White menunduk dalam. Hatinya terasa sakit, namun dia tak bisa berbuat apapun. Dialah yang salah, dialah yang menyukai orang tak seharusnya dia sukai. Dialah yang membiarkan orang lain memanfaatkannya. Jadi, dikasus ini semua adalah seratus persen kesalahannya. White sangat mengerti akan konsekuensi ini. Dia berusaha untuk tetap tersenyum, namun malah kebalikan yang terjadi, air mata White menggenang dan akhirnya tumpah. Zee terkekeh melihat White menangis terisak. Dia tak menyangka laki-laki berwajah tegas dengan perawakan maskulin itu ternyata adalah seorang yang cengeng. Zee tertawa puas karena sudah berhasil membuat White menangis.
"Ternyata kau cengeng juga. Wah, tak bisa kupercaya, White menemukan orang aneh sepertimu dimana?" Zee mengejek White, sambil memukul-mukul kepala White. Walau hanya pukulan pelan, tapi itu membuat White semakin menangis.
"Phi, aku akan menunggumu. Kau tak boleh seperti ini. Aku akan bersikap baik hingga kau bisa benar-benar menyukaiku. Kau akan berubah, kan?" batin White meronta. Dia menatap Zee dengan matanya yang basah. Zee menyeringai, pemandangan itu begitu membuatnya geli.
"Kau benar-benar manusia menyedihkan. Pergi dari sini. Dan ... ingat, jangan pernah temui White lagi!"
White bangun lalu mengusap air matanya. Perlahan White menaruh cek yang di lemparkan Zee ke atas tempat tidur.
"Aku tak butuh ini, Phi. Phi tak perlu khawatir, aku akan menjauhi White. Aku akan melakukan apa yang Phi perintahkan."
White berjalan keluar, sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Namun, daripada perut, perasaan White lebih sakit lagi. White harus menanggung pukulan dan kata-kata jahat dari orang yang dia sukai. Betapa itu sungguh membuatnya kecewa.
"Dia tak mengambil cek ini? pasti dia mengincar sesuatu yang lebih besar. Aku harus benar-benar memperbaiki hubungan dengan White. Takkan kubiarkan orang miskin itu mendapatkan kesempatan."
***
"Kalau tidak salah ... aku menyimpannya disini."
Body membongkar lemari kamarnya. Bukan lemari kamar di rumah White. Tapi ini benar-benar lemari di kamarnya. Yah, Body mendatangi kontrakannya setelah selesai syuting hari ini. Sudah hampir dua jam dia disana berkeliling mencari sesuatu.
"Nah, ini dia." Body mendapatkan apa yang dia cari. Sebuah t-shirt pendek berwarna abu-abu yang masih terbungkus rapi. Dia membeli t-shirt itu satu hari sebelum kecelakaan, dan dia belum menggunakannya sama sekali. T-shirt itu adalah pakaian pertama yang dibeli Body setelah dua tahun lamanya. Alssan dia membelinya pun karena hampir semua pakaiannya sudah tidak layak pakai.
"Anak ini, dia memenuhi lemariku dengan pakaiannya? dia ternyata membeli pakaian baru sebanyak ini. Dasar, orang kaya memang selalu membuang uang untuk melakukan hal yang tidak penting. Padahal dia kan bisa membawa pakaian dari rumahnya," Body menatap kesekitar, "Dia benar-benar tidur dengan boneka beruang ini? hah, bahkan mejaku pun penuh dengan alat perawatan kulitnya."
Body menggelengkan kepala lalu keluar dari kamar. Dia berdiri sejenak, rumahnya memang tampak jauh lebih baik dari saat dia tinggal disana. Semuanya bersih dan rapi. Kulkas penuh, makanan keringpun tersusun dengan ukuran yang simetris di dalam lemari dapur.
Sebelumnya, karena Body dan Pond sama-sama malas dalam membersihkan, rumah ini sangat berantakan seperti kandang sapi. Bidy terenyum dan mengakui kehebatan White dalam merapikan ruangan.
"Apa dia menyedot debu disetiap sudut? luar biasa sekali. Dia *OCD atau apa?" Body duduk di sofa, lalu menarik nafas dalam, "Sudah lama aku tak disini. Ternyata rindu juga. Ini akhir pekan, Pond pasti di tempat pacarnya. Tapi, si Lemah itu dimana? kenapa dari tadi belum pulang juga?"
