Karma Buruk

1143 Kata
Body akhirnya bisa tertidur dengan tenang. Setelah mengikuti semua ritual perawatan yang dilakukan White. Meskipun dia mengomel dan terus-terusan memaki dengan kesal, namun dia tetap melakukannya. Kini mereka tertidur nyenyak bersama. Awalnya White merasa canggung dan tidak nyaman, karena Tuan Muda itu sama sekali tak pernah berbagi tempat tidur dengan orang lain. Namun, semakin larut, White akhirnya memejamkan matanya. Dia terlelap mengikuti Body yang telah lebih dahulu mendengkur. *** Pagi menyapa dengan warna cerah hari ini. Udara dan bau rumput membelai hidung dengan keharuman yang segar. Body meregangkan otot-ototnya sambil tersenyum. Dia masih mengantuk, walau dia bergerak matanya tak terbuka sama sekali. Body bergeser ke samping lalu memeluk White. Tubuh White yang terasa lembut dan hangat membuat Body merasa nyaman. Karena merasa ada yang menahannya, White akhirnya terbangun. Dia terbelalak melihat Bidy begitu dekat dan memeluknya dengan erat. White terlonjak, lalu dengan reflek menendang Body, hingga Body tersungkur ke lantai. "Akh! kau gîla!? kenapa menendangku, aish, s*alan!" Body berusaha bangun sambil memegangi pinggangnya. "Kenapa Phi terlalu dekat? Phi membuatku kaget!" White protes. Body menggaruk-garuk kepalanya. Dia masih saja menguap beberapa kali, rasa kantuk masih bersarang di kepalanya, walau sudah tidur berjam-jam, "Sudah pagi?" ucap Body sambil berputar-putar kehilangan arah. Beberapa detik kemudian, dia tersadar lalu menyentuh wajahnya, "Apa kita sudah ..." Body menatap White. White menghela nafas, lalu menggelengkan kepalanya. Body kemudian berlari dan memeriksa wajahnya di cermin, "Kenapa masih belum bertukar juga! arggh," setelah melihat dia masih berada di tubuh White, Body merasa kesal dan memukul-mukul kepalanya. Sedangkan White hanya diam, dan pasrah. "Sepertinya tak akan berhasil, Phi." White turun dari tempat tidurnya, lalu segera menuju kamar mandi. Selesai mencuco wajah dan memakai pelembab, White segera keluar, lalu memeriksa gawainya. "Aku harus pergi bekerja. Phi hari ini juga ada syuting, kan? kita pergi bersama. Aku akan memasak sarapan dulu," ucap White, dan berlalu keluar dari kamar. "Sampai kapan aku harus berada di tubuh ini? bagaimana lagi caranya agar kami bisa kembali ke tubuh masing-masing? ini membuatku gila!" *** "Selamat pagi, White. Bagaimana kabarmu hari ini?" Zee menyapa Body, begitu melihatnya keluar dari mobil. "Jangan ganggu aku, suasana hatiku sedang buruk!" ucap Body sambil berlalu melewati Zee. Beberapa menit kemudia, White ikut keluar dari mobil, "Selamar pagi, Phi Zed," ucap White sambil tersenyum. Zee menatap White tajam. Jelas sekali dia sangat tidak menyukai White yang sekarang ini berwujud Body, "Kau dan White ... datang bersama?" tanya Zee kemudian. "Benar, Phi. Kami kebetulan ..." "Aku tahu laki-laki seperti apa kau ini!" ucapan Zee membuat White terdiam, "Kau mau memanfaatkan White, bukan?" "Tidak, Phi. Phi salah paham, aku hanya ..." "Lalu kenapa kau membawa mobil White!? aku lihat kau selalu membawanya setiap hari." "Ini karena ... White meminjamkannya padaku." "Kau pikir aku bodoh? dengar. Jangan macam-macam dengan White. Jika aku memergokimu melakukan hal aneh, aku pasti akan menghajarmu! dasar benalu!" Zee meludah, lalu segera meninggalkan White. Untuk beberapa saat, White masih membatu. Namun, satu menit kemudian, White menundukkan kepalanya lalu tersenyum, "Phi Zee bicara begitu ... apakah karena dia peduli padaku? ternyata dia peduli padaku." *** "Phi Body. Ingat, beraktinglah dengan benar, dan jangan bersikap kasar pada Phi Zee," Body membaca pesan masuk dari White. Dia mendengus, lalu menggelengkan kepalanya tak percaya, "Si B*doh ini selalu mengirim pesan yang sama setiap hari. Apa dia robot?" Body mengunci gawainya, lalu memasukkan gawai tersebut ke saku celananya. Tak berapa lama, Zee yang telah menyelesaikan adegan pertamanya menghampiri dan duduk di samping Body. Zee tersenyum lembut. Body