White keluar dari tempat kerjanya setelah seharian memperbaiki mesin yang rusak bersama Pond. Karena ini akhir pekan, Pond bergegas pulang mendahului White untuk pergi berkencan. White berjalan sambil mengayun-ayunkan tangannya dengan ceria. Sebenarnya dia ingin melihat Body syuting. Namun, ternyata syuting dilakukan di tempat lain, bukan di gedung biasanya. Phi Dew pun tak menghubungi karena tak ada yang harus ditangani di lokasi syuting saat ini. Jadi sekarang White memilih untuk berjalan sebentar, meninggalkan mobilnya di area parkir gedung. White berkeliling dan akhirnya menyinggahi taman tak jauh dari tempatnya bekerja. Begitu hendak duduk menikmati sejuknya angin, tiba-tiba beberapa orang mendekati White. Wajah mereka sama sekali tak ramah. White ketakutan. Perlahan dia ingin beranjak dari tempatnya. Namun, kelompok yang terdiri dari tiga orang tersebut menangkap White dan memaksa White mengikuti mereka.
"Tunggu dulu, kalian siapa!? lepaskan aku!" White berusaha berontak. Tapi, dia kalah jumlah. Seorang dari mereka meninju White hingga dia tak sadarkan diri.
Hampir satu jam lamanya. Mobil yang dibawa oleh ketiga orang itu memasuki sebuah apartment. Satu orang dari mereka menunggu di depan sebuah kamar, dan dua lainnya menyeret White kedalam kamar tersebut. Setelah beberapa menit, kedua orang tersebut keluar. Sudah jelas mereka membiarkan White di kamar dalam keadaan masih tak sadarkan diri.
Beberapa menit kemudian, White akhirnya bergerak, dia meringis merasakan perih di wajahnya. White tergeletak di lantai dan mencoba untuk bangun. Dia memandang kesekitar, pandangannya masih samar, White lalu menutup matanya, dan segera menormalkan diri. Beberap detik kemudian dia membuka mata, kembali fokus melihat sekitarnya yang sangat asing.
"Aku ada dimana?" batin White kemudian. Dia merogoh sakunya untuk mencari gawai. Ketika dia mendapatkan benda tersebut. Seseorang tiba-tiba merebut benda itu dari tangannya. White kaget. Dengan cepat dia berbalik, untuk mengetahui siapa orang yang telah mengurungnya di ruangan itu. Begitu White melihat sosok di belakangnya, White semakin kaget dan tak percaya. Zee Arayatham, tampak mondar-mandir sambil memegangi gawai White yang telah dia rebut.
"P-Phi Zee ...."
"Kau mau menghubungi siapa? menghubungi White?" tanya Zee sambil menatap White tajam.
"Phi Zee, aku dimana? kenapa aku ada disini?" White tak mengerti sama sekali. Padahal dia sekarang berada di tubuh Body. Untuk apa Zee membawa Body ke tempat asing ini? bahkan Whitepun tak pernah ke tempat ini sebelumnya.
"Duduk!"" ucap Zee sambil mendorong kursi yang beroda kearah White. Sementara dia duduk di sofa, melemparkan gawai White ke sampingnya. Menyilangkan kaki, lalu melipat tangannya di depan d**a.
White dengan gugup duduk di kursi yang telah diberikan Zee. Dia menegangi wajahnya yang sakit lalu perlahan mulai meringis lagi. White Pattchara, jangankan dipukul orang lain, dia bahkan kesakitan saat nyamuk menggigitnya. White adalah pemuda yang sangat tidak menyukai rasa sakit, dan tentu saja tak pernah mengalami rasa sakit secara fisik selama menjadi dirinya yang asli.
"Phi Zee ... aku masih tak mengerti, kenapa ..."
"Namamu Body Hemsakul, kan?" tanya Zee kemudian dengan nada rendah yang terkesan menakutkan bagi White.
"I-Iya, aku ... Body Hemsakul," White menatap Zee, lalu mengepalkan tangannya, "Ini aku Phi, White Pattchara. Andai Phi bisa mengenaliku, tapi itu tidaj mungkin,"
"Kau seorang teknisi?"
"I-Iya Phi, tapi kenapa aku disini? dan tadi orang-orang yang membawaku ... apa Phi yang memerintahkan mereka?"
"Body Hemsakul. Kau pasti sangat ingin mendekati White, kan? karena apa, karena kau miskin?"