Body mengambil gawainya hendak menghubungi White. Namun, begitu dia hendak menekan tombol panggil, tiba-tiba pintu terbuka. White masuk ke dalam rumah, tanpa menyadari bahwa Body ada disana.
"Cengeng. Kau sudah pulang? dari mana saja? kenapa baru pulang sekarang?"
"P-Phi Body?" White terdiam sejenak. Setelah beberapa detik, dia langsung menundukkan kepala dengan gugup, "Kenapa Phi ada disini?"
"Kau ... wajahmu kenapa?" Body memperhatikan White. Jelas sekali wajah White tampak memar dan sudut bibirnya membengkak.
"Ah, aku tidak apa-apa. Tadi hanya jatuh,"
"Jatuh bagaimana?" Body menyentuh dagu White untuk melihat lebih jelas, "Kau dipukuli?"
"Tidak, Phi. Aku benar-benar jatuh,"
"Kau pikir aku bodoh? mana mungkin ..."
"Akh!" White meringis karena Body tak sengaja menyenggol perutnya. Zee memukulnya begitu keras hingga sakit di perutnya langsung terasa walau hanya disenggol sedikit saja.
"Aish, kau benar-benar dipukuli, kan!? siapa yang memukulnu!"
"Sudah kubilang aku terjatuh,"
"Aish, dasar b*doh! siapa yang kau coba bohongi. Dengan melihatnya saja aku ..."
"Aku mau mandi."
White berlalu masuk ke kamar. Dia mengambil handuk dan segera masuk ke kamar mandi. Body menatap White sambil mengacak rambutnya tak percaya.
"Bisa-bisanya dia mau membohongiku. Dasar lemah, kenapa dia membiarkan orang memukulinya, dia tidak bisa melawan sedikitpun?" Body mengomel sambil keluar dari rumah.
Setengah jam kemudian, White keluar dari kamar mandi. Dia telah mengenakan kaus berwarna putih, dan celana trening hitam. White menarik nafas panjang, tersenyum dab menyembunyikan masalah adalah hal yang mudah baginya. Itulah yang dia lakukan sekarang. Dia mengeringkan rambut dengan handuk sambil tersenyum seperti tak ada masalah yang menimpanya.
"Kau gila? kenapa tersenyum seperti itu?" Suara Body mengangetkan White. White perlahan mendekati Body yang duduk santai di atas sofa.
"Phi masih disini? ah iya. Omong-omong, kenapa Phi datang kemari?"
"Sejak kapan aku tak boleh datang ke rumahku sendiri?"
"Bukan tidak boleh, hanya saja, tak biasanya."
"Jangan cerewet. Kemari, kuobati lukamu."
"Ini hanya luka kecil, Phi. Aku bisa mengobatinya sendiri."
"Aku bilang kemari!"
White akhirnya menuruti Body. Dia mendekat lalu duduk di samping Body sambil mengepalkan tangannya.
"Ya ampun. Kau membiarkan wajahku dipukuli seperti ini? harusnya kau melawan memalukan ku saja."
"Aku tidak ..."
"Tidak dipukuli? hanya orang bodoh yang percaya kata-katamu."
White menunduk. Body lalu mengambil saleb luka yang telah dia beli sebelumnya, dan mulai mengambil saleb tersebut dengan tangannya.
"P-Phi ..." White menahan tangan Body yang hendak menyentuh wajahnya.
"Ada apa lagi?"
"Kau ... sudah cuci tangan?"
Body menghela nafas mendengar pertanyaan White, "Kau ini, tak salah lagi, kau mengidap OCD, kan?"
"Aku tidak ...."
Body segera bangun dari duduknya dan mencuci tangan di wastafel. Beberapa menit kemudian, dia kembali memamerkan tangannya kepada White.
"Kau puas?"
White hanya diam. Body duduk dan kembali mengambil saleb untuk White.
"Lihat kesini," perintah Body. White dengan canggung melihat kearah Body. Body lalu mengoleskan saleb dengan lembut ke wajah dan bagian sudut bibir White.
White tercekat. Dia sama sekali tak pernah melihat sisi Body yang seperti ini. Body sepertinya sudah mulai berubah.
"Phi Body. Kenapa kau mulai baik padaku? karena ini adalah tubuhmu atau ... kau memiliki alasan yang sama seperti Phi Zee?"
TBC
Ctt : OCD = Gangguan Obsesif Kompusif, terobsesi pada sesuatu secara berlebihan. Misal takut kuman, ataupun keinginan mengatur pola (susunan barang dsb) dalam bentuk tertentu.