56. Taking Care for Each Other

1283 Kata
Sambil berpegangan tangan, Park Yiseo dan Choi Yong Do berjalan menyusuri koridor apartemen. Choi Hye Min merengkuh tubuh istrinya dari samping dan mereka tersenyum bersama. Memandang dua remaja yang berjalan tampak sangat serasi meninggalkan rumah mereka dan bersiap menghadapi dunia. Sebelum menaiki lift, Choi Yong Do menoleh dan senyum di wajah pria muda itu membuat kedua orang tuanya kembali menitikan air mata haru. “He grows so fast,” kata Hye Min dan istrinya mengangguk. Goo Hae Young memutar tubuh, menghadap suaminya. “Sejak awal aku sudah yakin jika mereka akan menjadi teman dekat,” kata Hae Young. Tampak bibir Hye Min memberengut sewaktu pria itu mengedikkan kepalanya ke samping. “Park Yiseo adalah gadis pemberani. Dia tegas. Tidak heran, kulihat Kedubes juga punya watak keras dan disiplin,” ujar Hye Min. Goo Hae Young kembali menganggukkan kepalanya. “Aku senang, tetapi merasa malu di saat bersamaan.” Goo Hae Young terkekeh. Wanita itu menundukkan kepalanya. “Kenapa?” tanya Hye Min. Ada senyum yang menghiasi wajah Goo Hae Young saat wanita itu kembali membawa pandangannya kepada sang suami. Goo Hae Young mendesah, lantas menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya. “Entahlah. Harga diriku tertampar mendengar kata-kata gadis itu. Dia berani. Sangat berani. Aku heran dengan gadis yang punya pemikiran seperti itu. Dia bilang jiwanya seperti singa. Astaga!” Goo Hae Young menggelengkan kepalanya. Choi Hye Min tersenyum di tempat. Masih menatap lorong tempat di mana tadinya dua remaja Asia itu berjalan dan Choi Hye Min mengusap lengan istrinya. “Pemikirannya, caranya berucap, perilakunya. Semua itu. Apakah kau berpikir jika kedua orang tuanya yang mendidik Park Yiseo hingga menjadi wanita tangguh seperti itu?” Goo Hae Young mendongak menatap suaminya. “Ya,” kata Hye Min. “tentu. Sebagian besar pengaruh sifat seseorang adalah faktor genetik. Ditambah dia dibesarkan dalam keluarga yang sepertinya menjunjung tinggi harga diri. Aku melihatnya saat pertama kali bertemu. Park Yiseo punya tatapan mata seperti ayahnya, Kedubes Park.” “What about her mother?” tanya Hae Young. Choi Hye Min menggeleng pelan. “Entahlah, dia tidak banyak bicara saat berkunjung. Sepertinya dia tipe wanita yang tunduk pada suami,” ujar Hye Min. Ada sesuatu dalam ucapan suaminya yang membuat Goo Hae Young melepaskan kekehan kecil. Wanita itu menarik dirinya dari dekapan sang suami. Memandang Choi Hye Min dengan bibir yang memberengut, lalu Goo Hae Young melipat kedua tangan di depan da’da. “Ada apa?” tanya Hye Min. Merasa bingung dengan ekspresi sang istri. Goo Hae Young menggeleng, lantas mengedikkan bahu kanan. “Tidak ada,” kata wanita itu. Choi Hye Min mengernyit. “Ekspresimu seperti sedang menahan tawa, atau semacamnya. Ada apa?” Mulut Hae Young terbuka melepaskan desahan. Wanita itu melepas kedua tangan yang terlipat di depan da’da. Tanpa menjawab pertanyaan suaminya, Goo Hae Young memilih untuk melangkah. Meninggalkan sang suami. Choi Hye Min mengembuskan napas panjangnya sambil menggelengkan kepala. *** Bilik kecil yang ditumpangi oleh Choi Yong Do dan Park Yiseo berhenti di lobi apartemen. Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang tengah mengawasi mereka. Namun, Park Yiseo sempat memberikan atensinya kepada wanita dan pria yang tak asing di ingatannya. Mereka pun saling bertatapan dengan pandangan dingin. Semilir angin yang bertiup mengikuti tubuh dua orang itu seperti mengirimkan firasat buruk pada Park Yiseo dan selama ini dia selalu percaya pada instingnya. “Yiseo-ssi?” Suara itu membuat Park Yiseo melepaskan tatapannya. Ia mengerjap lalu menatap Choi Yong Do. “Ada apa?” tanya Yong Do. Park Yiseo tersenyum. “Nothing,” katanya. Gadis itu kembali menarik tangan Yong Do. “Selamat pagi, Nona Park, Tuan muda Choi.” Jang Mi menyapa dengan sangat ramah. Choi Yong Do menarik sudut bibirnya membentuk senyum formal dan ia menganggukkan kepala. Sementara Park Yiseo tidak menyahut dan langsung menarik tangan Yong Do menuju mobilnya. Ada sesuatu yang membuat Jang Mi