"Phi, apa maksudmu? aku tidak ..." White terdiam, "Apa dia melakukan ini karena aku? Phi Zee tak ingin aku begitu dekat dengan orang lain?"
"Kau pikir bisa dengan mudah memanfaatkan White? jangan mimpi, ada aku di sisinya. Tak kan kubiarkan White jatuh ke tanganmu."
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan, Phi. Ini aku, White! aku dan Phi Body hanya bertukar tubuh!" White ingin sekali mengatakan yang sebenarnya. Namun, Body tak kan percaya. Tak mungkin ada orang normal yang percaya bahwa jiwa bisa bertukar tempat dengan orang lain.
"Kali ini hanya peringatan. Jangan mendekati White lagi. Jika aku meihatmu terus-terusan bersama White ... aku pasti tidak akan tinggal diam."
"Phi, kau tak perlu sampai melakukan ini. Jika kau bicara baik-baik, aku akan ..."
"Tapi, mengapa White bisa terpengaruh olehmu? hah, kau terlihat sama sepertinya."
"Maksud Phi apa?"
"Kau ... cara bicaramu dan sikapmu sama seperti dia sebelum bertemu denganmu. Tapi sekarang dia lebih kasar dan bicara seenaknya. Apa dia berubah karena menyukaimu?"
"Tidak Phi, itu tidak benar. White sama sekali tak menyukaiku. Kami hanya dekat karena ..." White tak bisa meneruskan kalimatnya.
"Karena apa?"
"Karena aku pernah membantunya. Itu saja."
"Lalu kenapa White memberikan mobilnya padamu?"
"Dia hanya meminjamkannya, Phi."
Zee berdiri lalu lalu mendekati White. White kaget, dia menggerakkan tangan dan kakinya karena takut sekaligus gugup.
"Kau ... berani-beraninya merayu White hingga dia mau memberikan mobilnya padamu."
"Phi, sudah kubilang, dia hanya ... akh!" White kesakitan, karena Zee menjambak rambutnya.
"Kau pikir bisa menipuku? kau tak akan bisa mendapatkan White. White milikku!"
"P-Phi Zee ..." deg, d**a White mulai berdegup kencang diantara rasa sakitnya. White memang menyukai Zee lebih dari sekedar lawan main di drama. Walau White tahu rasa sukanya mungkin hanya sepihak. Zee sangat akrab dan baik padanya. Mereka bahkan pernah berciuman di luar drama. Namun, hati White tahu. Zee melakukan itu dengan tujuan lain, "Phi Zee ... apa kau melakukan ini karena cemburu? apa kau sekarang sudah benar-benar menyukaiku?"
Buk! Zee meninju perut White. White kesakitan dan tersungkur. Beberapa detik kemudian, Zee berjongkok dan kembali menjambak rambut White.
"Aku tahu kau ini orang seperti apa," Zee berdiri lalu membuka dompetnya. Dia mengambil selembar cek, lalu melemparkan cek tersebut ke wajah White, "Itu untukmu. Seribu dolar harusnya cukup, kan? jangan sampai aku melihatmu mendekati White lagi.
"Phi, kau tak perlu melakukan ini. Jika kau menyukai White ... kau hanya perlu bicara baik-baik denganku, aku pasti akan ..."
"Hahaha, kau bicara seolah kau benar-benar menyukainya saja."
"M-Maksud Phi ..."
"Aku tahu apa tujuanmu. Kau hanya ingin mengeruk harta White, sekaligus ingin ketenaran. Tapi Body ... kau terlambat selangkah. Kita punya tujuan yang sama, hanya saja aku lebih dahulu mengincar White. Jadi, berhentilah disini, atau kusuruh orang-orangku menguburmu menguburmu hidup-hidup."
"Phi Zee ... ternyata masih begitu? kau belum menyukaiku. Tujuanmu belum berubah, kau hanya mau memanfaatkanku. Kukira ..." tubuh White bergetar. Dia akhirnya menangis. Hatinya merasa sakit mendengar perkataan Zee. Dari awal White tahu, jika Zee seperti orang lainnya. Zee hanya memanfaatkannya demi popularitas. Tapi, White tak peduli, dia terus saja membiarkan dirinya dimanfaatkan Zee. White yakin jika dia bersikap baik, suatu saat Zee akan berubah dan akhirnya benar-benar menyukai dirinya.
"Kukira, kau sudah berubah."
TBC