Mengapa

1038 Kata
"Kau ini kenapa!" Body menarik tangannya dengan kasar dari genggaman tangan Zee, "Aish, s*alan. Menjijikkan sekali," "White ..." Zee tersentak. White tak seperti yang pernah dia kenal dulu. Kali ini bahkan dengan kelembutan Zee, White sama sekali tidak terpengaruh. Zee gelisah dan berpikir dengan keras tentang kesalahan lainnya yang kemungkinan dia lakukan terhadap White. Tapi, tentu saja dia tak bisa memikirkannya. Sikap White sekarang bukan karena Zee melakukan kesalahan. Tapi, karena dia bukanlah White yang sebenarnya. Zee berjalan lunglai menuju toilet umum di ujung lorong. Beberapa menit setelah Zee masuk, Manager Zee menyusul, dia menatap Zee penuh dengan rasa penasaran. Dean, manager Zee tersebut sudah lama ingin menanyakan tentang hubungan Zee dengan White yang tampak kacau akhir-akhir ini. Melihat kejadian yang baru saja terjadi. Dean semakin penasaran. Dia ingin mengetahui apa yang terjadi, agar dia bisa segera mencari solusi, jika terjadi masalah. "Phi Zee, Phi dan White ... apa hubungan kalian baik-baik, saja?" tanya Dean tanpa basa-basi, begitu menghampiri Zee. "Kua juga merasakannya? entah apa yang merasuki White, sepertinya dia sangat membenciku." "Bagaimana bisa? Phi melakukan kesalahan?" "Aku kira dia marah karena aku meninggalkannya saat kecelakaan. Tapi, sepertinya bukan itu penyebabnya." "Phi harus segera mencari penyebabnya, dan minta maaflah kepada White. Proyek ini bisa kacau jika kalian seperti ini terus." "Aku juga sudah berusaha. Tapi, aku tak menemukan dimana letak kesalahanku." "Berusahalah lebih keras Phi. Ingat, Phi adalah lawan main White. Kalian tak boleh saling bermusuhan," "Iya, aku tahu," Beberapa detik kemudian, gawai manager Zee berbunyi, dia segera mengangkat panggilan tersebut, "Iya Phi Dew. Adegan selanjutnya? baik, kami segera kesana. Phi Zee, kita harus mulai syuting lagi. Ayo bergegas," ucap Dean setelah menutup teleponnya. "Hmm, duluan saja, aku menyusul sebentar lagi." Zee memeriksa wajahnya, lalu menghela nafas, "Bagaimanapun, aku harus berbaikan dengan White. Aku pasti bisa melakukannya," ucap Zee kemudian langsung berlalu keluar dari toilet menuju tempat syuting. *** Hampir pukul sembilan malam. White menunggu Body pulang dari syuting. Dia duduk di luar gedung, sambil menatap langit di atasnya. White sengaja menunggu Body hari ini. Dia memberitahu Body, bahwa ada sesuatu yang mau dia bicarakan. Body hanya mengucapkan kata "Hmm," ketika White bicara demikian di telepon. Kata itu saja sudah cukup bagi White. White mempelajari sesuatu dari Body. Bahwa ketika laki-laki pemarah itu mengucapkan kata "Hmm," artinya dia mengerti, dan akan menyetujui apa yang White katakan. Hampir sepuluh menit menunggu, akhirnya Body keluar dari gedung. Zee juga tampak keluar, lalu menatap Body yang menuju kearah White. "White menemui laki-laki? siapa dia?" batin Zee. Karena penasaran, Zee akhirnya mengikuti White dari belakang. "Kau ingin bicara apa? tak bisakah kau ke rumah? kenapa harus bertemu disini!?" seperti biasa, Body bicara dengan nada kesal. White berdiri dari duduknya, "Phi Bo ...." White seketika terkejut. Dia tak menduga bahwa Zee akan mengikuti Body, "White! kau sudah selesai syuting?" ucap White mengalihkan kalimatnya dengan cepat. "Kau ini kenapa? kenapa memanggilku ..." "Phi Zee, selamat malam," ucap White lagi sambil membungkuk. Akhirnya Body tahu kenapa White tiba-tiba merubah panggilannya. Zee mengabaikan White, lalu menatap Body, "White, kenapa kau masih disini?" Body mendengus lalu berbalik, menatap Body dengan pandangan sinis, "Kenapa kau ingin tahu?" ucap Body. White memukul Body agar Body menghentikan tingkahnya. "Kenapa bicara begitu pada Phi Zee? bicaralah dengan lembut Phi, Phi itu sekarang adalah White," bisik White ke telinga Body. Body mendorong White agar menyingkir darinya, lalu menghela nafas kesal. "White dia siapa?" tanya Zee kemudian. "Ah, aku Body, Phi. Teman White, aku juga penggemar Phi Zee," "Benarkah?" Zee menatap White dari ujung rambut hingga kaki, "Sejak kapan White punya teman? dan sepertinya laki-laki ini dan White begitu akrab. Aku tak bisa membiarkannya." Zee menatap Body lalu memberikan senyum terbaiknya. White langsung meleleh karena senyum itu, sementara Body menatap Zee dengan jengkel, "White, kau mau pulang, kan? ayo Phi antar." "Tidak! aku pulang dengannya saja. Ayo!" Body menarik tangan White. White terpaksa mengikuti Body, sambil menatap keara Zee dengan rasa bersalah. "Mereka menggunakan mobil White? s*al, White pasti sudah dipengaruhi oleh laki-laki itu. Bagaimana bisa dia bersikap dingin padaku, tapi mau mengikuti laki-laki itu? aku harus mencari tahu siapa dia." *** Sesampainya di rumah, White mengikuti Body masuk. Body menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap White. "Kenapa kau ikut masuk? sudah jam segini, sebaiknya kau pulang!" "Sudah kukatakan aku mau membicarakan sesuatu." "Besok saja!" "Tidak bisa!" White menerobos masuk dan duduk di sofa sambil memasang wajah cemberut. "Dasar anak kecil. Ada apa lagi denganmu?" "Ini soal Phi Zee. Kenapa Phi bersikap kasar pada Phi Zee? aku mendengarnya di lokasi syuting dan tadi aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." "Karena dia menyebalkan. Kenapa dia selalu mendekatiku? sudah cukup aku beradegan dengannya di drama. Dia dunia nyata aku tak mau berhubungan dengannya juga. Menjijikkan sekali." "Phi! tak boleh bicara seperti itu tentang Phi Zee. Dia orang baik, dan Phi harus akrab padanya baik itu saat syuting atau diluar syuting. Karena proyek bisa bermasalah jika penggemar tahu para aktor tidak saling akrab." "Masa bodoh!" "Phi, jangan merusak citraku di depab Phi Zee. Aku mohon bersikap baiklah padanya," . Body menatap White dengan serius, "Lemah, jangan-jangan kau ... kau memang benar-benar menyukai si br*ngsek itu?" White hanya diam mendengar pertanyaan Body. Body menangkap sesuatu, dia terkekeh tak percaya, "Ya Tuhan. Kau benar-benar menyukainya? kalian berdua ... wah! kau memang luar biasa. Kau tak hanya berakting tapi juga menyukai laki-laki?" "Memangnya kenapa jika aku menyukai laki-laki! aku bukan orang jahat, aku juga tidak mengganggu siapapun! kenapa aku tidak boleh menyukai apa yang memang aku sukai!?" White berdiri, lalu mengusap air matanya yang tiba-tiba saja tumpah. Dia bergegas masuk ke kamar lalu membanting pintu dengan kesal. "Kenapa kau marah padaku! dasar cengeng. T-Tunggu dulu, kenapa kau masuk kesana. Itu kamarku! White," Body menggendor-gedor pintu kamar, "Buka pintunya!" White tak bersuara. Namun, Body mendengarnya terisak. Body menggelengkan kepalanya lalu duduk di sofa menatap pintu kamar tersebut. "Kenapa dia jadi kesal begitu? dan jika dia ada disana aku harus tidur dimana? itu kan kamar ... ah, itu sebenarnya adalah kamarnya." Body menarik nafas panjang, lalu berbaring di sofa, sambil masih menatap pintu kamar White yang tertutup. "S*al. Bocah itu membuatku seperti orang yang benar-benar jahat. Aku kan tidak salah. Dia benar-benar menyukai Zee? seperti aku menyukai wanita? hah, kenapa bisa seperti itu? bukankah wanita masih banyak di muka bumi ini?" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN