Bayar!

1180 Kata
Sudah sebulan ini hubungan Diraga dan Bening makin dingin. Kehilangan calon bayi mereka ternyata tak membuat hubungan Bening dan Diraga semakin membaik. Sejak saat itu Bening malah semakin menjaga jarak terhadap suaminya. Diraga yang ingin memberikan waktu untuk Bening pulih dari rasa dukanya merasa sangat kecolongan. Ia tak sadar, entah mulai kapan tembok pembatas dirinya dan Bening terasa semakin tebal. Akhirnya Diraga lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor atau bersenang-senang dengan teman-temannya. Kehadirannya di rumah itu seolah hanya untuk mengurus kedua adik Bening dan tidur dipunggungi oleh istrinya. Seperti malam ini. Waktu telah menunjukan pukul satu malam tapi Diraga masih sibuk mengangkat beban sambil menonton tivi di dalam kamar tidur mereka. Bening yang tengah tertidur pulas merasa terganggu dengan suara tivi yang dipasang cukup keras. “Mas, boleh kecilkan volumenya?” pinta Bening dengan suara serak dan masih sangat mengantuk. Walau besok hari Sabtu, Bening ingin tidur lelap tanpa terganggu. “Pake ear plug gih,” suruh Diraga tak peduli dan terus melatih otot bisepnya sambil menonton film horor. Mendengar jawaban suaminya yang tak mengalah membuat Bening kesal dan ia semakin kesal karena suara jeritan dari film tersebut membuatnya jadi benar-benar terjaga. Kini ia tak peduli jika Diraga akan marah besar padanya, Bening segera mengambil remote tivi dan mematikannya. “Heh! Apa-apaan kamu?!” “Aku mau tidur! Mas Diraga kalau mau nonton film horor kan diruang tengah sana bisa kan?! “ usir Bening kesal. “Suka-suka aku dong mau nonton dimana!” “Suka-suka aku juga kalau aku gak suka kamar tidurku berisik! Ini rumahku!” “Wih, sombong sekali … rumah ini memang milik kamu, tapi pemilik rumah ini punya hutang banyak padaku jadi aku bisa melakukan apapun yang aku mau!” “Enak aja! Lagian ngapain sih mas tengah malam begini olahraga sambil nonton horor?! Kaya gak ada kerjaan aja?” gerutu Bening yang merasa kalah telak dengan ucapan Diraga. “Emang aku harusnya ngapain? Nidurin kamu?!” “Idiih! Main mau nidurin aja… bayar!” oceh Bening kesal mendengarkan ucapan Diraga yang tak jauh-jauh dari s**********n. “Bayar? Kamu pikir aku gak mampu bayar kamu?” ejek Diraga sambil tertawa kecil. Mata Bening membulat, ucapan Diraga membuat ide dikepalanya. “Bagus kalau gitu! Mulai saat ini kalau mas Diraga mau hubungan intim sama aku, harus bayar!” “Sebut angkanya! Jangan banyak cincong!” “Sekali hubungan satu juta!” “500 ribu!” tawar Diraga cepat. “Katanya mampu tapi nawar,” ejek Bening. “Boleh kok kalau kamu mau sekali hubungan satu juta atau dua juta sekalipun, sekalian dapat dosa karena gak ikhlas melayani suaminya!” “Oke! Deal 500 ribu sekali hubungan, potong hutang!” jawab Bening cepat sebelum suaminya berubah pikiran. Ia telah berhitung, dengan hasrat s****l Diraga yang tinggi, dalam satu minggu ia bisa 3x berhubungan dengannya. Satu bulan ia bisa mendapatkan potongan hutang 4 sampai 5 juta.Hal itu akan membuat hutang Bening lebih cepat lunas. “Baik! Sekali hubungan 500 ribu, potong hutang tapi tidak berlaku jika kamu yang minta untuk aku tiduri.” Ucapan terakhir Diraga membuat Bening tersedak. “Aku yang minta?! Mas Diraga mimpinya ketinggian kaya cita-cita!” ejek Bening sambil tertawa sinis. Selama menikah dengan Diraga tak sekalipun Bening minta untuk ditiduri oleh suaminya. “Lihat saja nanti,” ucap Diraga cepat sambil meletakan barbelnya lalu mendorong Bening perlahan keatas ranjang. “Mau ngapain sih mas?!” pekik Bening saat melihat suaminya mulai membuka kancing piyama Bening. “Ck! Emang bisnis sama kamu itu harus ada hitam diatas putih, baru aja ngomong udah lupa! Kenapa? Karena perdana mau dibayar langsung? Nih, 500 ribu!” Diraga segera mengambil dompetnya dan mengeluarkan 5 lembar uang 100 ribuan dan menyerahkannya pada Bening. “Potong hutang saja,” jawab Bening pelan sambil merengut saat sadar bahwa Diraga menginginkan tubuhnya saat itu juga walau sebenarnya ia merasa malas melayani. Tapi demi hutang agar cepat terbayar Bening akan melakukan apa saja. Diraga mengangguk lalu mulai naik ke atas ranjang sambil mendesah, “Service aku yang bagus, kali aja bisa aku naikan sampai satu juta,” Bening hanya merengut dan membiarkan Diraga mulai menyentuhnya. *** Diraga duduk merenung dimeja kerjanya. Matanya tertuju pada kertas hasil hitungan Bening tentang sisa hutangnya. Tentu saja hutang itu masih banyak dan butuh waktu lama untuk Bening melunasinya. Tapi Diraga merasa kesal karena sejak perjanjian service potong hutang itu terjadi Bening melakukannya dengan baik sehingga Diraga mulai kecanduan dengan tubuh istrinya. Kadang dalam satu malam saja mereka bisa melakukannya dua atau tiga kali. Diraga merasa mulai terjebak dengan permainan Bening yang konsisten berusaha mempercepat melepaskan diri darinya. Diraga tak bisa membiarkan hal ini terjadi. Ia sudah tak ingin ditaklukan oleh wanita seperti Sari menaklukan dirinya. Kali ini ia yang harus kembali mendominasi Bening. Sebuah rencana terbesit di pikiran Diraga dan ia akan melakukannya pada Bening malam ini. Di tempat lain, Bening pulang lebih cepat dari pada biasanya. Tadi pagi Diraga mengisyaratkan padanya bahwa malam ini ia ingin berhubungan intim dengan Bening. Tentu saja Bening akan menyiapkan dirinya dengan baik. Semakin baik servicenya, semakin cepat Diraga terpuaskan dan mencapai puncak dan semakin cepat juga ia bisa tidur. Waktu telah menunjukan pukul 8 malam saat Diraga pulang dari kantor. Sesampainya dirumah Diraga langsung sibuk bermain games bersama Banyu. Bening mulai gelisah saat pukul 10 malam Banyu belum juga tidur. “Banyu, ayo tidur. Besok kamu harus sekolah, ini sudah malam. Mulai besok kamu gak boleh main games sampe malam begini lagi. Gamesnya saat weekend saja!” tegur Bening pada Banyu. Melihat kakaknya merengut, Banyu segera bangkit dan berpamitan pada Diraga untuk bersih-bersih lalu tidur. Diraga pun ikut bangkit dan menuju kamar tidur mereka untuk membersihkan diri diikuti oleh Bening. Diraga melihat Bening telah mengenakan pakaian tidur sexy saat ia baru saja selesai mandi dan duduk menggoda diatas ranjang. Melihat istrinya begitu cantik dan sexy, Diraga langsung naik keatas ranjang dan mencumbu Bening sampai suasana terasa begitu panas. Bening telah terbawa suasana dan terangsang saat Diraga dengan tiba-tiba menghentikan cumbuannya. Mata Bening terbelalak saat melihat suaminya malah berbaring disisinya dan mencoba untuk tidur. “Loh, gak jadi mas?” tanya Bening bingung. “Gak ah, gak nafsu lagi … kamu susah banget diajak ciuman, bikin drop.” jawab Diraga santai sambil membaringkan tubuhnya dan tampak siap untuk terlelap tidur. “Ya, udah ayo ciuman!” ucap Bening dongkol karena ia bisa kehilangan potongan hutangnya dan pula ia tengah birahi. “Boleh aja, tapi ini kamu yang ajak ya tandanya…kan kamu yang minta,” jawab Diraga cepat sambil membuka matanya. “Loh, kok jadi aku yang minta?!” “Lah barusan, nawarin ciuman?” “Gak usah kalau gitu!” “Okeh, aku mau tidur aja… lagian aku juga cape… besok lagi saja kita coba.” ucap Diraga tenang dan mengambil guling lalu tidur membelakangi Bening. Bening hanya bisa merengut kesal. Perasaannya jadi tak karu-karuan bercampur antara dongkol, kesal dan birahi. Tapi ia terlalu gengsi untuk meminta Diraga menyelesaikan percintaan mereka. Bening pun memutuskan untuk membaringkan tubuhnya dan ikut tidur bersama Diraga. Bening tak menyadari saat ia tertidur lelap, Diraga membalikan tubuhnya dan menatapnya tanpa henti dengan senyuman mengembang tanda kemenangan. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN