementara Mason dan Flynn menyerang secara brutal. Di sisi lain ada Yelena yang mengecoh para penjaga.
“I feel like I’m in movie. You guys know The Maze Runner?”
“Oh, diamlah Mason. Kau terus saja mengoceh,” ucap Yelena.
“Oh ayolah … ini benar-benar seru aku- Akkhhh!”
“Oh sial!” Flynn memaki. “Percepat revive-mu, bedeb*h.”
“Sialan, Mason. Sudah kubilang untuk konsentrasi. Ini baru tiga menit dan kau sudah mati,” ketus Lisa.
“I’m sorry fellas, aku tadi terkecoh. Baiklah med kit selesai. Wakutnya kembali. Sekarang rasakan ini.”
Suara baku tembak kembali memenuhi rungu para pemain. Sementara Choi Yong Do dan Lisa semakin memasuki istana di mana jalur yang mereka ambil ternyata tak dijaga ketat.
“Kau yakin di sini jalan menuju kamar raja?” tanya Lisa.
“Entahlah. Hanya saja aku sudah sampai di titik ini kemarin sebelum para … awas!” Choi Yong Do melepaskan tembakan. Sialan. Jantungnya tersentak tadi.
“Sh*t!” maki Lisa. “Monster macam apa mereka.”
“Itu hanya venom, Lisa.” Choi Yong Do mengakhiri ucapannya dengan kekehan sinis.
“Sial! Dari mana datanganya mereka?” Napas Lisa terdengar menggema, pertanda jika gadis itu juga terkejut.
“Mereka keluar dari dinding. Kau harus hati-hati,” ujar Yong Do.
“Hemmm … dari dinding, hah?” gumam Lisa.
“Hei, guys. Aku mulai bosan di sini. Apa aku boleh menyusul kalian? Barang kali kalian butuh tenaga untuk melenyapkan para venom,” ujar Yelena.
“Tidak perlu,” tandas Lisa. “Semua terkendali. Kau fokus pada pekerjaanmu.”
Terdengar kekehan sinis dari Yelena. “Sial. Aku tidak sabar untuk menembak. Akan kubunuh para penjaga ini.”
“JANGAN!” seru para pemain.
“Sial!” maki Yelena.
“Jika kau bunuh para penjaga maka kau tahu istana ini akan roboh sementara kita belum mendapatkan sang raja. Kau mau mengulang dari awal?” ujar Choi Yong Do.
“Diamlah, bedeb*h!” maki Yelena.
Choi Yong Do mendengkus. Mereka tak tahu saja bagaimana jantung Yong Do saat ini. Di mana dia harus bersiap dengan segala konsekuensi.
“Ares, arah jam sembilan!”
DOR
“Fu’ck!” maki Yong Do. “Son of a btch!” Lanjutnya.
Kali ini giliran Lisa yang terkekeh sinis. “Ayolah, Ares … dia hanya venom,” cibir Lisa.
“Sial. Mengapa mereka selalu muncul di depan mata.” Napas Yong Do menggema di earphone.
Mason dan Flynn kompak tertawa. “Demi apa pun, ini makin seru. Para titan mulai menyerbu. Waktunya mengeluarkan basoka,” ujar Mason. “Flynn!” serunya.
“Oke, basoka siap.”
“Oh sialan … bisakah kalian cepat? Aku sedang dilecehkan di sini,” ujar Yelena.
“Bersabarlah, Barbie. Kami sudah menaiki tangga menuju-“
DOR
“Fu’ck up!” maki Yong Do.
“Sialan. Mereka banyak sekali. Hei tunggu.” Lisa menyadari sesuatu. Bergegas di menoleh ke bawah sementara Yong Do terus menaiki anak tangga sambil menyetel senjatanya.
“Hol* crab! That’s a lot of venom,” ujar Lisa.
“What?” gumam Yong Do.
“Sepertinya kau salah menduga kekuatan mereka, Ares. Para venom tidak mati begitu saja. Mereka parasit.”
“Apa?!” pekik Yong Do
“But don’t worry, I can’t handle this,” ujar Lisa. Begitu percaya diri.
“Oke, Lisa. Aku percayakan mereka padamu. Sekarang aku sudah sampai di lantai atas dan—”
DOR
DOR
DOR
“Jangan tembak!” Peringat Lisa. “Kalau kau tembak, sel mereka akan merayap di lantai dan malah akan makin besar di sini,” ujar gadis itu.
“Lalu bagaimana?” tanya Yong Do. Dia mulai panik.
“Hindari saja mereka dan cepat cari kamar raja,” ucap Lisa.
“Baiklah.” Choi Yong Do mulai membuka satu per satu bilik dan sejauh itu dia masih harus berperang dengan para venom.
“Kubilang tak usah menebak!”
“Aku tidak bisa. Situasiku tersudut. Aku tidak ingin revive di sini,” ujar Choi Yong Do.
Lisa menggeram. “Oke, aku selesaikan ini dengan cepat.” Terlihat karakter Lisa mengambil sesuatu dari dalam rompinya. Giginya menarik ujung benda itu lalu melemparnya sementara dia mengangkat tangan menembakkan busur ke atas.
BOOM
Terjadi ledakan besar di lantai dasar dan sepertinya itu mengundang perhatian.
“Hey guys, kalian membuat para penjaga mulai goyah. Hati-hati dengan ledakan.” Yelena memberikan peringatan.
“Sial!” maki Lisa. Dia berhasil menyusul Choi Yong Do. “Kita harus bergegas,” ucap gadis itu.
“Ya,” jawab Yong Do. “Tinggal satu bilik lagi dan aku yakin dia di sana,” ujar Yong Do.
“Baiklah, ayo.”
Mereka bergegas menuju bilik terakhir yang terletak bersebrangan dan ada banyak venom yang muncul. Choi Yong Do tidak berhenti memaki dan di tengah keseruannya bermain game, malah terdengar bunyi bel pintu di luar.
“Sial!” maki Yong Do. Pria itu menoleh. “Siapa orang gila itu,” gumam Yong Do.
“ARES!” seru Lisa.
“Oh sh*t!” Choi Yong Do bergegas menyetel senjata, tapi terlambat. Gerakannya kalah cepat dengan para venom.
“Arrrgggghhhh!” geram Yong Do. Dia masuk dalam mode revive.
“Sial. Mereka semakin banyak.” Suara Lisa makin panik.
Yong Do bisa menyaksikan bagaimana temannya itu kewalahan menyerang para venom sendirian, sementara dia harus menunggu sampai tiga menit.
TING TONG TING TONG TING TONG
Choi Yong Do kembali menoleh dan dia menggaruk kepalanya frustasi.
“Siapa orang iseng itu!” gumam Yong Do.
“Hei, Ares. Apa kau masih lama?”
Atensi Yong Do kembali terpusat saat Lisa memanggilnya. Lelaki itu menghela napas lalu membuangnya dengan cepat. Dia kembali memakai earphone.
TING TONG TING TONG
Membiarkan bunyi itu terus menggema dan berusaha untuk konsentrasi. Sialan. Mengapa bel rumahnya bisa terdengar sampai di sini?
“Sial. Aku lupa mencopot speaker di depan pintu ini,” gumam Choi Yong Do.
“Apa?” pekik Lisa.
“Oh tidak,” ujar Yong Do.
“Fukus, Ares. Fukus!” Lisa memperingatkan.
“Oke, oke.” Sekali lagi Choi Yong Do mencoba untuk fokus.
Jika dia revive lagi, maka sudah dipastikan kalau mereka akan kalah lagi malam ini, dan Yong Do tidak mau karena dia sudah sangat ingin menang kali ini.
“ARGGGH!” Giliran Lisa yang terbunuh. “SIAL!” maki gadis itu.
Sekarang mereka benar-benar telah tersudut. Para venom berubah menjadi raksasa dan senjata tak lagi mempan di sini.
“I will kill you all, son of a btch!” gumam Yong Do.
Dia hampir menuju pintu terakhir, tapi di sana para venom telah berubah menjadi raksasa. Tembakannya tak berarti di sini.
“Sepertinya kita butuh basoka,” ucap Yong Do.
“Kalau begitu segera ganti senjatamu. Aku ragu bisa menolongmu sekarang.” Lisa memberikan pendapatnya.
Choi Yong Do bersiap mengganti senjata, tapi di luar benar-benar berisik sampai dia tak bisa berkonsentrasi sama sekali.
“Fokus, Ares. Fokus,” desis Lisa.
“Hem!” Yong Do mengentakan napasnya satu kali kemudian mengarahkan senjatanya pada para venom.
Tatapannya harus fokus. Dia tahu kerusakan seperti apa yang akan ditimbulkan saat dia menekan pelatukanya sekarang.
“Ayo, Ares. Apa yang kau tunggu?”
“Diamlah,” desis Yong Do.
“Hei … ayolah!” Seluruh pemain mulai menggerutu. Ditambah suara bel pintu yang makin bersik membuat Yong Do makin tak bisa berkonsentrasi.
“Arrrghhh! Sial! Aku tidak sudi diperlakukan seperti ini. Cepatlah,” keluh Yelena. Dia mulai jijik menatap layar monitornya.
“Ares!”
DOR
BOOM
Terjadi ledakan besar di sana. Dan ….
_________________