Aku baru sadar saat Esti semakin kuat mencakar punggungku. Ia kesakitan dengan derai air mata yang tidak kunjung berhenti. "K-kamu masih perawan?" tanyaku di sela-sela napas yang terengah-engah. Gadis itu mengangguk pasrah. Gila, ini sudah satu jam dan aku masih kuat saja. Benar-benar tidak merasa kelelahan. Pukul satu dini hari aku naik ke kamar. Kikan masih tidur pulas. Aku sengaja membangunkannya, tetapi ia bergeming. "Sayang, katanya mau malam ini. Ayo, bangun!" Aku menciumi pipinya dengan gemas. "Mas, nanti aja, aku ngantuk berat. Besok pagi ya." Efek obat belum sepenuhnya hilang, sehingga aku tidak peduli walau Kikan menolak. "Sudah, Mas, aku capek! Kamu tumben sekali! Aku gak sanggup deh!" Kikan mendorongku karena ia merasa kelelahan dengan pergulatan kami malam ini. "Ba