Dinni baru saja sampai di rumahnya setelah mengantarkan Reyhan terlebih dahulu ke apartemennya. Kesenangan yang tadi dia rasakan usai sudah dan berganti dengan penat yang sudah datang mendera. Seluruh persendian Dinni kini terasa kaku dan penat. Dia bahkan tidak punya tenaga untuk sekedar mengganti pakaian dan menghapus riasan di wajahnya. “Aaaah ... aku capek sekali,” bisik Dinni seraya mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Dinni memejamkan matanya pelan. Lama kelamaan suara helaan napasnya terdengar semakin pelan. Apakah dia sudah terlelap? Tidak. Tidak beberapa lama kemudian Dinni kembali duduk dan menyapu wajahnya dengan telapak tangan. “Tidak! aku sudah berjanji tidak akan lagi hidup seperti Dinni yang dulu lagi.” Dinni pun akhirnya memaksakan dirinya untuk bangun. Dia segera b