mengerutkan dahi hingga akhirnya ia memutar tubuh menghadap Park Yiseo. “Nona Park,” panggil Jang Mi. Dan Park Yiseo memutar wajahnya. “tuan menanyakan soal surat panggilan orang tua.” Park Yiseo mendengkus. “Kau tahu apa yang harus kau ucapkan.” Sesingkat itu Park Yiseo menjawab ucapan Jang Mi. Tidak ada kalimat yang keluar dari bibir Jang Mi. Pria itu langsung memutar tubuhnya, menuju kursi kemudi. Park Yiseo terlihat sibuk dengan gawainya. Sementara Choi Yong Do memilih untuk menghela napas panjang. “Kau yakin tidak akan apa-apa?” tanya Yong Do. Untuk sekelebat, Park Yiseo menghentikan aktivitas jari jempolnya yang tengah mengirim pesan pada seseorang dan gadis itu memutar pandangannya ke samping. Gadis itu mendesah panjang. “Don’t worry,” kata Yiseo. Gadis itu tersenyum samar. “ini hanya masalah kecil. Lagi pula ada Peter, kan?” Choi Yong Do mendesah dan dia menjadi resah. Pria itu memandang ponsel Yiseo. “Dia tidak memberi kabar,” ucap Yong Do. Terdengar decakan bibir dari Park Yiseo. Gadis itu membanting punggung ke sandaran. “It doesn’t matter,” kata Yiseo. Seketika tatapannya menjadi tegas. “ada Peter atau tidak, kita tetap akan menang. Lagi pula jika memang harus dikeluarkan dari sekolah itu, tidak masalah.” Park Yiseo kembali memutar wajahnya. Gadis itu meraih tangan Choi Yong Do dan membuat Yong Do menurunkan tatapan. Sudut bibir pria itu kembali berkedut, kemudian membentuk senyum di wajah. Ia mendongak menatap Yiseo. Choi Yong Do membalas genggaman tangan Yiseo. “Kita hadapi bersama,” kata Yiseo. Sambil tersenyum, Choi Yong Do menganggukkan kepalanya. “Hem,” gumam pria itu. Park Yiseo sempat memberikan senyum sebelum ia kembali membawa atensinya pada ponselnya. Apa yang dilihat Yong Do, sebenarnya adalah cara Yiseo menutupi perasaan khawatirnya. ‘Sialan. Ada apa denganmu, Pete. Jangan bilang kalau kau takut padanya. Pecundang!’ Gadis Park itu sangat gelisah. Sedari tadi ia mengirim pesan pada Peter, tetapi tak ada satu pun dari pesannya yang dibalas oleh Peter. Park Yiseo yang paham jika dialah yang akan mendapat masalah besar hari ini. Orang tuanya tak sebaik orang tua Choi Yong Do. Bahkan, sesungguhnya, perkataan Jang Mi tadi bagai cemeti untuk Park Yiseo. Seketika memori mengingatkan Park Yiseo pada hari di mana ia membuat kekacauan sebelum pindah ke Melbourne. ‘Kau pikir apa yang akan dinilai oleh publik, hah? Park Yibeom seorang Menteri pendidikan, tetapi anaknya adalah seorang perundung. Apa yang dipikirkan otak picikmu, hah? Akan lebih baik kau mati daripada mempermalukan namaku.’ Park Yiseo menutup mata. Membiarkan desahan panjang lolos dari mulutnya dan ia menundukkan kepala. ‘Ingat, Yiseo, aku rela menukar apa pun demi kamu. Seluruh harta yang aku miliki akan menjadi milikmu kelak, tetapi bisakah kamu berjanji padaku? Jangan buat keributan di sekolah yang baru. Jadilah siswa biasa. Aku tidak ingin duduk di dalam kantor kepala sekolah dan mendengarkan ceramah mereka. Itu menyita waktuku yang berharga. Dan … bersikaplah seperti manusia.’ “Hahhh ….” Ada sesuatu yang seperti meremas da’da Yiseo dengan kuat. Degup jantungnya berdetak cepat dan wajahnya membesar bagai balon. Kali ini dia tidak merundung, tetapi memukul anak dari pemilik sekolah ternama di Melbourne. Entah bagaimana dia akan lolos dari hukuman sang ayah. “Hei ….” Park Yiseo menunduk saat merasakan kehangatan yang kini mengungkung punggung tangannya. Gadis itu menoleh. Didapatinya senyum di wajah Choi Yong Do, seperti melepas sesuatu di dalam hatinya. “Everything gonna be fine, alright?” Gadis Park itu kembali mengulum bibirnya dan memoles senyum di wajah. Ia menganggukkan kepala. Menatap wajah Choi Yong Do membuat Park Yiseo merasa seakan-akan tindakannya telah benar. “Yong Do,” panggil Yiseo. Pria itu kembali membolakan matanya pada Yiseo. “apa pun yang terjadi, kita akan baik-baik saja.” Sudut bibir Yong Do semakin naik. Ia mempererat genggamannya pada tangan Yiseo. “I trust you,” kata Yong Do. “Ya,” jawab Yiseo. ‘Tapi aku tidak percaya pada diriku,’ batinnya. ___________________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN