Pagi sudah datang menjelang. Dinni sudah terbangun sejak tiga puluh menit yang lalu, namun dia masih saja duduk di tepi tempat tidurnya dengan perasaan yang terasa tidak enak. Semalaman dia bahkan kesulitan untuk memejamkan mata karena perutnya terasa sakit sekali. Sepertinya tubuh Dinni yang sudah terbiasa dengan makanan sehat mendadak shock saat dia kembali makan sembarangan dan juga dengan jumlah yang sangat banyak itu. Dinni lagi-lagi meringis sambil memegangi perutnya yang terasa begah dan penuh. “Aku harusnya tetap mengontrol pola makanku,” desisnya pelan. Tatapan Dinni pun beralih pada jam dinding yang terus bergerak pelan. Dia akhirnya memaksakan diri untuk bangun dan segera bersiap untuk berangkat ke kantor. Dinni mandi dengan cepat-cepat dan kemudian segera berpakaian. Setelah