Kaku dan dingin. Hubungan Dinni dan Reyhan layaknya memiliki sebuah tembok pembatas yang tidak kasat mata. Tanpa terasa sudah dua hari berlalu, tapi Reyhan masih saja bersikap acuh. Di sisi lain Dinni juga merasa penat. Dia sudah berusaha setiap harinya untuk membuat Reyhan berbicara kepadanya, tapi semua usahanya itu terkesan sia-sia karena Reyhan tetap saja bersikap dingin dan selalu menatapnya dengan tatapan sengit yang membuat Dinni tidak berani berlama-lama menatap matanya itu. Namun pagi ini Dinni mempunyai sebuah strategi lain yang dirasa cukup jitu untuk membuat Reyhan berbicara padanya. Dinni pun menatap rantang di tangannya dengan penuh percaya diri dan segera melenggang masuk ke dalam ruangan Reyhan. “Selamat pagi.” Dinni menyapa ramah. Reyhan yang juga baru tiba hanya menat
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari