Sueny mengempaskan badannya ke atas kasur. Ia masih menggunakan pakaian yang tadi ia gunakan untuk bekerja. Rasanya memang lengket di tubuh, tapi entah mengapa ia benar-benar malas untuk mandi, maka dari itu ia lebih memilih untuk berbaring. Ini sudah pukul delapan malam, tapi Sueny baru pulang. Ia tadi terpaksa harus lembur lagi hingga jam setengah delapan karena pekerjaannya jadi lebih menumpuk. Jelas ia minta ditemani oleh Sherly dengan iming-iming makanan dan taxi gratis. Bagaimana pun, ia tetaplah seorang yang penakut. Tanpa alasan jelas Sueny terus menatapi ponselnya dengan putus asa. Entah mengapa dengan bodohnya ia menunggu telepon atau pesan dari Kevin yang sepertinya tak akan pernah ada. Lalu seseorang mengetuk pintu kamar Sueny dari luar, disusul dengan suara ibunya yang meman