tak membalas senyuman Zee. Namun, dia juga tak melakukan ekspresi buruk lainnya, demi menjaga emosi jiwa dan menjaga janjinya kepada White, bahwa dia akan memperlakukan Zee dengan baik. "White, selesai syuting mau makan malam bersama?" tanya Zee kemudian. "Tidak bisa," jawab Body, menjaga nada suaranya agar tak meninggalkan kesan ketus. "Kenapa? kita sudah lama tak makan malam bersama, ayo kali ini Phi yang traktir." "Aku akan makan malam di rumah saja." "Ah, kalau begitu ... ayo ke rumahmu. Kita bisa bicara dan duduk dengan nyaman." "Sebenarnya apa maumu? kenapa kau terus saja mendekatiku?" Body mulai kesal, dia menatap Zee tajam, hingga Zee tampak sedikit terintimidasi. "White, apa maksudmu? sebelumnya bukankah kita sangat akrab? aku selalu mengunjungi rumahmu, dan mengantarkanmu pulang." "Kalau begitu, mulai sekarang jangan lakukan itu lagi, aku tak ingin akrab denganmu." Body hendak beranjak. Namun, tiba-tiba Zee menggenggam tangannya, "Pasti semua karena laki-laki yang bersamamu itu, kan? White, kau harus berhati-hati. Siapa dia sebenarnya? sejak kapan kau berteman dengannya?" Body melepaskan genggaman Zee darinya. Dia berusaha menahan diri untuk tak mengamuk, "Kenapa kau ikut campur urusanku? kau itu hanya lawan mainku," "White, Phi bicara begini demi dirimu. Kau bilang hanya lawan main? kau mengaku menyukaiku, dan memberikan segala macam hadiah untukku karena itu. Aku mohon, sadarlah!" "Aish, dasar si Lemah b*doh. Ternyata dia sudah mengaku menyukai laki-laki ini?" "White, kau dengar? ingat, tak semua orang yang dekat denganmu memiliki maksud baik. Kau harus berhati-hati," "Phi Zee. Dengarkan aku, mulai sekarang ... aku tak menyukaimu lagi. Kau puas? sekarang enyahlah," Body menatap Zee tajam, namun Zee masih taj beranjak. Dia terus saja berusaha untuk menggenggam tangan Body. Body menepis tangan Zee berkali-kali, lalu berdiri, "Kalau begitu, aku yang pergi," ucap Body, sembari beranjak dengan kesal. Syuting dimulai hingga selesai. Body yang sedang dalam suasana hati tidak baik, berusaha menyelesaikan syuting tanpa ada masalah. Body dan Zee melakukan beberapa kesalahan, karena masalah mereka, namun untung saja, tak ada pertengkaran. Setelah syuting, Zee mengawasi Body dari kejauhan. Dia kembali kesal, karena mendapati White yang menghampiri Body dengan senyumannya. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba gawainya berbunyi. Ada sebuah pesan masuk dan Zee langsung memeriksanya. "Nama Body Hemsakul. Usia 28 tahun, pekerjaan saat ini, teknisi. Kadang mengerjakan pekerjaan paruh waktu lain untuk menambah uang. Dia pernah terlibat beberapa masalah, dan pernah ditahan karena kekerasan." Bunyi pesan tersebut. Zee menyeringai, "Ternyata dia orang yang seperti ini? pantas saja, dia mendekati White. Kena kau sekarang." *** "Phi Body, bagaimana syuting hari ini, apakah lancar?" Body membaca pesan masuk dari White. Sudah pukul dua pagi. White hari ini tidak mengunjungi rumahnya, karena Bu Lada sudah pulang dari luar kota. Dia merasa aneh bertemu ibunya dengan wajah asing seperti sekarang ini. "Hah, katakan saja kau ingin memastikan bahwa aku tak membuat onar hari ini," Body mendengus, lalu mengetik singkat. "Lancar." White langsung mengirimkan balasan setelah beberapa detik, "Apa yang Phi lakukan sekarang? sudah makan malam?" Body segera membalas, "Aku mau tidur." "Baiklah, Phi. Selamat tidur." Balasan White kemudian. Body menghela nafas, lalu menatap wajahnya di cermin. Wajah putih dan merona itu, kini tak asing lagi baginya. Body menyentuh wajah tersebut. Di otaknya berkecambuk berbagai macam pikiran. Lalu, ada satu pikiran yang membuatnya terpaku. "Apakah aku bisa berada di tubuh si B*doh ini karena aku sangat membencinya? seperti yang terjadi di drama. Aku akhirnya disini karena karma burukku. Mungkin jika aku bersikap baik ... kami bisa kembali? tapi, bukankah saat ini aku sudah bersikap baik padanya, apakah masih kurang?" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN